Setelah Mario dan Yudha sampai dihalaman kantor, Mario segera turun dari mobilnya.
Sementara Yudha harus memarkirkan mobilnya terlebih dahulu.
Mario masuk dengan gagahnya, ketampanan dan gayanya yang smart dan berwibawa membuat dirinya selalu menjadi pusat perhatian para wanita.
Sama halnya dengan Yudha, mereka sama-sama berwajah tampan dan berdada bidang, yang selalu menjadi dambaan kaum hawa.
Kini, kedua pria tampan itu masuk ke ruang utama. Mario berjalan terlebih dahulu, diikuti Yudha yang menjurus dibelakang.
******
Sementara di ruangan lain, ada Ane yang sedang menghampiri bu Sandra di ruangannya.
"Bu Sandra, ini berkasnya sudah siap.buk." ucap Ane sambil memberikan setumpuk kertas kepada bu Sandra.
Bu Sandra tersenyum, "okee.. makasih ya ne.." ucapnya sambil meraih berkas itu.
"Sama-sama buk." saut Ane dan membalas senyuman bu Sandra.
"Buk, Dinda gak masuk ya hari ini?" tanyanya sambil menggeser kursi didepan bu Sandra dan mendudukkan bokongnya.
"Iya.. pak Mario yang bilang, dia yang ngizinin Dinda." jawab Bu Sandra sambil mengarahkan pandangannya pada setumpuk kertas, sesekali mengalihkan pandangan ke arah Ane.
Mendengar jawaban Bu Sandra, Ane langsung mengerutkan ke dua alisnya.
"Buk, kenapa harus pak Mario yang izinin Dinda? memangnya mereka satu rumah?" tanya Ane terheran-heran.
"Ya kan bisa aja.. dia telpon atau WA pak Mario, iya kan?" jawab Bu Sandra santai, tak menyadari arti dari pertanyaan Ane.
Ane menyeringai, "Ya terdengar aneh aja buk.." ucapnya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Aneh gimana maksudmu?" tanya bu Sandra heran sembari melepaskan pandangannya dari setumpuk kertas, beralih ke Ane.
Seketika dia tersadar, "iya ya.." jawabnya singkat sambil mengingat-ingat kejadian yang tempo hari.
"Kamu tau gak ne," ucapnya mulai serius bercerita, sementara Ane mulai serius menyimak. "Kemaren waktu saya keruangan pak Mario.. dia telpon Dinda." lanjutnya bercerita. "Tau ngga..? dia panggil apa ke Dinda?" lanjutnya sembari bertanya.
"Emang pak Mario panggil apa buk?" jawab Ane tertarik.
"Pak Mario panggil sayang ke Dinda..." ucapnya, heboh.
Membuat bola mata Ane membulat.
Duuuhhh, pagi-pagi udah ngerempong.
"Aaaaaa, masa sih buk..? teriak Ane, girang.
" Sssstttt, jangan keras-keras.." ucap bu Sandra sembari mengacungkan jari telunjuknya mengarah ke bibirnya.
Lalu melanjutkan kembali obrolannya.
"Ya jelas bener lah... masa saya bohong.. orang saya ada disitu kok." jawab Bu Sandra sedikit jutek.
"Wah.. jangan-jangan Dinda sama pak Mario pacaran buk." ucap Ane menerka.
"Ya gapapa.. kan sama-sama single." jawab bu Sandra, senang.
Ane tersenyum, "iya buk bener, mereka cocok banget. Yang cowok ganteng, yang cewek cantik." ucapnya seraya tersenyum sumringah.
"Ngga kebayang, kalo mereka menikah nanti.. seperti apa ya anaknya?" lanjutnya, membayangkan sesuatu.
"Yang pastinya gak seperti kamulah..." ketus bu Sandra.
"Hehehe.." Ane tertawa geli.
"Ibu bisa aja, saya kan juga cantik buk.." ucapnya, tersipu.
"Ya udah deh buk, saya permisi dulu.. kalo ngerumpi terus, bisa-bisa kerjaan numpuk." Lanjutnya dan langsung beranjak dari duduknya.
"Ya udah, sana kerja.. siapa suruh ngerumpi disini?" saut bu Sandra
Ane pun akhirnya keluar dari ruangan bu Sandra.
********
Sementara di ruangan lain, ada Mario yang sedang duduk di singgasananya.
Mario meraih ponselnya yang berada di atas meja.
Dia ingin mengirimkan notif pesan ke nomor ponsel Dinda.
Mario menekan beberapa huruf di ponselnya.
"Hay"
Mario mengirim notif pesan sembari tersenyum.
"Mengapa aku sangat merindukannya?" batinnya, setelah mengirimkan notif pesan ke nomer Dinda.
Ponsel Dinda berbunyi, Dinda segera meraihnya.
Sebuah notif pesan dari nomer Mario yang tertera.
Dinda membaca sembari tersenyum, girang.
Lalu, dia mengetik balasan.
"Hay juga.." balasnya.
Ponsel Mario berbunyi, balasan notif pesan dari nomer Dinda.
"Haha..., dia membalasnya." gumam mario, girang.
Lalu dia mengetik kembali.
"Aku kangen." Balas Mario lagi to the point, sembari tersenyum lebar.
Bola mata Dinda membulat, saat membaca isi pesan Mario.
Dinda tersenyum, sambil menggigit sedikit bibir bawahnya.
"Aduuuh...aku harus jawab apa ya?"
Gumamnya, pelan.
Lalu dia mengetik balasan.
"Bisa ketemuan gak?"
Balas Dinda sembari tersipu malu, wajahnya merona.
Mario terperangah, saat membaca balasan dari nomer Dinda.
"Aaiihh, dia mengajakku untuk ketemuan."
Ucap Mario seraya tertawa, girang.
"Kapan mau ketemuan?" balas Mario.
"Terserah" Balas Dinda, singkat.
"Gimana kalo saat jam makan siang?"
Balas Mario.
"Kita ketemu di restoran dekat rumah sakit." Balasnya lagi.
"Boleh." Balas Dinda.
"Oke, sampai ketemu di sana."
"Oke."
Bersambung epd 15
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments