Mario mulai menjalankan mobilnya, meninggalkan area kantor.
Dia melajukan mobilnya dengan sangat cepat.
Sementara Dinda, masih asik menemani ibunya.
Dia duduk ditepi ranjang sambil menggenggam tangan ibu, sesekali mengecup lembut tangan ibunya.
Dinda melupakan sesuatu, ia lupa akan pertemuannya dengan Mario siang ini.
******
Mario akhirnya tiba di lokasi, tepatnya di depan restoran xxx.
Mario memarkirkan mobil, lalu ia keluar dan masuk ke dalam restoran.
Dia memesan satu meja yang tampak istimewa, dengan pemandangan dari luar yang terdapat kebun bunga yang sedang bermekaran.
Mario duduk disalah satu kursi diantara dua kursi yang ia pesan.
Dia menunggu kedatangan Dinda, di sana.
Sudah 10 menit dia menunggu, namun yang ditunggu belum juga tiba.
Mario gelisah, rasanya sudah sangat lama.
Sesekali dia melihat ke arah jam kecil yang melingkar di tangannya.
"Kemana kamu Din..? kenapa lama sekali..?" gumamnya.
Semakin tak sabar ia menunggu, akhirnya ia merogoh koceknya.
Dia mengambil ponsel, lalu menelpon Dinda.
Tut... tut... tut... terhubung.
"Hallo!"
Dinda menjawab panggilan telpon dengan nada lemah.
"Hallo Din, kamu dimana?"
"Ada dirumah sakit pak.."
"Din, aku sudah menunggumu di restoran. Kenapa kamu tidak datang?"
Ucap Mario, sedikit kecewa.
Mendengar ucapan Mario, Dinda tersadar.
"Astaga...., aku lupa."
ucapnya dalam hati sembari menekan sedikit keningnya.
Lalu dia menjawab.
"Iya pak, sebentar lagi saya ke sana."
"Baiklah, saya tunggu."
"Kalau begitu saya tutup telponnya ya?"
"Iya pak."
Tut tut tut
Panggilan terputus.
"Ada apa Din?" tanya ibu, mengetahui seseorang menelpon Dinda.
"Dinda keluar sebentar ya bu, gak lama kok." ucap Dinda sembari mengambil tas kecilnya.
"Ibu gapapa kan Dinda tinggal sebentar? cup"
Lanjutnya seraya mengecup lembut pucuk kepala ibu.
"Iya.. ibu gapapa." ucap ibu sembari tersenyum.
Dinda akhirnya pergi meninggalkan ibu sendiri di ruangannya.
Dengan mata yang masih terlihat sembab, dia pergi menuju sebuah restoran untuk menemui Mario.
Setelah sampai, Dinda melirik ke setiap sudut ruangan, mencari sosok Mario.
Tak berapa lama, Mario datang menghampiri Dinda.
Mario tersenyum, "kenapa lama sekali?" tanyanya yang sudah tidak sabar untuk bertemu.
Dinda membalas senyuman Mario, "maaf pak.. tadi saya_" ucapnya terhenti, saat Mario menarik tangannya.
"Sudahlah, tidak perlu menjelaskan." jawab Mario sembari berjalan menuju meja yang sudah dipesannya, sambil menggenggam erat tangan Dinda.
Jari jemari mereka saling bertautan.
Dinda mengarahkan pandangannya ke arah tangannya, sesekali mengarah ke arah mario sambil berjalan.
Hati-hati tersandung Din..😁
******
Setelah mereka sampai, Dinda terperangah.
Seketika ia melepaskan tautan tangannya dari Mario.
Dinda menutup mulutnya sebentar dengan ke dua tangannya, lalu melepaskannya kembali.
Dinda merasa kagum dengan pemandangan yang tampak dari luar kaca jendela, dia menghampiri jendela dan berdiri di sana.
"Waah.. indah sekali... cantik." ucapnya, terkagum-kagum.
Mario menatap Dinda, sembari tersenyum.
Lalu dia mendekat ke arah Dinda.
Dan tiba-tiba...
Mario memeluk erat tubuh Dinda dari belakang, sambil meletakkan dagunya di pundak Dinda.
"Kamu suka?" ucapnya, melirik ke raut wajah Dinda.
Dinda yang belum menyadari pelukan Mario, terus saja tersenyum menikmati indahnya pemandangan kebun bunga.
Lalu Mario menyadarkan Dinda dengan sebuah kecupan.
"Cup" kecupan lembut mendarat di pipi Dinda.
Dinda tersadar, dan segera ia melepaskan pelukan Mario.
Mamun Mario tak melepaskan pelukannya, ia tetap merangkul pinggang Dinda dengan kedua tangannya, semakin erat.
Dinda terpaku, debaran jantungnya sangat kuat.
Mario membalikkan tubuh Dinda, berhadapan dengannya.
Dinda mengangkat sedikit kepalanya, sambil meletakkan satu telapak tangannya di dada bidang Mario dan satu lagi di pundak Mario.
Mario menundukkan sedikit kepalanya, dan kini mereka saling menatap.
Mario mendekatkan wajahnya, semakin dekat.
Dan akhirnya Mario mendaratkan ciumannya di bibir Dinda.
Mario mencium lembut bibir Dinda, detak kan jantung yang sangat kuat diantara ke duanya.
Dinda memejamkan mata, merasakan kehangatan bibir Mario.
Dinda membalas ciumannya, kini ciuman lembut itu berubah menjadi ciuman panas penuh gairah.
Bibir mereka saling memagut, Mario begitu lincah memainkan lidahnya, menyapu setiap rongga mulut Dinda.
"Aaachh" Dinda mendesah pelan, sembari meremas sedikit pundak Mario saat tangan Mario meremas pinggangnya yang ramping.
Weh, jadi baper.😂
Mereka larut dalam ciumann panas itu, sampai mereka tak menyadari kedatangan seorang pelayan restoran.
"khemm, maaf Tuan..Nona.." ucap seorang pelayan menyadarkan mereka.
Sontak membuat Mario dan Dinda menghentikan aktifitasnya.
Rona merah terpancar dari raut wajah ke duanya, menahan malu.
Siapa suruh ciuman ditempat begituan.😂😂😂😂
Bersambung epd 17
Makasih udah mampir di karya recehku shaayyy...love u pembaca setia😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments