"Ya Aku Baru Menyukaimu, Tapi Belum Mencintaimu!" ucap Max, setelah itu berlalu begitu saja meninggalkan Stef setelah mengucapkan kata kata tersebut. Stef mencoba mencerna ucapan Max. "Berarti kau menyukai ku?" ucap Stef mengejar langkah besar Max dari belakang, mensejajarkan langkah mereka berjalan beriringan.
"Siapa bilang?" tanya Max membuat Stef berpikir ulang.
"Tadi kau bilang begitu!" jawab Stef lugu, Max tersenyum sendiri melihat kepolosan Stef. Gadis ajaib yang benar benar bodoh. pikir Max.
Jelas jelas tadi Max mengatakan dengan sangat jelas, tapi Stef masih saja bertanya.
"Sudah lah, tak usah kau pikirkan. Kita akan sarapan terlebih dahulu lalu baru bertemu dengan ibumu." ucap Max mengalihkan pembicaraan sembari menatap lurus kedepan.
"Ck, kau jangan mengalihkan pembicaraan"
***
Kini Max dan Stef sedang sarapan di sebuah restoran mewah di kota Fankfurt, Jerman. Kota metropolitan sebagai pusat ekonomi bisnis jerman. Di sini lah pusat Alexander Corp milik Max berdiri kokoh menjulang tinggi, sebagai perusahaan otomotif terbesar disana. Stef asik memakan sarapannya dengan lahap, sedangkan Max memperhatikan Stef dalam.
"Sudah berapa hari kau tidak makan? Kau rakus sekali!" cemooh Max menatap Stef yang makan dengan sangat lahap.
"Aku jarang makan makanan seperti ini. Aku tidak memiliki uang untuk membeli makanan semahal ini, aku bekerja mencari uang untuk berobat ibuku" jelas Stef jujur. Max yang mendengarkan nya pun hanya terdiam. 'Malang sekali dia, aku bahkan menghabiskan uangku setiap hari tanpa berfikir terlebih dahulu' pikir Max dalam hati menatap Stef takjub.
"Kau tenang saja, mulai saat ini kau akan makan makanan seperti ini setiap hari," ucap Max menatap Stef menyombongkan diri.
"Sebenarnya pekerjaanmu apa?" tanya Stef ingin tahu.
"Kau tidak tau siapa aku?" Stef hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu sebagai jawaban dari pertanyaan Max membuat lelaki tampan itu menatap Stef tidak percaya.
"Astaga.. Selain bodoh ternyata kau juga kuno." ucap Max mengatakan dengan kesal menatap Stef yang hanya acuh.
"Hei! Enak saja kau mengatakan aku bodoh dan kuno, aku ini sibuk jadi tidak sempat mencari tahu sesuatu yang tidak penting," ucap Stef menjelaskan, membuat Max semakin kesal. Yang benar saja ada orang di kota Frankfurt ini yang tidak mengenalnya, pengusaha muda yang masuk kedalam urutan pertama majalah bisnis sebagai pengusaha muda yang sangat sukses dan merajai dunia perdagangan otomotif.
"Ck, kau sungguh menyebalkan. Cepat habiskan makanan mu, kita akan segera pergi!" ucap Max jengkel. Sedangkan Stef tidak menghiraukan Max yang kesal padanya, ia hanya menghabiskan makanannya cepat.
****
Kini Max sedang menatap bangunan sederhana yang ada di depannya. Menelisik setiap sudut bangunan itu. Lalu ia menatap Stef.
"Kau tinggal di sini?" tanya Max tidak percaya.
"Iya, memangnya kenapa?" ucap Stef balik bertanya.
"Apa kau nyaman tinggal disini?" tanya Max dengan nada yang tidak yakin.
"Nyaman, sangat nyaman." ucap Stef dengan sangat yakin membuat Max menghela nafas.
"Aku rasa, aku akan sulit bernafas nanti," gumam Max dengan suara terendah yang pastinya tidak didengar oleh Stef.
"Apa?" ucap Stef bertanya menatap pada Max.
"Bukan apa-apa!" jawab Max cepat.
"Ya sudah, ayo kita masuk!" ajak Stef.
"Ya ya, baiklah,"
Mereka berdua masuk kedalam rumah sederhana milik Stef. Max berjalan di belakang mengikuti Stef yang sudah berjalan terlebih dahulu di depan. Max menatap setiap sudut ruangan. Banyak foto Stef dan ibunya dengan berbagai pose tergantung di dinding.
Tapi tak ada satupun foto ayah tiri Stef yang tampak disana.
Stef membawa Max masuk kedalam kamar ibunya. Disana terlihat seorang wanita yang sudah mulai menua dengan sedikit keriput di kulit putih nya yang pucat tertidur di sana.
"Pasti lelaki baji*gan itu belum pulang," decak Stef geram karena tak melihat ayah tirinya ada di rumah.
Max memperhatikan wanita itu. 'Sepertinya penyakitnya cukup parah' pikir Max.
Stef berjalan mendekat untuk membangunkan ibunya yang tengah terlelap itu.
"Ibu," panggil Stef mengusap lembut tangan wanita yang sudah melahirkannya itu, membuat wanita paruh baya itu mulai membuka matanya perlahan menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke matanya.
"Stef," pekiknya tertahan, ia terkejut melihat anaknya ada didepannya saat ini. Ia mencoba bangun di bantu oleh Stef dan meletakkan bantal penyangga punggungnya.
"Ibu," Stef langsung memeluk ibunya erat, dan semua itu tidak luput dari pandangan Max. 'Momy pasti akan setuju jika aku menikah dengan Stef nanti, dia sungguh penyayang' racau Max dalam hati.
Ibu Stef melirik ke arah Max, ia melepaskan pelukan hangat itu lalu menatap kepada anaknya, setelah itu ia juga menatap kepada Max dengan pandangan yang memyelidik.
"Kamu siapa? Teman Stef kah?" tanya ibu Stef ingin tahu. Max menatap wanita paruh baya yang sedikit pucat itu, lalu beralih menatap Stef. Tak lama ia berdehem.
"Perkenalkan saya Maxim Alexander," ucap Max sesopan mungkin walau masih sedikit kaku. Dan ia tidak memakai kata Luciano dibelakang namanya membuat Ibu Stef tidak mengenalnya, jika saja Max mengatakan Luciano pasti ibu Stef ini akan langsung mengenalinya tanpa harus dijelaskan.
"Saya Lie ibunya Stef, kamu teman Stef? Tampan sekali," jawab Lie ramah menatap Max kagum pada lelaki pemilik satu kata yang cocok untuknya itu, yaitu Perfect.
"Bukan," jawab Max singkat membuat wanita paruh baya itu mengernyit, jika bukan teman Stef lalu lelaki ini siapa?, begitu pikirnya.
"Lalu siapa?"
"Saya Calon Suami Stef."
.
.
.
.
.
TBC.
Love❤️❤️❤️ EgaSri
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Sarmiyati Fikhairelyn
ketua Mafia yg sedang jatuh cinta
2020-09-28
8
El Nafis
stef.. jdi kek cowok😁
knp gk stefi aja... lebih girlie😉
2020-09-23
12
Mey Hans
MAFIA berhati mulia👍👍
2020-09-23
5