"Tuan...nyonya...silahkan lihat-lihat." kata para pelayan restoran.
"Bai Ming." panggil Bai Xue dengan nada memelas.
"Ada apa?" tanya Bai Ming.
"Aku lapar. Perutku sudah bunyi daritadi. Ayo kita makan dulu disana!" ajak Bai Xue sambil memegangi perutnya yang sudah kelaparan. Wajar, mereka berdua sudah menempuh perjalanan dari Gunung Xu ke perkotaan selama seharian dan belum memakan apapun.
"Baiklah. Aku juga sudah lapar. Ayo!" sahut Bai Ming.
"Selamat datang, tuan-tuan. Mau pesan apa?" tanya pelayan itu.
"2 roti." jawab Bai Ming.
"Baik, tuan. Segera datang." kata pelayan itu. Setelah menunggu selama lima menit, pelayan itu datang lagi membawakan 2 roti kepada Bai Xue dan Bai Ming.
"Ini roti kalian, tuan-tuan. Selamat menikmati." kata pelayan itu.
"Terima kasih." sahut Bai Xue.
"Sama-sama, tuan." balas pelayan itu.
"Kalau kamu tidak bisa membayar makananmu, maka jangan makan! Mati saja!" bentak seorang lelaki paruh baya.
"Maaf, bos. Tapi, saya sudah tiga hari tidak makan. Tolong kasihanilah saya, bos." kata anak itu.
"Saya sudah pernah menolong anda sekali. Dikasih hati malah minta jantung. Pergi sana! Pergi dan menjauhlah selamanya dari tempat ini!" sahut bos itu tanpa ada rasa kasihan sedikitpun kepada bocah yang berlutut di hadapannya ini.
"Wow.. wow.. tenang dulu, bos." kata Bai Ming.
"Bagaimana aku bisa tenang? Anak ini sudah mencuri makananku terus tanpa bisa membayar! Aku sudah rugi!" hardik bos itu.
"Tenang, bos. Berapa kerugian Anda?" tanya Bai Xue.
"25 yuan. Kalian akan membayarnya untuk anak ini?" tanya bos itu.
"Ini, bos. Ambillah. Tapi, jangan pernah sentuh anak itu lagi." kata Bai Xue sambil menyerahkan kantung kecil berisi 50 yuan.
"Tentu saja. Terima kasih banyak, tuan-tuan. Tapi, ini terlalu banyak..." kata bos itu.
"Tidak apa-apa. Ambil saja lebihnya untukmu dan semua pelayanmu." sahut Bai Xue.
"Terima kasih, paman-paman." kata Yang Fei sambil berlutut. Baru kali ini ada orang lain yang mau membantunya setelah orangtuanya meninggal dunia.
"Uh.. apa aku terlihat se-tua itu?" tanya Bai Xue.
"Lalu, aku harus memanggil apa jika bukan paman? Bagaimana dengan kakak? Apa kalian mau dipanggil kakak?" tanya Yang Fei polos.
"Boleh, itu saja. Panggil kami kakak mulai sekarang." jawab Bai Ming sambil menganggukan kepalanya.
"Baiklah, terima kasih ya kak karena sudah menolongku tadi." kata Yang Fei.
"Sama-sama, dik." sahut Bai Xue.
"Kami harus pergi, dik. Sampai nanti." sahut Bai Xue. Ia dan Bai Ming tidak menyadari kalau bocah yang tadi mereka tolong adalah Yang Fei yang mereka cari saat ini.
"Baiklah. Sampai nanti, kak." sahut Yang Fei.
...****************...
"Entah bagaimana bocah itu. Apa dia sudah mati? Kenapa setelah mencarinya bertahun-tahun tetap saja kita tidak bisa menemukannya?" tanya Bai Xue.
"Bai Xue, kita tidak punya pilihan. Bahkan sekalipun bocah itu sudah mati, kita tetap harus membawa mayatnya atau menunjukkan makamnya kepada bos Yang Jie." jawab Bai Ming.
"Kau benar. Menyebalkan sekali. Jika bukan karena bocah itu, kita pasti sudah bisa mencapai kultivasi tingkat akhir. Sayangnya, itu semua tidak bisa kita lakukan demi mencari bocah tengil yang bahkan tidak meninggalkan tanda apapun." sahut Bai Xue.
"Sudahlah, ayo kita makan lagi! Aku lapar!" seru Bai Ming.
"Ayo!" ajak Bai Xue yang juga sudah kelelahan karena sudah setengah hari mencari namun tidak juga tahu dimana Yang Fei berada.
Note: Roti di zaman pendekar itu bentuknya kayak bakpao ya..
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
anggita
bakpao.. 👌
2022-12-05
1