Setelah Mario menyelesaikan aktifitasnya dikamar mandi, akhirnya dia keluar dengan handuk yang melingkar menutupi tubuh bagian bawah perutnya.
Pemilik tubuh kekar berdada bidang dan perut yang membentuk kotak - kotak itu, merebahkan tubuhnya sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya.
Mario memejamkan mata, namun pikirannya tertuju kepada Dinda, wanita yang sudah mencuri hatinya.
Dengan perlahan, Mario membuka matanya kembali, dan tersenyum sambil menatap langit-langit kamar.
Sekian banyak wanita yang sudah mendekatinya, namun tidak ada seorangpun yang mampu mencuri perhatian dan cintanya.
Akan tetapi berbeda dengan Adinda, perempuan cantik yang sudah berhasil menaklukkan hati dari seorang Mario Hadinata.
Terbesit didalam benaknya, ada keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih serius lagi dengan Adinda Larasati, seorang karyawati di perusahaan yang dipimpin olehnya.
Setelah berapa lama ia terbaring, Mario akhirnya bangun dan beranjak mencari pakaiannya di lemari.
Setelah mendapatkan pakaian, Mario segera turun menuju lantai utama, hendak mengobrol bersama orang tua dan kakaknya.
Setelah sampai diruang tv, Mario langsung duduk di samping kakaknya.
"Kak, ganti dong acaranya.. bosen tiap malam sinetron terus." ucap Mario menggoda sambil mengambil remote tv ditangan kakaknya dan mengganti acaranya.
"Marioooo.... orang lagi serius nonton, malah kamu ganti." pekik Karin sambil menepuk-nepuk kecil lengan Mario.
Mario tertawa geli melihat reaksi kakaknya, dan disambut dengan Mama dan Papa yang menggeleng-geleng kan kepala melihat tingkah kedua anaknya.
"Jangan terlalu didramatisir.. dasar emak-emak korban sinetron." ucap Mario meledek sang kakak.
"Bodo amat." saut Karin singkat dengan memasang raut wajah kesal.
Mama pun akhirnya bersuara untuk menghentikan pertengkaran kecil kedua anaknya.
"Mario.. kamu makan dulu gih sayang, Mama udah nyiapin makan kesukaan kamu, ada rendang daging sama sop buntut." ucap Mama senang, sembari beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja makan.
Mendengar itu, Mario melonjak senang,
"Beneran Ma? ayo ma, kebetulan nih udah laper banget." ucap Mario sambil menjurus mengikuti langkah Mama menuju meja makan.
******
Sementara ditempat lain, ada Dinda yang sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.
"Hoooaaammm..." Dinda menguap lebar, matanya memerah menahan kantuk yang sejak tadi sudah dirasakannya.
Tiba - tiba phone call Dinda berdering, ada seseorang yang menghubunginya.
Dreett...dreett...dreett...
Dinda menatap layar handphonenya dan melihat siapa yang sudah menghubunginya.
"Bu Sandra..."
Setelah tau siapa yang menelponnya, Dinda segera menggeser tombol hijau.
terhubung
"Hallo buk..,selamat malam."
"Ya Hallo juga Din.. kamu sedang apa..?"
"Kamu sudah menyelesaikan berkas yang saya serahkan tadi kan Din..?"
"Sudah buk, ibu jangan khawatir, semuanya sudah siap kok buk..."
"Ya sudah kalo begitu syukurlah, kamu istirahat ya...sampai ketemu besok."
"Jangan lupa, besok kita meeting."
"Iya buk..."
"Kalau begitu ibu tutup dulu telponnya.."
"iya buk..."
Tut Tut Tut...sambungan terputus
Setelah panggilan itu terputus, Dinda meletakkan kembali handphonenya di atas meja sambil melanjutkan kembali pekerjaan nya yang tinggal sedikit lagi.
Keesokan harinya
Kriiingg kriiingg kriiingg...
Alarm berbunyi
Dinda meraih jam kecilnya yang terletak disisi bantalnya sambil mengucek-ucek pelan kedua pelupuk matanya sembari melihat kearah jam.
Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi, Dinda segera beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Dinda segera keluar dari kamarnya.
Dia tersadar, sejak tadi dia tidak mendapati sosok ibunya.
Dia segera memeriksa kamar ibu, dan didapatinya ibu yang sedang terbaring lemah di atas kasur dengan raut wajah yang memucat dan tubuh yang melemah.
Sontak membuat Dinda panik, "buk.. ibu kenapa buk...?" tanya Dinda sembari memeluk tubuh ibunya.
Raut wajahnya memucat saat merangkul tubuh ibu yang tak sadarkan diri.
Segera Dinda keluar hendak mencari taksi, untuk membawa sang ibu ke rumah sakit.
Tak begitu lama Dinda menunggu, taksi pun datang. Segera Dinda membawa ibu masuk kedalam taksi dibantu oleh supir.
Dinda dan ibu menuju ke rumah sakit, diperjalanan Dinda menangis sambil terus memeluk tubuh tua ibunya.
Setelah sampai, "sus, tolong ibu saya sus.." ucap Dinda kepada beberapa orang suster.
Suster pun segera membawa ibu dengan membaringkannya di kasur dorong, hendak diberikan pertolongan pertama.
Ibu didorong menuju ruang ICU, disusul Dinda yang hendak masuk menemani ibunya, tetapi para suster itu melarangnya.
"Tidak nona, anda tidak boleh masuk. Sebaiknya anda tunggu diruang tunggu saja." ucap suster itu kepada Dinda.
"Kita sama-sama berdoa, semoga ibu anda akan baik-baik saja." lanjut suster itu menyemangatinya.
Dinda menuruti ucapan suster, dia segera duduk di kursi yang berada diruang tunggu.
Dinda tak henti-hentinya menangis sambil berdoa untuk kesembuhan sang ibu.
Selang beberapa menit kemudian, ada dokter yang masuk keruang ICU untuk memeriksa ibu Dinda.
Dinda menunggu dokter itu keluar dengan raut wajah yang begitu panik, kesedihan begitu menyelimuti dirinya.
*****
Sementara ditempat lain, ada bu Sandra yang sejak tadi mencari-cari keberadaan Dinda, dia terlihat tampak gelisah.
Berkali-kali dia menghubungi Dinda, namun Dinda tak menjawab panggilan telponnya.
Bagaimana Dinda bisa menjawab telponnya, sedangkan handphone Dinda saja tertinggal di kamar ibunya.
Dinda yang begitu panik lupa akan ponsel yang tergeletak di atas kasur ibunya.
Bersambung epd 09
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments