epd 20

Hari semakin gelap, arah jarum jam menunjukkan pukul 20.00 wib.

Dari ruang tengah ke ruang tamu tampak Karin yang sedang berjalan mondar mandir bak setrikaan.

"Aduuhh.. kenapa jam segini mas Hendra belum pulang sih?"

Kekhawatiran tampak jelas dari raut wajahnya, dia tampak begitu cemas.

Mama yang sedang menikmati makan malam bersama papa dan Vino pun menghentikan aktifitas makannya, dan mengalihkan pandangannya ke arah Karin.

"Kamu kenapa Rin..? ko dari tadi mondar mandir terus..? ayo sini makan."

Mama bersikap santai sembari melanjutkan makannya.

"Karin khawatir Ma... kenapa mas Hendra belum juga pulang...? biasanya dia telpon aku Ma..." Karin semakin gelisah. "Aku udah berkali-kali telpon dia, tapi nomernya gak aktif." Lanjutnya lagi.

"Mungkin bentar lagi dia sampai Rin..." Papa mencoba menenangkan Karin.

"Iya Rin...,mungkin bentar lagi Hendra pulang. Kamu makan aja dulu..." Mama menyela, ia sependapat dengan papa, mencoba tak berpikir negatif terhadap menantunya.

Karin terdiam, berpikir sejenak "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan mas Hendra." gumamnya dalam hati.

Lalu segera ia menghampiri Mama dan Papanya.

Ketika hendak mengambil nasi, seisi rumah dikejutkan dengan suara telpon rumah yang berdering.

Kriingg...kriingg...kriingg..

Mama, Papa dan Karin saling pandang, "biar aku aja yang angkat Maa" ucapnya Karin.

Ia langsung bergegas menghampiri telpon rumah, segera ia meraih gagang telpon.

"Hallo! selamat malam.. kediaman Bapak Hadinata disini, saya bicara dengan siapa ya?"

Karin terdiam sejenak, mendengarkan jawaban dari seberang telpon.

"Apaa..? mas Hendra di rumah sakit? dia kecelakaan?

Karin benar-benar terkejut dengan apa yang didengarnya dari seberang telpon, seketika air matanya tumpah, ia terduduk dilantai, tubuhnya begitu lemah.

Pantas saja dia begitu cemas, ternyata telah terjadi sesuatu terhadap suaminya.

Vino berlari ke arah Karin dan langsung memeluk tubuh Mamanya. " Mama.. Papa kenapa?" Karin tak menjawab pertanyaan Vino, tubuhnya gemetar.

Mama dan Papa meninggalkan meja makan dan langsung menghampiri Karin. "Apa yang terjadi sama Hendra Rin..? tanya Mama, cemas.

Perasaan yang tadinya tenang, berubah menjadi kesedihan dan kecemasan di hati kedua orang tua Karin.

Tanpa menjawab pertanyaan Mama, Karin langsung beranjak bangun. " Ma-Pa, ayo kita ke rumah sakit sekarang." ajaknya.

Mama dan Papa saling menatap, lalu mereka menyetujui ajakan Karin untuk segera ke rumah sakit. Dengan raut wajah bingung, mereka mencoba bersabar. Mereka ingin memastikan sendiri keadaan Hendra tanpa bertanya lagi kepada Karin.

******

Setelah mereka sampai di rumah sakit, mereka langsung menghampiri Hendra yang terbaring.

"Mas, apa yang terjadi sama kamu mas.. ? bagaimana ceritanya sampai seperti ini.. ? apa yang sebenarnya terjadi?" Karin dan Mama saling bertanya.

Mereka menatap luka di bagian lengan Hendra yang sudah ditutupi oleh perban.

"Siapa yang melakukannya Hen?" tanya Papa yang juga ikut bersuara.

Hendra tersenyum kearah ke tiganya. "Aku gapapa ko sayang, Mama-Papa" ucapnya.

"Gapapa gimana? tangan kamu terluka mas.." ucap Karin kesal mendengar suaminya yang menganggap lukanya hal yang sepele.

"Haaahh" Hendra menghela. "Aku gapapa Rin.. cuma luka sedikit, bentar lagi juga boleh pulang!" ucapnya, tenang.

"Trus, kenapa bisa seperti ini..? gimana ceritanya Hen?" ucap Mama yang tak sabar mendengar cerita dari Hendra.

Hendra pun mengerti, lalu dia mulai menceritakan hal yang tadi dialaminya.

"Jadi gini Ma- Pa- Rin." __________

__________________

__________________

Hendra menceritakan hal yang sebenarnya terjadi kepada mereka, mulai dari A sampai Z.

Hingga tak ada satupun yang terlewatkan.

________ ______________

________________________

Mereka semua serius, mendengarkan cerita Hendra secara detail, sembari tertawa kecil saat Hendra menceritakan tentang aksi Dinda yang memukul laki-laki itu dengan helmnya.

"Nah... gitu ceritanya. Aku benar-benar salut dengan keberaniannya." ucap Hendra diakhir cerita.

"Waaahhh, Mama jadi pengen ketemu sama dia. Mama mau berterima kasih karna sudah menolong menantu Mama." Ucap Mama, senang.

"Iya Ma, aku juga pengen banget ketemu sama dia. Namanya siapa mas?" pertanyaan Karin yang tiba-tiba saja membuat Hendra tersadar.

"Astagaaa.. aku lupa menanyakan namanya." Hendra menjawab sembari menepuk pelan jidatnya. "Tapi aku masih ingat dengan wajahnya." lanjutnya semangat, masih ada harapan.

"Haaahh..." Karin dan Mama menghela secara bersamaan.

"Baguslah kalau masih ingat wajahnya, berarti kalau nanti kita ketemu kenalin aku ya mas.." pinta Karin berharap dia bisa mengenal Adinda.

"Sudahlah, yang penting kita sekarang bersyukur... karna Hendra bisa selamat dari orang itu. Dan kita bisa tenang, karna orang itu sudah ditangkap." Ucap Papa merasa lega.

"Alhamdulillah.." ucap syukur mereka bersamaan.

******

Setelah beberapa menit kemudian, Hendra diperbolehkan pulang ke rumah.

Mereka semua pun akhirnya pulang bersama.

Setelah sampai di rumah, Hendra langsung menuju kamar. Dia ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

"Ma- Pa, aku istirahat dulu ya.." pamitnya sembari melangkah masuk ke dalam kamar yang memang berada di lantai satu.

"Iya Hen, sebaiknya memang begitu." Ucap Papa mengerti karna menantunya sudah merasa mengantuk.

Karin dan Vino menjurus dibelakang, ikut masuk ke dalam kamar bersama Hendra.

Sedangkan Papa dan Mama memilih untuk duduk di sofa sebentar.

"Pa.. Mama mau telpon Mario dulu, mau ngasi tau dia tentang Hendra." ucap Mama sembari membuka dompet untuk meraih ponselnya.

"Sebaiknya jangan dulu Ma.. tunggu Mario pulang aja baru dikasi tau. Dia itu sedang ada masalah dengan perusahaannya.. jangan menambah beban pikirannya. Nanti malah dia gak konsen. Lagi pula Hendra juga sudah baik-baik aja kan?" ucap Papa menasehati Mama.

"Ya sudah, kalo gitu Mama mau istirahat aja deh Pa..." ucap Mama sembari melangkah menuju kamar.

"Hemm" jawab Papa singkat.

Akhirnya Mama memilih untuk segera tidur, saat ini mereka sudah merasa lega karna kondisi Hendra yang tidak terlalu parah.

Tak berapa lama, Papa pun beranjak dari duduknya. Dia juga memilih untuk segera beristirahat, karna malam juga sudah semakin larut.

Bersambung epd 21

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!