epd 05

"Din, Dinda.. tungguin gua dong.. cepet banget jalannya." Kata Ane sambil mengejar Dinda.

Dinda berhenti, "bukan gua yang cepet, tapi jalan loe tu yang lama, kaya siput." saut Dinda.

"Ya elah Din.., kenapa juteknya ke gue sih? gue gak ada hubungannya sama pak Mario." Ucap Ane heran.

"kalian tu kenapa sih? kenapa bisa berantem seperti tadi..? seperti orang pacaran yang lagi cemburuan tau gak." Lanjut Ane.

Dinda menghela nafas panjang, "huuuhhh, gua cuma gak suka aja dibentak - bentak kaya tadi.. apa lagi dia udah bersikap kurang ajar ke gue." Jawab Dinda.

"Jangan mentang - mentang dia pemilik perusahaan, trus bersikap seenaknya sama bawahan." lanjutnya.

"Gua gak suka ne'.. gua gak suka..." ucap Dinda sembari menangis, merasa kesal.

"Iya.. gua ngerti ko, ya udah gak usah dibahas lagi." Sahut Ane seraya mengelus-elus pundak Dinda.

"Kita ke kantin sekarang yuk, gua laper banget nih!" ajak Ane sambil menarik tangan Dinda.

"Loe pergi sendiri aja ya.. gua udah gak nafsu makan." Ucap Dinda lemah sambil mengusap air matanya.

"Yah, jangan gitu dong...! masa' gua sendirian sih..? temenin gue ya, please...!" ucap Ane memelas sambil menangkup kan ke dua telapak tangannya.

Dinda menatap Ane merasa tidak tega.

"Ya udah deh, tapi makannya cepet ya.., gak usah lama - lama." pinta Dinda.

"Aduh..., kalo makannya terburu-buru, trus keselek gimana? tega banget sih jadi temen." Saut Ane sembari mengerucutkan bibir tipisnya.

Dinda akhirnya tersenyum kecil, lalu berkata..

"ya udah deh, gua temenin." saut Dinda sembari merangkul pundak Ane dan berjalan menuju kantin.

Setelah sampai di kantin, pandangan Dinda dan Ane tertuju ke arah Mario.

"Wah-wah..., ad Mario cs nih, pucuk dicinta ulam pun tiba." Gumam Ane dalam hati.

Dinda dan Mario bertemu kembali di kantin kantor, mata keduanya saling memandang.

Dinda dan Ane berjalan melewati meja Mario, hendak menuju meja kosong yang berada tepat didepan Mario.

Dinda berjalan santai melewati Mario tanpa menoleh, sedangkan Ane melempar senyum kepada Mario.

Mario menatap dalam kearah Dinda dengan leluasa, karna bangku yang diduduki Dinda berhadapan langsung dengan Mario.

Mario tersenyum kecil sambil memainkan handphonenya, netra pekatnya selalu tertuju pada Dinda, seolah tak mau lepas dari pandangannya.

Ntah mengapa, setelah kejadian tadi membuat sesuatu yang beda pada Mario, yang tentunya belum pernah ia rasakan.

Dinda yang sejak awal sudah menyadarinya, hanya terdiam seolah tak terjadi apa - apa.

"Din, loe pesen apa? tanya Ane sambil melihat-lihat daftar menu yang sudah tersedia.

"Gua bakso aja deh!" saut Dinda.

"Kalo gitu gua sama, bakso juga."

Dinda tertawa kecil sambil berkata...

"Ko loe jadi ikut - ikutan gue sih?" tanya Dinda.

"Ya gapapa kali..., berarti selera kita sama." ucap Ane sembari tertawa bersama.

Dinda bersikap cuek, walaupun sebenarnya dia tau kalau Mario sedang menatapnya.

Sementara dimeja lain, ada Yudha yang sedang berbuat ulah.

Yudha menendang sedikit kaki Aldo yang sejak tadi fokus menyantap makan siangnya.

"Aauu, apaan sih Yud? sakit tau." Ucap Aldo refleks berteriak pelan dan menghentikan aksi makannya.

Aldo mengernyit, menahan sakit dikakinya sambil mengelus - elus bagian yang sakit sembari menatap sinis Yudha.

Mata Yudha melirik kearah mario, seakan memberi kode kepada Aldo.

Aldo yang baru sadar segera mengalihkan pandangannya ke arah Mario, sesekali mengalihkan pandangan ke arah Dinda.

Aldo menjentikkan jarinya tepat didepan wajah Mario, berharap Mario akan tersadar. Dan benar saja, Mario akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Aldo.

Namun masih tetap diposisi yang sama, sambil memainkan handphonenya.

"Hemmm," Aldo tersenyum menyungging, sembari menggeleng-geleng kan kepala.

"Jangan cuma dilihatin terus.. samperin sana." ucap Aldo memberi kode sambil mengacungkan sedikit dagunya ke arah Dinda.

Mario kembali menatap Dinda, "jangan sekarang, kita lihat saja nanti." Ucap Mario dengan tatapan yang pasti.

Aldo tersenyum menyungging, " gua sebagai teman hanya bisa mendukung, semua terserah loe." ucap Aldo sambil menepuk sedikit pundak Mario.

"Tapi awas.. jangan terlalu lama bertindak, bisa-bisa Dinda direbut orang. Hahahahahaa..." ucap Aldo menggoda seraya tertawa lebar.

"Selama janur kuning belum melengkung, itu pertanda Adinda masih milik bersama bro..." ucap Aldo lagi meledek.

Mario mengerutkan dahinya, namun tak menjawab ucapan Aldo.

"Jangan membohongi perasaanmu Mario Hadinata.. jangan mau terlihat seperti orang bodoh, jadi lelaki itu harus gantle jangan Cemen." Ucap Aldo tiba-tiba membuat Mario menatap sinis kearahnya.

"Huuuhhhh," Mario menghela nafas panjang, sembari mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Aldo tersenyum lebar, "bagaimana dengan perkataan ku Yud? apakah kau setuju denganku..? tanya Aldo kepada Yudha.

"Saya setuju Tuan! sangat setuju." jawab Yudha "Saya tidak menyangka bahwa kita sepemikiran dan sehati." lanjutnya sembari tersenyum lebar.

"Apakah kita berjodoh Tuan? hehe.." tanya Yudha dengan pertanyaan konyolnya sembari tertawa kecil.

Tentu saja hal itu membuat bola mata Aldo membulat, "aaiissh, amit - amit jika harus berjodoh denganmu.. sekalipun wanita di dunia ini sudah habis." ucap Aldo, merasa jijik dengan perkataan Yudha.

Mario yang mendengar akhirnya tertawa kecil diiringi dengan Yudha berbarengan.

Dimeja lain, tampak seorang wanita ( karyawan senior) berjalan menghampiri meja Dinda dan Ane.

"Dinda_ Ane," sapa Bu Sandra ramah.

Ya, wanita itu adalah Bu Sandra, atasan Dinda.

Dinda dan Ane tersenyum kearahnya.

"Eh, bu Sandra!" sapa keduanya bersamaan.

Bu Sandra membalas senyum mereka, "ibu boleh ikut gabung disini nggak? soalnya meja lain sudah penuh.." tanya bu Sandra sambil mengarahkan pandangannya keseluruh sisi kantin.

"Oh, boleh banget buk.. silahkan." Sahut Dinda sambil mempersilahkan bu Sandra untuk duduk disampingnya.

Makasih ya Din_ Ne'..." ucap bu Sandra lembut sembari duduk di samping Dinda.

"Sama - sama bu.." jawab Dinda dan Ane bersamaan.

"Oh ya Din, bagaimana dengan berkas yang saya serahkan kepadamu?" tanya Bu Sandra memulai obrolan.

"Apa pak Mario sudah menandatanganinya?" lanjutnya.

"Sudah buk, pak Mario sendiri yang mengembalikannya kepada saya." jawab Dinda.

"Berkasnya sudah ada dimeja saya buk, setelah ini akan saya berikan kepada ibuk." lanjut Dinda.

"Kalau begitu baguslah, soalnya berkas itu akan digunakan untuk pembahasan meeting besok." tutur bu Sandra.

"Besok kamu ikut saya meeting ya Din? jam 1 siang besok!" lanjutnya.

"Iya buk, siap..!" jawab Dinda.

"Besok kita meeting bertiga sama pak Mario." sambung bu Sandra yang tentu saja membuat jantung Dinda berdetak kencang.

Seketika mata Dinda membulat, Dinda dan Ane saling melempar pandang.

Bu Sandra yang melihat reaksi Dinda merasa bingung sembari bertanya, " ada apa Din? kamu keberatan?"

"Eh, ng_ng_ gak ada apa - apa ko buk, saya gak keberatan ko! hemmm." jawab Dinda dengan terbata - bata sembari tersenyum paksa.

Sementara Ane yang melihat reaksi Dinda mencoba menahan tawa "hhfff"

Tak lama kemudian pesanan merekapun datang, dan mereka sangat antusias untuk segera melahapnya.

Bersambung epd 06

Terpopuler

Comments

Safaraz Aufa Azalia

Safaraz Aufa Azalia

lanjut thor...
semangat dh baca'a😉😘😍

2021-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!