epd 10

Dinda pun segera beranjak menuju arah pintu.

Sementara dari arah lain, ada Aldo dan Yudha berjalan bersama menuju ruang Mario.

Sebelum pintu dibuka, Dinda berbalik arah menatap Mario yang sedang memandangnya,

sambil memposisikan sebelah tangannya memegang gagang pintu.

Dinda dan Mario tersenyum manis bersamaan.

Terlihat jelas raut wajah bahagia diantara keduanya.

Bibir Dinda mungkin saja bisa berbohong untuk tidak membalas cinta Mario, tetapi tidak dengan hatinya.

Setelah itu, Dinda kembali mengarahkan tubuhnya kearah pintu.

Saat dia membuka pintu, tiba - tiba saja...

Bruukk

Tubuh Aldo dan Dinda membentur secara bersamaan.

"Aaaauuu.." pekik Dinda sembari memejamkan matanya karena merasa dirinya akan segera jatuh, tetapi tidak benar-benar terjatuh, karna ada Aldo dengan cepat menangkap dan merangkul pinggang ramping milik Dinda.

Bola mata Aldo menatap raut wajah Dinda yang masih saja memejamkan mata tanpa berkedip.

Sedangkan Dinda yang merasa tubuhnya tidak terjatuh, dengan perlahan ia segera membuka matanya kembali.

Kini Aldo dan Dinda saling beradu pandang.

Mario yang sejak tadi menyaksikan adegan Aldo dan Dinda, memasang raut wajah marah.

Seketika wajahnya memerah, tak ada senyum di bibirnya.

Kepalan tangan yang begitu erat, diiringi desiran darah marah yang meluap.

Sementara Yudha berdiri mematung didepan pintu, menatap keduanya sesekali mengalihkan pandangannya kearah Mario.

Dengan cepat Mario mengambil alih Tubuh Dinda dari dekapan Aldo, dan langsung memposisikan nya dibelakang tubuhnya.

Mario menatap Aldo dengan tatapan tajam.

Sedangkan Aldo yang tersadar, menanggapi dengan senyum menyeringai.

Dia mengerti bahwa saat ini sahabatnya itu sedang cemburu dan marah kepadanya.

Dilanjutkan dengan Dinda yang memutuskan untuk segera keluar dari ruangan itu.

Kini hanya ada Yudha, Aldo dan Mario yang berada dalam satu ruangan.

Aldo mencoba untuk melunakkan hati sahabatnya yang sedang dipenuhi rasa amarah yang memuncak.

"Yo, gua gak ada mak_ "

Buukk

Ucap Aldo terhenti saat satu pukulan Mario mendarat di pipi kiri Aldo.

Yudha mencoba untuk melerai dengan merangkul tubuh Mario, namun Mario melepas kasar tangan Yudha.

Pukulan yang cukup kuat itu membuat tubuh Aldo membentur dinding.

Seketika Aldo memejamkan mata, dan kembali memposisikan tubuhnya seperti semula.

Aldo mengernyit menahan sakit, sambil memegangi pipinya yang terasa sakit.

Dia tak menyangka Mario akan semarah itu padanya.

Rasa cemburu yang kelewat batas membuat Mario melupakan sejenak persahabatannya dengan Aldo.

Mario kembali mendekat dan langsung menggenggam kerah kemeja Aldo, "jangan coba-coba bermain - main denganku." ucap Mario dengan nada tinggi sambil mendorong kasar tubuh Aldo.

Tubuh Aldo tersungkur, namun Yudha segera menangkap lengan Aldo dan menarik lengannya.

Aldo mengarahkan pandangannya kearah Yudha.

Yudha segera memberi isyarat dengan mengerlingkan mata kearah pintu.

Aldo yang mengerti dengan maksud Yudha pun mengedipkan kedua matanya diiringi dengan anggukkan sedikit kepala.

Lalu ia pergi meninggalkan ruangan tanpa menoleh dan menghiraukan Mario.

Saat ini Mario begitu marah, desiran darah yang menggebu-gebu di iringi detak jantung yang semakin kuat dan nafas yang tak beraturan.

Yudha hanya bisa terdiam memandang, tetapi dia belum berani untuk bersuara.

******

Saat jam makan siang

Dinda, bu Sandra, dan Ane sedang asik menyantap makan siang di kantin.

Dinda terlihat begitu gelisah, sesekali dia melihat kearah jam kecil yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Aduuuh.. ibu pasti menungguku." batin Dinda.

Bu Sandra dan Ane menatap Dinda dengan raut wajah bingung.

"Kamu kenapa Din?" tanya bu Sandra.

"Buk.., saya izin pulang cepet boleh ngga...? soalnya saya mau nemenin ibu saya di rumah sakit.. kasian ibu saya sendirian buk." ucap Dinda, memohon.

"Ooh.. kalau kamu mau pulang sekarang gapapa! Kamu temenin ibu kamu aja dulu, jangan lupa titip salam buat ibu kamu ya.." jawab bu Sandra. "Nanti saya yang akan bilang sama pak Mario, kalau kamu gak bisa ikut meating." lanjutnya.

Dinda tersenyum, senang. "Makasih ya buk.. kalo gitu saya langsung ke rumah." ucap Dinda sambil beranjak dari duduknya.

"Iyaa.. sama-sama." saut Bu Sandra.

"Ane, gua duluan ya..." sapa dinda. "Yok semuanya." lanjut Dinda.

"Siip.. hati-hati dijalan..." saut Ane.

"Hati-hati Din.." lanjut bu Sandra.

Dinda menjawab dengan senyuman sembari berlalu pergi meninggalkan keduanya.

******

Ditempat lain, ada suster yang sedang memeriksa infus ibu.

"Sus, anak saya belum datang ya?" tanya ibu sembari mengarahkan pandangannya kearah suster bergantian dengan arah pintu.

"Sepertinya belum bu.., mungkin sebentar lagi." jawab suster itu sembari tersenyum.

Tak lama kemudian, Dinda pun datang.

Ceklek

Pintu ruangan ibu terbuka.

"Assalamu'alaikum.."

Tampak sosok Dinda menghampiri ibu.

"Wa'alaikumsalam..." jawab ibu dan suster bersamaan.

"Maaf ya buk... ibu pasti nunggu Dinda nya lama, cup" ucap Dinda sembari mengecup pucuk kepala ibu.

Ibu membalas senyum Dinda. "ngga kok.. ada suster yang nemenin ibuk." ucap ibu sembari melirik ke arah suster.

Suster itu pun tersenyum ke arah Dinda.

"Makasih ya sus.." ucap Dinda.

"Sama-sama Nona." jawab suster singkat.

"Dua jam lagi kita ganti infusnya ya bu.. saya permisi dulu." lanjut suster.

"Iya sus.. terima kasih." jawab ibu.

Suster pun akhirnya keluar dari ruang rawat ibu.

Ibu kembali mengarahkan pandangannya ke arah Dinda, "ibu kapan bisa pulang Din.. ibu pengen pulang..." tanya ibu lemah.

"sabar ya buk.. kita tunggu sampai hasil labnya keluar besok." jawab Dinda.

"Hemmhh" ibu menghela nafas.

"Ibu makan dulu ya, habis ibu minum obatnya, biar ibu cepat sembuh dan bisa secepatnya pulang ke rumah." ucap Dinda merayu sambil memasukkan makanan kedalam mangkuk kecil.

"Ini Dinda beliin bubur buat ibuk, ayok dimakan buk." lanjut Dinda sembari menyuapi ibu.

Ibu pun segera melahapnya sedikit demi sedikit hingga tak tersisa.

Setelah selesai makan dan minum obat, ibu kembali istirahat.

Dinda pun segera duduk di sofa sambil menyandarkan tubuhnya, sembari menatap layar ponsel, ada pesan WhatsApp dari nomor baru.

Dinda mengerutkan kedua alisnya, saat membaca isi pesan.

"I LOVE ******u******..."

Dinda berfikir sejenak, lalu memeriksa profile pengguna.

"Mario Hadinata.." ucapnya membaca nama profile sembari membulatkan kedua bola matanya.

Seketika debaran jantung Dinda berdetak kencang seraya tersenyum, senang.

"Aku harus balas apa ya?" batinnya, sembari berfikir.

Dinda menekan dua huruf dilayar ponselnya.

"Tu..."

Dinda tersenyum setelah mengirim pesan balasan.

Triing..

Ponsel Mario berbunyi, Mario meraihnya.

Bola mata Mario membulat ketika mendapati pesan balasan dari Dinda, seketika senyumnya mengembang.

"Aaaaahh, yess." pekik Mario, senang sembari memposisikan lengannya yang ditekuk membentuk huruf L dan mengepal, seraya menghentakkan nya sedikit.

Yudha yang berada di ruangan yang sama menoleh, dia menatap Mario dengan raut wajah bingung. "haahh.. apa lagi yang sudah terjadi padanya? tadi emosinya meledak, sekarang malah sumringah?" gumam Yudha dalam hati.

"Memang cinta sulit ditebak, terkadang membuat orang waras menjadi sinting." lanjutnya dalam hati sambil menahan tawa, seraya menggeleng-geleng kan kepala.

Sore harinya...

Mario dan Bu Sandra baru saja selesai meeting.

Bu Sandra kembali ke ruangannya.

"Pak, saya permisi dulu." ucap bu Sandra.

"Iya silahkan." jawab Mario.

Mario pun kembali ke ruangannya.

"Yud, kita ke rumah sakit sekarang." ucapnya setelah berada di ruangannya.

"Tuan sakit..?" tanya Yudha sembari melihat-lihat raut wajah Mario dengan mengerutkan kedua alisnya.

"Tapi sepertinya Tuan baik-baik saja." lanjutnya.

"Bukan aku.." jawab Mario singkat.

Yudha terlihat semakin bingung, "lalu.. untuk apa kita ke rumah sakit Tuan?" tanya Yudha lagi.

"Untuk memeriksakan kejiwaan mu.. hahahahahah..." jawab Mario nyeleneh, sembari tertawa menggelegar.

Membuat Yudha semakin jengkel, "yang perlu diperiksa itu anda, bukan saya." ucapnya kesal.

"Hhhhhhhh" Mario tertawa lagi.

"Ayok kita ke rumah sakit, jenguk calon mertuaku...hihihihi" ajak Mario seraya tertawa kecil menggoda Yudha.

Yudha menatap jengah kearah Mario, sembari mengikuti langkah Mario menjurus dibelakang.

******

Sesampainya mereka di rumah sakit, segera mereka mencari ruangan ibu Dinda.

Setelah didapati, mereka langsung menghampiri dan tak lupa Mario juga membawa bingkisan untuk ibu Dinda berupa buah-buahan segar.

Tok tok tok..

Yudha mengetuk pintu.

"Iya.. masuk.." jawab ibu yang saat itu sedang terbaring namun sedang dalam keadaan tidak tertidur.

Mario dan Yudha pun segera masuk sambil tersenyum ramah kepada ibu, dan juga di balas ibu dengan senyuman.

Seketika pandangan mata Mario beralih kepada Dinda yang sedang tertidur menyamping di atas sofa.

Dinda tertidur pulas menghadap kearah ranjang ibunya.

"Sangat cantik" batin Mario.

Dinda terlihat sangat lelah, bagaimana tidak? dia harus bolak balik rumah, kantor, rumah sakit.

Semua dilakukannya sendiri...

Mario dan Yudha mendekati ibu, "selamat sore bu.." Mario dan Yudha menyapa secara bersamaan.

"Selamat sore.. anda berdua ini siapa?" tanya ibu.

"Perkenalkan, saya Mario atasan Dinda, dan ini Yudha asisten saya." ucap Mario memperkenalkan dirinya dan Yudha.

Ibu menatap lembut keduanya, pandangan matanya menatap kearah Mario bergantian dengan Yudha sembari tersenyum.

"Bagaimana dengan keadaan ibu sekarang?" tanya Mario lembut

"Alhamdulillah baik pak, itu juga berkat anak saya pak, dia yang sudah menyemangati saya." ucap ibu pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah Dinda.

"Jangan panggil saya dengan sebutan pak, bu.. panggil saya Mario saja. Agar lebih akrab.." ucap Mario sedikit menggoda.

Ibu dan Yudha tersenyum.

"Anak ibu memang sangat baik, dan juga cantik." lanjut Mario yang tentu saja membuat ibu tersenyum, senang.

"Nak Mario sudah berkeluarga?" tanya ibu to the point. "maaf nak.. ibu hanya sekedar bertanya.. tidak ada maksud lain." lanjut ibu.

Mario tersenyum kecil menanggapi pertanyaan ibu, "saya belum berkeluarga bu.. saya masih lajang." jawab Mario meyakinkan.

"Ooh.. masih sendiri toh..? kalau yan ini, siapa namanya tadi? ucap ibu sembari bertanya nama Yudha.

" Saya Yudha bu, saya juga belum berkeluarga." ucap Yudha menjawab terlebih dahulu sebelum ditanya.

Ibu tersenyum kearah keduanya secara bergantian. Ntah apa yang ada dipikiran ibu, sehingga ibu menanyakan hal yang demikian.

Cukup lama mereka mengobrol, hingga akhirnya Dinda pun terbangun.

Dengan perlahan Dinda membuka matanya sembari mengucek-ucek lembut kedua matanya.

Dinda segera mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk.

Dinda menatap kedua orang pria bertubuh tinggi dan berpakaian rapi secara samar-samar sembari mengkedip-ngkedipkan matanya.

Sedangkan Mario, Yudha dan ibu yang menyadari Dinda sudah terbangun, menatap kearah Dinda secara bersamaan.

Setelah Dinda memastikan pandangannya sudah terlihat jelas, Dinda tersentak kaget.

"Pak Mario, pak Yudha.. bapak ngapain disini?" tanya Dinda heran.

Mario tersenyum licik, "mau culik kamu.." jawab Mario menggoda.

Dinda tersipu malu, sembari diiringi dengan tawa Mario, Yudha dan ibu.

Bersambung 11

Terpopuler

Comments

Syafa Aprilia

Syafa Aprilia

sabar ya kaka say kuh, udh up 5 bab tpi blm direview.

2021-07-19

2

Safaraz Aufa Azalia

Safaraz Aufa Azalia

next thor...💗💗

2021-07-19

2

Fathaniyah

Fathaniyah

lanjut

2021-07-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!