epd 04

Setelah sampai di ruangannya, Dinda disambut Ane dengan banyak pertanyaan.

"Eh Din, gimana-gimana..?" tanya Ane sambil menggenggam dan mengguncang-guncang sedikit lengan Dinda.

"Gimana apanya..?" Dinda balik bertanya sembari melepas genggaman Ane.

"Itu.. yang tadi..? waktu loe di ruangan CEO kita..?" tanya Ane dengan penuh rasa penasarannya.

"Pak Mario bilang apa..? loe kan baru pertama kalinya ketemu, pasti adalah.. kesan pertamanya, iya kan..? iya dong..? tanya ane masih menyelidik.

"Iiihhh.. kepo banget sich? biasa aja kali.." jawab Dinda merasa jengkel.

"Biasa..? biasa loe bilang? biasa gimana maksudnya? tanya Ane lagi.

"Emangnya gak ada kesan pertamanya gitu? kayanya gak mungkin deh, ayo dooong cerita." lanjut Ane berharap mendapat jawaban yang puas dari Dinda.

"Aduh...,udah deh ne', loe gak usah mikir yang aneh-aneh." Jawab Dinda jengkel dan kembali mengarahkan pandangannya ke layar laptop.

"Ah gak seru." saut Ane dengan raut wajah kecewa, dan kembali ke meja kerjanya.

Dinda kembali mengalihkan pandangannya kearah Ane, seraya tersenyum dan menggeser kursinya ke meja Ane.

"Ane'...., dengerin gue, loe gak usah mikir terlalu jauh.. pak Mario itu.. gak bakalan suka sama perempuan kayak gue." ucap Dinda menjelaskan.

"Asal loe tau, dilihat dari segi manapun.. gua bukan tipenya pak Mario." lanjutnya lagi.

"Ne'... gua hanya perempuan miskin, pegawai biasa.. gak pantas buat dapetin cintanya pak Mario. pah_ "

"Siapa yang tidak pantas?"

deg

Tiba - tiba ucapan Dinda terputus saat seseorang menyela ucapannya.

Tentu saja hal itu membuat Dinda dan Ane salah tingkah, saat tau siapa yang sudah menyela ucapannya.

"Pak_ pak Mario? sejak kapan bapak ada disini?" tanya Dinda gugup.

Dinda malah balik bertanya tanpa menjawab ucapan Mario terlebih dahulu.

Sungguh hal itu sangat memalukan bagi Dinda pribadi, dan merasa tak enak hati karena tertangkap basah sedang membicarakan atasannya dibelakang.

Mario menatap ke arah Dinda bergantian dengan Ane, sembari berkata kepada Dinda,

"Aku hanya ingin memberikan ini padamu." ucap Mario menyodorkan setumpuk kertas, yang diserahkan Dinda saat di ruangannya tadi.

Dinda diam tak berani bersuara, hanya mengambil tumpukan kertas saja dari tangan Mario.

Dia tertunduk, tak mampu membalas tatapan sang CEO.

Mario tersenyum tipis, dan berlalu meninggalkan Dinda yang masih saja tertunduk.

Setelah Mario menghilang dari pandangan, "huuhhh, Aneeeee'.........! gua sebel sama loe."

Dinda menghembuskan nafas panjang seraya berteriak kencang, sehingga membuat beberapa karyawan yang berada disekitar mereka memandang dengan terheran-heran.

"Aaaahahahahaaa...." Ane tertawa keras.

Setelah itu Ane menghentikan tawanya, tiba - tiba saja Ane menampakkan raut wajah seriusnya dan berkata...

"Eh Din, setelah gua pikir-pikir.. loe nyadar gak sih? kalo ada yang beda sama pak Mario?" ucap Ane berusaha menebak.

"Eemm...aneh gimana maksud loe?" tanya Dinda sambil mengerutkan kedua alisnya tanda tak mengerti.

"Ya.. aneh aja, coba dech loe pikir, masa dia sendiri yang nyerahin berkas itu ke eloe? aneh kan? tanyanya lagi.

"Iiih, apanya yang aneh? Dinda balik bertanya semakin tak mengerti dengan ucapan Ane.

"Bagi gue itu aneh Din, karna sebelumnya dia gak pernah keruangan ini." ucap Ane "dulu kalau ada perlu sama karyawan, dia pasti nyuruh pak Yudha buat samperin karyawannya."

"Tapi sekarang, ko sama loe beda ya? apa jangan-jangan..? pak Mario suka sama loe?" ucap Ane menerka-nerka.

Mendengar itu, Dinda menatap Ane sembari tersenyum dan berkata...

"Udah ya..., gak usah mikir yang macem - macem deh, kan gua udah bilang.. gak mungkin seorang CEO perusahaan suka sama gadis biasa."

"Jangan bermimpi terlalu tinggi.. jatuhnya pasti sakit." lanjutnya.

Ane menatap Dinda sembari tersenyum lebar dan berkata...

"Din... nasib itu gak ada yang tau, kita gak bakalan tau kedepannya seperti apa?." ucap Ane. "Lagi pula.. apa salahnya kalo ada rasa diantara kalian? lanjutnya.

"Cinta itu tidak memandang fisik Dinda...., gak memandang harta ataupun jabatan. Cinta itu datang secara tiba-tiba, gak kenal waktu dan tempatnya.. dan terkadang, cinta juga bisa membuat orang tak berpikir secara logika, paham? ucap Ane menjelaskan dengan detailnya.

Dinda tersenyum tipis lalu berkata...

"Iya bu.. paham, tapi kata - kata ibu itu kepanjangan. haha.." jawab Dinda sembari menggoda dan tertawa lepas.

"Iiihhh, gua udah ngomong panjang lebar, loe malah jawab gitu, sebel tau gk?" ucap Ane sembari memasang raut wajah cemberut.

"Iih, gak usah ngambek ah, jelek tau.." Dinda semakin menggoda Ane.

"Bodo'...!" saut Ane singkat.

"Tapi kalau bagi gue.., cinta itu kaya jailangkung, datang gak diundang, pulang juga gak diantar. Itu yang bakalan bikin sakit!" ucap Dinda melanjutkan obrolan.

"Gak semuanya seperti itu Dinda..." saut Ane

"Iya deh, iyaaa..." jawab Dinda mengakhiri obrolan dan kembali ke mejanya.

Dinda dan Ane kembali fokus bekerja, hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.15 wib, menandakan waktu makan siang pun tiba.

******

Di ruangan lain, ada Yudha yang sedang bersiap-siap untuk mencari makan siang.

"Tuan.. anda mau makan apa? saya akan keluar sebentar, barang kali Tuan menginginkan sesuatu?" Yudha bertanya sambil berdiri didepan Mario dan menunggu jawaban dari Mario.

Mario menatap Yudha, "aku mau makan di kantin saja, kau mau ikut? ucap Mario sembari bertanya kembali.

"Boleh Tuan! saut Yudha seraya tersenyum kecil.

"Kalau begitu kau hubungi Aldo, katakan padanya, aku ingin mengajaknya makan siang." lanjut Mario.

"Baik Tuan" jawab Yudha dan langsung mengeluarkan handphone miliknya, dan segera menghubungi Aldo.

Tut...Tut..Tut... terhubung

"Hallo!"

"Hallo Tuan!"

"Ya, ada apa?"

"Tuan Mario ingin mengajak anda makan siang di kantin Tuan."

"Eemm boleh, aku akan segera kesana.

tapi kalian duluan saja, aku akan segera menyusul."

"Baik Tuan!"

"Kalau begitu saya tutup dulu telponnya Tuan."

"Iya!"

Tut tut tut sambungan terputus

Yudha menutup telponnya dan kembali memasukkan handphonenya ke saku jasnya.

"Tuan.. Tuan Aldo menyuruh kita untuk pergi terlebih dahulu Tuan, katanya dia akan segera menyusul." Ucap Yudha.

"Okee, ayo kita pergi." jawab Mario sembari beranjak dari duduknya.

Mario dan Aldo segera keluar dari ruangan, dan berjalan dengan santai hendak masuk kedalam lift.

Sementara dari arah lain, ada Dinda dan Ane yang juga berjalan menuju lift yang sama.

Ketika mereka hendak masuk, Mario dan Yudha menatap mereka, seketika tangan Mario refleks menekan tombol untuk menahan pintu lift agar tidak secepatnya tertutup.

Bola mata mereka saling memandang satu sama lain.

Deg

Ada rasa yang berbeda antara Mario dan Dinda, yang mungkin sulit diucapkan.

Sementara Yudha dan Ane merasa aneh dengan sikap Mario yang semakin tak biasa itu.

Yudha dan Ane terdiam memandangi Mario bergantian kearah Dinda, begitu juga dengan Ane.

Mario menatap lekat kearah Dinda, sembari berkata... "Mau masuk atau tidak?" ucap Mario datar.

Namun Dinda dan Ane diam tak menjawab, membuat Mario sedikit kesal.

"Kenapa diam saja? cepat masuk, aku tidak punya banyak waktu hanya untuk melihatmu berdiri saja disini." cetus Mario dengan nada sedikit tinggi.

Dinda mengerutkan dahi, "sepertinya benar kata mereka, manusia aneh ini benar-benar sulit ditebak." gumam Dinda dalam hati.

"Huuufff" Dinda menghela nafas kasar.

"Hey pak, bisa sedikit lembut gak sih jadi cowok..? ucap Dinda yang tentu saja membuat ke tiganya terperangah.

"Haaahh"

Mario seakan tak percaya ada karyawan yang berani padanya.

Setelah Dinda menjawab, dia segera berbalik dan pergi meninggalkan mereka.

Mario semakin kesal, "apa-apaan dia? kenapa dia berani sekali padaku? gumam Mario kepada Yudha.

"Ntah lah Tuan.." jawab Yudha yang juga tak mengerti.

Sedangkan Ane hanya berdiri sambil menundukkan kepala, takut Mario akan segera memarahinya.

Lalu Mario keluar dari lift mengejar Dinda, diikuti Yudha dan Ane menjurus dibelakang.

Setelah Mario berhasil mengejar Dinda, tiba - tiba...

"Tunggu...!" Mario menghentikan langkah Dinda dengan menarik kasar lengan Dinda.

Langkah Dinda terhenti, seketika tubuhnya membentur dada bidang Mario.

"Aauuu" pekik Dinda.

Posisi sebelah tangannya berada di dada bidang Mario, sedangkan yang satunya lagi berada di pinggang Mario.

Dinda mengangkat sedikit wajahnya, sehingga pandangan mata mereka saling beradu.

Kini mereka begitu dekat, sehingga tak ada ruang diantara mereka.

Deg deg deg

Jantung mereka berdetak kencang, ntah rasa apa yang ada? marah, benci, atau cinta?

"Rasa apa ini?" gumam Mario dan Dinda dalam hati secara bersamaan.

Dinda segera menjauh sedikit, dan mengalihkan pandangannya kearah lain.

Mario tersenyum tipis, "berani sekali kau padaku? apa kau lupa bahwa aku ini atasanmu? hem?" tanya Mario kesal.

Mario mengalihkan tubuh Dinda agar menghadapnya, dengan memegangi kedua pundak Dinda.

Setelah mereka berhadapan kembali, Mario membungkukkan sedikit tubuhnya agar sama rata.

"Lihat aku, ayo lihat aku.." ucap Mario dengan meninggikan suaranya.

Lalu Dinda mengangkat sedikit wajahnya dan menatap tajam bola mata Mario.

Dinda menyunggingkan senyum, "bicaralah yang sopan pak Direktur, ini kantor bukan rumah anda.." ucap Dinda yang tentu saja membuat mata Mario membulat, semakin kesal.

"Hahah..." Mario tertawa licik, lalu terdiam menatap sinis kepada Dinda.

"Kurang ajar sekali gadis ini? sepertinya aku harus memberinya pelajaran." gumam Mario dalam hati.

Dan akhirnya...Mario me**um bibir mungil Dinda.

Netra pekat Dinda seketika membulat, tubuhnya melemas, detak jantungnya berdetak semakin kuat.

Dinda terdiam, tak ada perlawanan sedikitpun darinya.

Tak berapa lama, Mario mengakhiri cium*n nya.

Mario menyunggingkan senyum, sambil mendekatkan bibirnya kearah telinga Dinda seraya berkata...

"Itu hadiah untuk menutup mulutmu, agar berhenti melawanku." ucap Mario sembari tersenyum lebar.

Seketika air mata Dinda menggenang.

Mario melepaskan tangannya dari tubuh Dinda, hendak berbalik dan pergi meninggalkan Dinda.

Namun belum sempat Mario pergi, Dinda terlebih dahulu menarik tangan Mario.

Plaakkk

Satu tamparan Dinda mendarat di pipi kiri Mario.

Mario tersentak dan langsung menatap Dinda sambil memegangi pipinya.

"Itu hadiah untuk orang yang berani kurang ajar padaku." ucap Dinda membalas perkataan Mario.

Dinda berlalu pergi meninggalkan Mario yang terdiam memandanginya.

Yudha yang melihat adegan itu, tersenyum manis. Merasa salut atas keberanian Dinda.

Sementara Ane dengan wajah takutnya, menyusul mengejar Dinda.

Mario akhirnya berbalik, didapatinya Yudha yang sedang tersenyum kearahnya.

Setelah mendekati Yudha, langkah Mario terhenti.

Mario menatap Yudha dengan tatapan sinis nya.

"Sepertinya dialah yang akan menaklukkan hatimu nanti Tuan.." ucap Yudha.

Mario tak menjawab, dan langsung pergi mendahului Yudha, diikuti Yudha yang menjurus dibelakang.

Mereka berjalan kembali memasuki lift, tiba - tiba..." woi tunggu.." seseorang manghadang pintu lift dan bergegas masuk.

Aldo, ya.. orang itu adalah Aldo.

"Aku kira kalian sudah lama menungguku, ternyata masih disini."ucap Aldo santai

"Ada masalah sedikit Tuan..." tiba - tiba Yudha menjawab sambil melirik ke arah Mario.

" O ya..? ada masalah apa?" tanya Aldo bingung.

"Masalah hati Tuan,hehe.." lanjut Yudha sembari tersenyum kecil.

"Tutup mulutmu.. atau ku pecat kau sekarang juga." ucap Mario menyela dengan nada tinggi.

Yudha menutup mulutnya dengan sebelah tangan, sambil menatap Aldo dengan mengedipkan sebelah mata bermaksud memberi kode.

Sementara Aldo hanya mengerutkan dahi tak mengerti apa yang telah terjadi.

"Hemm, sepertinya aku melewatkan sesuatu." gumam Aldo dalam hati.

Bersambung epd 05

Terpopuler

Comments

Maiyani II

Maiyani II

seru juga tu

2024-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!