"Nak, kamu sudah sadar?" tanya Bai Xue bernapas lega. Yang Fei membuka matanya secara perlahan dan mendapati bahwa dirinya berada di tempat yang asing.
"Kak Bai Xue? Dimana ini?" tanya Yang Fei bingung.
"Huh.. Maafkan kami, Yang Fei. Ini di penjara." jawab Bai Xue sambil menundukkan kepala.
"Benarkah? Tapi, kenapa aku tiba-tiba berada di penjara? Ah, perutku sakit." sahut Yang Fei sambil memegangi perutnya. Ia terkejut saat mendapati perutnya ada bekas tusukan pedang.
"Apa ini? Bekas tusukan?" tanya Yang Fei kaget.
"Yang Fei, maafkan kakak. Sungguh." sahut Bai Xue sambil menundukkan kepalanya. Ia sangat menyesal sudah menusuk Yang Fei.
"Kak, jelaskan padaku. Apa yang terjadi?" tanya Yang Fei yang penasaran sekali.
"Begini.. Uh.." sahut Bai Xue.
"Sebenarnya, kami.." timpal Bai Ming.
"Ada apa kak? Cepat katakan!" seru Yang Fei.
"Maaf, Yang Fei. Kakak yang menusukmu tadi." jawab Bai Xue sambil menggigit bibir bawahnya.
"Lalu, kenapa aku tiba-tiba berada di penjara?" tanya Yang Fei.
"Begini.. Sebenarnya.." sahut Bai Xue ragu.
"Cepat katakan, kak." desak Yang Fei.
"Yang Fei. Tempat ini adalah Gua Jiao Zun di Pegunungan Dong Ting. Penguasa di tempat ini adalah Yang Jie. Kami adalah anak buah dari Yang Jie." kata Bai Xue.
"Maksud kakak? Yang Jie? Pamanku penguasa di tempat ini?" tanya Yang Fei.
"Benar." jawab Bai Xue.
"Pamanku ingin menangkapku?" tanya Yang Fei.
"I-iya benar." sahut Bai Xue.
"Apa Yang Feng ada disini juga?" tanya Yang Fei.
"Yang Feng? Siapa Yang Feng?" tanya Bai Xue dan Bai Ming bersamaan. Mereka bahkan tidak pernah mendengar nama itu.
"Kalian tidak tahu?" tanya Yang Fei.
"Hei, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak melaksanakan perintahku yang tadi?" tanya Yang Jie yang tiba-tiba muncul.
"Ah, maaf tuan. Kami akan segera memberi anak ini makan." jawab Bai Ming. Yang Jie pun berbalik dan keluar dari ruang bawah tanah itu.
"Ini, makanlah." kata Bai Ming sambil memberikan semangkuk sup.
"Ini.. Sup Ginseng Putih?" tanya Yang Fei.
"Benar." jawab Bai Ming.
"Apa pamanku yang membuatnya?" tanya Yang Fei.
"Benar." jawab Bai Ming. Yang Fei pun memakannya satu sendok.
Yang Fei seketika mengingat momen-momen masa kecilnya dimana saat itu ia sedang demam. Saat itu, Yang Jie membuatkan Sup Ginseng Putih untuknya supaya bisa lekas pulih. Rasa Sup Ginseng Putih yang ia rasakan sekarang masih sama dengan dahulu.
"Nak, kenapa tidak makan?" tanya Bai Xue.
"Tidak apa-apa. Aku akan makan sekarang. Terima kasih ya, kak." sahut Yang Fei.
"Tidak perlu sungkan kepada kami." kata Bai Xue. Yang Fei hanya mengangguk sebagai jawaban. Namun, tiba-tiba Yang Jie memasuki ruangan bawah tanah itu lagi.
"Kalian.. Keluarlah dulu." kata Yang Jie.
"Baik, tuan." sahut Bai Xue dan Bai Ming bersamaan. Namun, raut wajah mereka nampak cemas dan khawatir. Yang Jie adalah sosok yang dikenal berdarah dingin, tidak akan mengampuni orang yang berbuat salah padanya. Sekalipun Yang Fei tidak berbuat salah padanya, itu terserah Yang Jie mau menghukumnya dengan cara apa.
"Kamu.. Sudah memakannya?" tanya Yang Jie kepada keponakannya itu.
"Sudah." jawab Yang Fei.
"Apa kamu tidak takut berada disini?" tanya Yang Jie sambil menaikkan alisnya.
"Aku? Takut? Kenapa?" tanya Yang Fei.
"Apa maksudmu kenapa? Saat kecil, kamu sangat takut gelap!" seru Yang Jie dengan suara nyaring.
"Paman memang ingin menangkapku sejak awal. Sekarang, paman sudah menangkapku. Namun, paman tidak menangkapku dengan tangan paman sendiri, melainkan dengan kedua kakak yang merupakan anak buah paman. Kenapa aku harus takut?" sahut Yang Fei.
"Kamu!" teriak Yang Jie sambil menunjuk Yang Fei dengan jari telunjuknya. Ia ingin sekali marah kepada bocah di depannya ini karena telah menyindirnya. Tetapi, Yang Fei memang berkata jujur bahwa yang menangkapnya bukan sang paman melainkan Bai Xue dan Bai Ming.
"Apakah sakit? Kamu akan merasakan ini setiap hari!" seru Yang Jie sambil terus mencambuk Yang Fei.
"Paman Yang Jie, aku tidak melihat Yang Feng daritadi. Dimana dia?" tanya Yang Fei dengan polosnya.
"Kenapa kamu menanyai bocah tengik itu?" sahut Yang Jie.
"Aku ingin bertemu dengannya." jawab Yang Fei dengan nada memelas.
"Haha. Kenapa? Kamu mau menemui bocah tengik yang sudah mengkhianatimu sama seperti kakakmu? Mereka berdua bahkan tidak bisa diandalkan!" seru Yang Jie dengan raut wajah masam.
"Tapi, daripada aku yang dipenjara oleh paman disini, bukankah masih lebih baik mereka yang hidup bebas sekalipun tidak bisa diandalkan?" sahut Yang Fei.
"Huh.. Lantas apa maumu? Kamu tidak ingin berada di penjara?" seru Yang Jie.
"Siapa yang ingin berada di penjara, paman? Bahkan dewa dan dewi pun tidak ada yang mau di penjara. Apalagi aku seorang manusia biasa?" tanya Yang Fei sambil tersenyum. Ia berpura-pura seolah tidak ada yang terjadi kepadanya.
"Hahaha. Bocah, mulutmu sungguh licik sekalipun sudah kucambuk. Baiklah, terserah kamu saja jika tidak ingin berada di penjara. Lagipula, setiap hari kamu akan dicambuk. Kamu tidak akan bisa kabur dari sini karena pamanmu ini adalah penguasa di tempat ini. Ingat itu!" seru Yang Jie.
"Bai Xue, Bai Ming!" panggil Yang Jie.
"Iya, tuan." jawab Bai Xue dan Bai Ming bersamaan.
"Antarkan bocah ini ke kamar tamu. Mulai sekarang ia bisa berada di sana." kata Yang Jie yang langsung berlalu pergi dari sana.
"B-baik, tuan." sahut Bai Xue dan Bai Ming bersamaan. Mereka menatap satu sama lain dengan perasaan bingung.
Baguslah. Setidaknya, dia membebaskanku dari penjara. Ini akan lebih memudahkanku untuk kabur sekalipun sekarang aku terluka. batin Yang Fei.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Roy Siahaan
mantap thorr.. cuman pesannya jangan sampe berhenti di tengah jalan .
2022-05-10
1