5. Tertarik

Setelah Stef keluar dari kamar itu, Max langsung buru-buru masuk kedalam kamar mandi, ia menanggalkan pakaiannya, mengguyur badannya dengan air shower.

Sungguh saat mencium aroma Stef membuat Max menegang. Ia juga bingung pada dirinya sendiri, kenapa tubuhnya bereaksi berlebihan saat melihat Stef, gadis kecil yang datang padanya karena kesalahan ayah tirinya.

Cuiiihhh... Max berdecih mengingat bagaimana ia melihat kesedihan Stef saat mengingat lelaki yang disebut ayah tiri oleh Stef itu. Walaupun ia seorang yang jahat dan kejam bak iblis tapi jika melihat orang yang di cintainya sedih ia akan membuat orang itu menderita.

Di cintai?

Max termenung mengingat pemikirannya sendiri, apa dia sudah jatuh cinta pada gadis kecil itu.

Setelah cukup lama dibawah guyuran air shower, Max memutuskan untuk keluar. Mengganti pakaian lalu keluar kamar untuk menemui David.

Max terus berjalan ke lantai bawah bar tersebut. Di sana ia melihat David sedang duduk dengan seorang kepercayaannya yang bernama Thomas.

"Holla bos," sapa David dengan senyum mengejek.

"Hei, jangan kau perlihatkan senyum seperti itu padaku!" pinta Max menyikut siku David sekilas, lalu ia duduk dibangku yang dipersilahkan oleh Thomas.

"Ada apa dengan mu? Kenapa kau memesan kamar untuk gadis itu? Biasanyakan kau yang membuat gadis tidak bisa berjalan paginya!" David masih saja mengejek Max, sedangkan Thomas hanya diam mendengarkan cemoohan David sembari tersenyum. Max kesal sendiri mendengar ucapan David.

"Kau cari seluruh yang berkaitan dengan gadis itu, semuanya tentang ayah tiri yang menjualnya, juga pekerjaannya, dan penyakit ibunya!" perintah Max. Sedangkan David mengernyit heran.

"Sejak kapan kau peduli dengan wanita?" tanya David.

"Tak usah banyak tanya, kau cari saja yang aku perintahkan!" kesal Max karena ke kepoan David.

"Ck, dasar kau ini. Menyuruh orang seenaknya saja!" kesal David. Lalu ia menoleh kearah Thomas, seakan mengerti, Thomas langsung mengeluarkan ponselnya lalu menelepon seseorang. Ia berjalan keluar karena suara bising dari alunan musik DJ yang menggema diseluruh ruangan.

Sepeninggal Thomas, Max memesan sebotol Vodka pada bartender, untuk dirinya dan juga David.

"Bagaimana dengan penghianat itu, apa kau sudah menemukannya?" tanya Max pada David saat mengingat pria penghianat yang bernama Jhon itu. Sungguh jika Max mendapatkan pria itu, ia tidak akan melepaskannya, ia akan menguliti pria itu hidup-hidup.

"Belum, dia hilang seperti ditelan bumi!" jawab David sembari meminum Vodka yang dituangkan oleh bartender kedalam gelas kecil.

"Ck, awas saja, akan aku robek jantungnya jika nanti aku menemukan bajin*an itu!" David bergidik ngeri mendengar ucapan Max, dia tahu bahwa Max adalah orang yang bener benar memegang ucapan nya. Sungguh sial bagi orang yang mencari masalah dengannya.

"Ck, kau membuat ku takut," decak David.

"Sejak kapan kau punya rasa takut padaku? Aku rasa tidak pernah" jawab Max mendelik malas, sungguh David adalah satu-satunya orang yang berani memukul kepalanya selain papi dan momynya dulu.

"Ya ya ya.. aku memang tidak takut padamu. Aku hanya ngeri melihat kekejamanmu itu." balas David mengingat semua kejahatan yang dilakukan Max.

"Sudah lah, ayo kita berjoget. Aku tidak berselera untuk main wanita malam ini" Max mengajak David untuk ikut bergabung dengan para manusia yang sudah mulai teler karena mabuk itu. Bahkan sudah ada yang ambruk.

"Sejak kapan kau tidak menyukai wanita?" bukan nya mengiyakan ajakan Max, David malah memberikan pertanyaan seperti itu kepada Max.

"Entahlah, tubuhku tidak bereaksi saat melihat mereka saat ini" jawab Max santai.

"Apa karena gadis itu?" tanya David.

"Sepertinya aku sudah tertarik padanya." jawab Max singkat.

"Wah wah... ternyata kau mempunyai ketertarikan juga, aku kira selama ini kau tidak mempunyai hati, hingga tidak menyukai satupun wanita setelah cinta pertamamu dulu meninggalkanmu!" David bertepuk tangan mengejek Max.