Setelah jam makan siang berakhir, para karyawan melanjutkan pekerjaan masing - masing, hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.00 wib, waktunya mereka bersiap - siap untuk pulang.
Tampak beberapa karyawan sibuk mengemasi barang - barang mereka, tetapi tidak dengan Dinda yang masih harus tetap bertahan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum selesai.
"Din, loe lembur ya malam ini? tanya Ane yang sedang berjalan menghampiri Dinda.
"Iya nih, masih banyak yang harus gua selesaikan." jawab Dinda menghentikan aktifitasnya.
"Mau gua temenin gak? tanya Ane menawarkan diri.
"Gak usah deh, makasih." jawab Dinda sembari melempar senyum.
"loe yakin gak mau gua temenin?" sambung Ane sembari mengangkat kedua alisnya.
"Iya, yakin! udah sana pulang,nanti nyokab loe khawatir." ucap Dinda dengan tegas, dan kembali mengalihkan pandangan ke layar laptop.
" Ya udah deh, gua duluan ya...sampai ketemu besok." jawab Ane sembari berlalu meninggalkan Dinda.
Dinda menoleh sambil berkata "Iyaa..hati - hati."
ucap Dinda sembari tersenyum kepada Ane dan dibalas Ane dengan lambaian tangan.
Dinda melanjutkan kembali aktifitasnya.
Setelah hampir satu jam, tak terasa suasana kantor sudah sangat sepi, hanya terlihat dua security saja yang sedang berjaga diluar kantor.
Tiba - tiba saja Dinda merasa ingin buang air kecil, tapi karena merasa takut dan risih...dia mengurungkan niatnya dan mencoba untuk menahan.
"Sungguh rasa yang menggemaskan, aku sudah tidak tahan lagi, ingin rasanya aku membuangnya disini." gumam Dinda.
"Aaaaach, aku sudah tidak tahan lagiii..." sambung Dinda seraya beranjak dan berlari menuju toilet.
Toilet wanita berada diujung, melewati toilet pria. Dinda berlari tanpa menoleh kebelakang, mencoba bersahabat dengan rasa takutnya.
Setelah sampai di toilet wanita, suasana begitu gelap. Dinda menyalakan satu lampu toilet, dan segera melancarkan aksinya.
"Aach leganya..." ucap Dinda merasa senang karna sudah tidak ada beban.
Dinda mencuci tangannya di wastafel, setelah selesai ia mematikan lagi lampu yang tadi menyala dan segera keluar dari toilet.
Rasa takut itu muncul kembali, tiba - tiba tepat didepan toilet pria terdengar suara gemericik air.
Rasa takut Dinda semakin menjadi - jadi, bulu kuduknya seketika berdiri.
Ia tidak mengetahui jika masih ada orang lain selain dirinya, yang ada dipikirannya saat ini hanyalah mahluk halus yang berada di toilet pria.
Tiba - tiba..
Bruukkk!
Tubuh Dinda jatuh kelantai dan tidak sadarkan diri didepan toilet pria.
Seseorang yang tadi berada di toilet pria pun keluar, betapa terkejutnya dia saat mendapati seorang gadis yang pingsan didepan toilet.
"Ya Tuhan...,apa yang terjadi dengan gadis ini? mengapa dia bisa ada disini? gumam Yudha sembari menyingkirkan rambut panjang yang menutupi wajah Dinda.
Ya, ternyata yang berada di toilet pria itu adalah Yudha asisten Mario.
Yudha pun terkejut saat mengetahui gadis itu adalah Adinda Larasati seorang karyawati yang sudah memikat hati Tuan mudanya.
"Nona.. nona Adinda.. nona Adinda ayo bangunlah, nona... ucap Yudha mencoba membangunkan Adinda sambil menepuk - nepuk pelan pipi Adinda.
Namun nihil, Adinda tak kunjung sadar juga.
Yudha dengan sigap mengambil keputusan untuk mengangkat tubuh Adinda dan membawanya ke ruangan Mario.
Mario sejak tadi sibuk memeriksa dokumennya, ia terkejut saat menyaksikan pemandangan yang berbeda.
Yudha masuk dengan menggendong Tubuh Dinda dan membaringkannya di sofa.
Segera Mario menghampiri Dinda yang tak sadarkan diri, dia terlihat begitu panik seraya bertanya kepada Yudha.
"Apa yang terjadi? apa yang terjadi padanya.. mengapa dia bisa seperti ini?" tanya Mario sambil menggenggam erat tangan Dinda yang dingin dan sembari mengusap pucuk kepala Dinda.
Yudha menatap Mario, "saya juga tidak tau apa yang terjadi Tuan, sebaiknya Tuan menanyakannya sendiri pada nona Adinda jika dia sudah sadar nanti." ucap Yudha dengan raut wajah bingung.
"Jadi, kau menemukannya dimana?" Mario kembali bertanya.
"Didepan toilet pria Tuan." jawab Yudha.
Mendengar jawaban dari Yudha, Mario mengerutkan dahinya, "apa yang sebenarnya terjadi padanya? bukannya ini sudah bukan jam kerja? tapi mengapa dimasih ada disini?" gumam Mario sambil menatap Dinda.
"Cepat carikan aku sesuatu yang bisa menyadarkannya," pinta Mario kepada Yudha.
"Baik Tuan ," jawab Yudha dan segera bergegas mencari sesuatu didalam laci meja.
Yudha mendapati minyak angin dilaci mejanya.
"Ini Tuan," Yudha memberikan minyak itu kepada Tuan mudanya.
Mario segera meraih dan mendekatkanya kearah hidung mancung Dinda.
Tak lama kemudian Dinda pun tersadar, namun belum sepenuhnya sadar.
"Aaaaaaaaaaa... jangan ganggu akuuuuu... jangaaaan..." Dinda berteriak histeris.
"Dinda...Dinda bukalah matamu.. ayo sadarlah." Mario membangunkan Dinda seraya menepuk-nepuk sedikit pipi Dinda.
Perlahan Dinda membuka matanya, dan menangis, tubuhnya gemetar. Dia terlihat sangat ketakutan.
"Suuuttt tenanglah, ada aku disini." ucap Mario berusaha menenangkan Adinda.
Mendengar itu, Dinda mencoba berhenti menangis namun masih terdengar sedikit tangisan kecil.
Disaat Dinda mendengar suara yang sudah tidak asing baginya, dia segera menatap raut wajah Mario.
Dinda menjauhkan sedikit duduknya dari Mario, dan masih terdengar suara sesenggukan.
Mario mengerti akan sikap Dinda, dan tak mau mempermasalahkannya.
"Katakan, siapa yang sudah membuatmu seperti ini? apa orang itu menyakitimu?"
tanya Mario dengan sejuta rasa keingintahuan.
Dinda hanya menunduk, tak menjawab.
Sedangkan Mario yang merasa telah diacuhkan Dinda, tersenyum manis melihat raut wajah Dinda dan mencoba meraih tangan Dinda.
Setelah didapatinya, Mario langsung menggenggam erat tangan Dinda.
Dinda yang sadar saat tangannya dipegang oleh Mario, segera mengalihkan pandangannya kearah Mario.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Mario lembut dan terdengar sangat berhati - hati, karna tak ingin membuat Dinda marah kepadanya.
"Ada setan pak.." jawab Dinda dengan suara yang parau.
Mario mengerutkan kedua alisnya, sembari berkata.."setan?" tanya Mario dan dibalas Dinda dengan anggukan kepala.
"Dimana setannya?" lanjutnya sambil mengacungkan sedikit dagunya.
"Ditoilet pria pak..."Dinda menjawab seraya menangis kembali.
Mendengar jawaban dari Dinda, seketika mata Mario dan Yudha membulat, terperangah.
" Haahh"
Mario dan Yudha saling menatap, namun segera mereka mengalihkan pandangan ke arah Dinda kembali.
Yudha menatap jengah, "ya ampun... manis sekali dia sudah mengiraku setan!" gumam Yudha dalam hati.
"Huufff!" Yudha menghela.
"Maaf nona, yang tadi ditoilet pria itu bukan setan, tapi saya nona.." ucap yudha sedikit kesal
Mario yang mendengarnya menahan tawa, "hhhhffffff"
Dinda terperangah mendengar penuturan Yudha.
"Haaahh"
"Jadi yang ditoilet tadi bukan setan? tanya Dinda sambil menghentikan tangisnya dan mencoba membenarkan indra pendengarannya agar lebih jelas.
"Bukan nona, itu saya."
"Hahahahahaaaa..." seketika tawa Mario pecah, tak mampu lagi menahannya.
"Aaiissh, kenapa bapak tidak bilang dari tadi? tanya Dinda.
Yudha mengerutkan kedua alisnya, " bagaimana bisa saya memberi tahu anda..? sedangkan anda sendiri tidak bertanya kepada saya nona..." jawab Yudha semakin kesal.
"Saya menemukan anda sudah tergeletak dilantai." lanjutnya.
Dinda menatap jengah kepada Mario yang menertawai kebodohannya.
"ternyata rasa takutku ini sudah membodohi diriku sendiri dan membuatku malu." gumam Dinda dalam hati.
"Berhentilah tertawa pak.. karna ini tidak lucu." ucap Dinda kesal.
"Sangat memalukan." batinnya.
Mario akhirnya menghentikan tawanya walaupun sesekali dia masih tertawa kecil saat melihat raut wajah Dinda dan Yudha.
"Katakan padaku, kenapa kau masih ada disini? bukannya ini sudah terlalu larut?" tanya Mario kepada Dinda menetralkan suasana.
"Maaf pak, saya terpaksa harus lembur, karna saya harus menyelesaikan pekerjaan saya yang masih belum selesai." jawab Dinda.
"Saya tidak bisa menundanya sampai besok pak.. karna besok pagi pekerjaan saya harus sudah siap, dan akan diserahkan besok pagi juga." lanjutnya memelas.
Mendengar ucapan Dinda, Mario merasa tak tega dan berinsiatif untuk menemani Dinda sampai pekerjaan Dinda selesai.
"Pergilah keruangan mu, dan ambil pekerjaanmu." ucap Mario.
Dinda menatap tak mengerti.
"Bawa pekerjaanmu kemari, dan selesaikan disini, aku akan menemanimu." perintah Mario.
"Tapi pak_" ucap Adinda terhenti saat Mario menyela.
"Jangan membantah, ini perintah." ucap Mario.
Dengan terpaksa akhirnya Dinda menurut, dan segera pergi keruangan nya untuk mengambil beberapa berkas di sana.
Setelah Dinda pergi, Mario menatap Yudha memberi isyarat, "kau pulang saja dulu, nanti akan ku kabari kalau pekerjaannya sudah selesai." ucap Mario kepada Yudha.
"Aku tidak ingin kau menggangguku." lanjutnya.
Yudha menyunggingkan senyum tipisnya, mengerti maksud perkataan Mario.
"Baiklah Tuan, selamat bersenang - senang!" jawab Yudha menggoda sembari berlalu meninggalkan Mario.
Beberapa menit kemudian, Dinda masuk dengan membawa laptop dan setumpuk kertas.
"Permisi pak...," Dinda menyapa sambil berjalan menuju sofa.
Mario menatapnya sambil tersenyum.
"Ya silahkan." saut Mario.
Hati Mario saat ini sangat bahagia, karna dengan cara itu dia bisa puas memandang Dinda.
Sementara Adinda terlihat santai dan biasa saja, dia duduk di sofa dan mulai membuka laptopnya.
Dinda merapikan rambut panjangnya menyamping, dengan secara langsung menampakkan leher jenjangnya yang mengg*da
Mario menelan salivanya, ntah mengapa..dia mengaguminya.
"Dia terlihat sangat cantik." Mario membatin.
"Jika ada yang tidak kau mengerti, tanyakan saja padaku." ucapnya.
Dinda tersenyum, "baik pak..." jawab Dinda lembut.
Mario menatap Dinda, sambil menampakkan senyum manisnya, dia sangat menyukai senyum Dinda yang terlihat begitu manis.
Setelah itu Dinda melanjutkan pekerjaannya, dan Mario membiarkannya sambil sesekali mencuri pandang.
Suasana begitu hening, tak ada suara dari mereka. Dinda hanya fokus dengan laptopnya.
Tiba - tiba saja..
"Pak.." panggil Dinda memecah keheningan.
"Ya, ada apa..?" Mario yang saat itu sedang menatap layar laptopnya segera mengalihkan pandangannya kearah Dinda.
"Maaf pak, ini gimana ya pak? saya kurang paham." tanya Dinda.
Mario segera beranjak dari duduknya menghampiri Dinda yang duduk di sofa.
Mario langsung duduk di samping Dinda, begitu dekat sehingga tak ada jarak diantara mereka.
Mario mendekatkan wajahnya ke arah laptop, secara tak langsung, posisi wajah Mario sangat dekat dengan wajah Dinda.
Deg
Jantung Adinda berdegup, pandangan matanya menatap wajah tampan Mario dengan sangat jelas.Ada rasa yang berbeda yang ia rasakan.
"Ya Tuhaaan, benar - benar tampan!" batinnya.
Mario tak menyadari akan hal itu, dia mulai menjelaskan secara detail kepada Dinda.
Namun Dinda tak menghiraukan penjelasannya, dia asik mengagumi wajah tampan Mario.
Tiba - Tiba...
Mario bertanya kepada Dinda, apakah Dinda sudah mengerti? tapi Mario tidak mendapat jawaban dari Dinda.
Dinda tak menyadari saat Mario bertanya kepadanya, pikirannya hanya sibuk dengan wajah tampan Mario.
Merasa tak ada suara jawaban yang terdengar, Mario memalingkan wajahnya ke arah Dinda.
Sontak saja, hal itu membuat hidung mereka bersentuhan.
Kini bola mata keduanya saling menatap sangat dekat, tak ada jarak antara mereka.
Deg deg deg
Jantung keduanya berdegup kencang, Dinda menjadi gugup, tangannya seketika menjadi dingin.
Wajah Mario semakin lama semakin mendekat, dan akhirnya...Mario menci*m bib*r Dinda untuk kedua kalinya.
Namun kali ini, cium*n itu begitu lembut dari bib*r Mario, seakan membuat Dinda mati rasa, namun kali ini tak ada penolakan dari Dinda.
Mario mulai melu*at bib*r mungil Dinda, sementara Dinda hanya terdiam merasakan kehangatan ciu*an Mario, namun tak berani untuk membalasnya.
Mario mulai memancing reaksi bib*r Dinda, dia menjulu*kan lidahnya masuk ke rongga mulut Dinda. Dan akhirnya membuat Dinda membalas ci***n panas Mario.
Bersambung epd 07
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Aulia Regina Putri1301
hmmm sda yg jtuh cinta nie
2023-02-21
0
Devi Handayani
lanjoottt thorrr.... aku dah candu asmara nih😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
2022-12-23
1