epd 19

Sore harinya Mario dan Yudha sudah berada di Bandung, Aldo menjemput mereka di bandara.

Mario dan Aldo melupakan sejenak pertengkaran kecil antara mereka, karena ada hal yang lebih penting untuk dituntaskan.

*******

Ditempat lain ada Hendra (suami karina) yang sedang melajukan mobilnya dengan cepat.

Namun, tiba-tiba saja ban mobil yang dikendarai Hendra kempes, dan terpaksa Hendra harus menghentikan kendaraannya.

Hendra keluar dari mobil, hendak memeriksa ban mobilnya yang kempes.

"Aduuuh, kenapa harus kempes disini sih? mana tempatnya sepi lagi! huuufff" ucapnya kesal sembari menghela nafas kasar.

Hendra berjongkok, melihat-lihat ban mobilnya yang ternyata ada sebutir paku yang menancap di salah satu ban mobil.

"Siiall" gumamnya semakin kesal sembari mengusap wajahnya, lalu mengubah posisinya menjadi berdiri.

Segera ia membuka pintu mobil bagian supir, hendak mengambil ponselnya.

Tetapi belum sempat ia meraih ponsel yang berada di atas dashboard, Hendra dikejutkan oleh seseorang.

"Cepat serahkan ponsel dan dompetmu." ucap seseorang dengan nada keras yang sudah berada dibelakang Hendra, sembari mengarahkan sebilah pisau kearah perut bagian pinggang milik Hendra.

Deg

Detak jantung Hendra berdegup, dari suaranya Hendra dapat mengetahui bahwa dia seorang laki-laki.

Hendra diam tak bergerak, sembari mengangkat kedua tangannya keatas. Lalu Hendra memberanikan diri untuk membalikkan tubuhnya berhadapan langsung dengan laki-laki itu.

Laki-laki itu memakai penutup wajah, sehingga wajahnya tak dikenali oleh Hendra.

"Si-siapa kamu?" tanya Hendra dengan nada getir.

Rasa takut yang ia rasakan saat ini, membuat jantungnya berdegup kencang, seketika raut wajahnya memucat.

"Jangan banyak bertanya, serahkan saja ponsel dan dompetmu." bentak orang itu.

Hendra mencoba mengulur waktu, berharap ada seseorang yang lewat dan menolongnya.

Hendra mencoba melawan, dengan mendorong kuat tubuh pria itu, namun dengan cepat pria itu mengayunkan pisaunya sehingga mengenai lengan Hendra.

"Aaaackh..." Hendra mengerang kesakitan, banyak darah yang keluar dari lengannya.

Sementara dari arah berlawanan, ada Dinda yang hendak pulang ke rumah dengan mengendarai motor maticnya.

Dinda melajukan motornya dengan cepat, karena hari sudah menjelang magrib.

Namun seketika Dinda memperlambat laju motornya, arah pandangannya tertuju kepada sebuah mobil mewah berwarna hitam.

Di sana terlihat ada dua orang laki-laki yang tampak sedang berkelahi.

Dinda mengamati dari kejauhan, namun tak terlalu jauh. Dia melihat satu dari kedua laki-laki tersebut menggenggam sebilah senjata tajam.

Tanpa berpikir panjang, Dinda melajukan kembali motornya dengan kencang.

Dan seketika...braakkk, Dinda menendang tubuh pria yang memegang pisau itu dengan kuat, sehingga membuat tubuh lelaki itu terpental.

Bruukk , Dinda pun ikut terjatuh bersama motornya, namun dengan cepat ia bangkit kembali, menahan sakit tubuhnya. Dia menghampiri pria tersebut sembari melepas dan memegang helmnya.

Buukk buukk buukk , Dinda memukulkan helmnya dengan sangat kuat ke bagian tubuh dan wajah pria tersebut.

Sementara, pria itu mencoba mengelak dari pukulan Dinda namun tak bisa, karna tubuhnya sudah terasa sakit saat terpental tadi.

Kemudian Dinda menginjak ke bagian sensitifnya, membuat pria itu mengerang kesakitan. " Aaaackhh " pria itupun memegang bagian sensitifnya dari luar celana, merasakan sakit yang teramat sakit.

Dinda merebut pisau yang terlepas dari tangan pria itu, lalu dia mengarahkan pisau itu ke arah pria tersebut. "Jangan coba-coba melawan, kalau kau tidak ingin mati sia-sia." ucap Dinda membentak.

Saat ini, Dinda bak pahlawan kesiangan.

Dibalik sifatnya yang lembut dan gayanya yang feminin ternyata bisa berubah menjadi singa betina yang siap memangsa.

Dinda mengarahkan pandangannya ke arah Hendra, "cepat hubungi polisi." teriak Dinda.

Hendra pun mengabaikan luka di lengannya dan langsung meraih ponselnya.

Setelah Hendra menghubungi polisi, Hendra menyimpan ponselnya ke saku celana sembari berjalan mendekati Dinda sambil memegangi lengannya yang terluka.

"Terima kasih mba, sudah menolong saya." ucap Hendra lalu ikut berjongkok.

"Terima kasihnya nanti aja mas.. kita urus orang ini dulu, jangan sampai dia kabur." ucap Dinda yang menahan tubuh lelaki itu dengan mendudukinya.

"I_iya mba, iya." ucap Hendra sembari ikut menahan tubuh pria tersebut dengan menekan ke dua tangan pria itu diaspal.

Tak berapa lama polisipun datang dan segera mengamankan pria tersebut.

"Apa bapak dan ibu baik-baik saja?" polisi itu mengamati lengan Hendri yang terluka.

"Iya pak, kami gapapa cuma luka sedikit ko pak."

Hendra mencoba menahan rasa sakitnya.

"Baiklah, kalau begitu silahkan bapak ikut ke kantor, untuk dimintai keterangan." lanjut polisi itu.

"Baik pak, saya akan menyusul." jawab Hendra.

"Baik, kalau begitu kami segera membawanya ke kantor."

Dinda yang sejak tadi sudah mengetahui ada luka di bagian lengan Hendra, berniat untuk membantu Hendra untuk segera membawanya ke rumah sakit.

"Mas, sepertinya mas terluka parah. Ayo mas, saya bantu ke rumah sakit." ajak Dinda menawarkan bantuannya.

Hendra tersenyum lebar "sekali lagi terimakasih mba!" ucapnya.

"Iya mas sama-sama..." jawab Dinda sembari berjalan menuju motornya yang tergeletak di pinggir jalan.

Dinda meraih motor dan langsung membenarkan motornya yang tumbang.

Sementara Hendra berjalan menuju mobilnya dan hendak mengunci mobilnya terlebih dahulu sebelum ia pergi ke rumah sakit.

Dinda sudah siap dengan posisinya di atas motor, "mas ayook.." ajaknya.

Hendra yang mendengar ajakan Dinda pun segera menghampiri. "Ayo mba." ucapnya seraya naik ke atas motor Dinda.

Dinda segera melajukan motornya dengan sangat kencang, sehingga Hendra yang berada dibelakangnya merasa risih sembari meringis menahan sakit.

"Mba, jangan kenceng-kenceng bawa motornyaa.., nanti kita jatuh."

"Tenang aja mas...saya ahlinya." Dinda menjawab dengan sombong.

******

Setelah mereka sampai di rumah sakit, "mas, bisa kan masuk kedalam? soalnya saya gak bisa gendong!" ucap Dinda membuat Hendra tersenyum sembari menahan sakit.

"Saya masih bisa jalan ko mba... tenang aja."

"Ya udah kalo gitu mari saya bantu mas!" Dinda langsung memapah lengan Hendra dan membawanya masuk.

"Sus, tolong mas ini sus." ucapnya kepada beberapa suster.

Suster-suster itupun segera membawa Hendra keruang ICU untuk ditangani.

Sambil berbaring, Hendra memandang ke arah Dinda sembari tersenyum dan mengacungkan jempolnya kepada Dinda.

"Perempuan hebat." gumamnya dlm hati.

Dinda tersenyum lebar, membalas senyuman Hendra dan berlalu pergi meninggalkan rumah sakit.

Dinda tidak kembali keruangan ibu, karna dia harus kembali ke rumah untuk mengambil pakaiannya.

Bersambung epd 20

Terpopuler

Comments

Ratna RDAP

Ratna RDAP

ganggu

2021-08-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!