Terpaksa Menikah Dengan Chef Jutek
"Aku mau kau lepas hijabmu jika di rumah ini!" teriak Arjuna kepada Melati.
Mata Melati melotot tidak percaya, bagaimana bisa pria berhati batu itu memintanya melepas hijabnya.
'lelaki sialan! Dasar kurang ajar!'
"Kenapa diam saja, kamu keberatan? Mau, biaya pengobatan Bapakmu aku hentikan sampai di sini?"
Melati menunduk, mencoba tersenyum meskipun hatinya bberkecamuk, ngin ia mencakar pria yang kini duduk di hadapannya.
"Maafkan saya, Tuan. Hanya saja dalam Islam, seorang wanita tidak boleh memperlihatkan auratnya pada lawan jenis. Kecuali suaminya sendiri. Sedangkan rambut adalah salah satu aurat bagi seorang wanita. Maka dari itu saya tidak bisa."
"Oh begitu, kalau begitu besok kita akan melangsungkan pernikahan. Aku tidak mau lagi melihatmu memakai hijabmu jika di rumah ini, khususnya di hadapanku."
Mata Melati membulat, ia tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.
'Apa-apaan, aku tidak mau menikah dengan pria berhati batu ini. Aku benar-benar ada di neraka sekarang!' Melati masih tertunduk diam.
"Kau mengataiku dalam hatimu?" tanya Juna tiba-tiba yang membuat Melati gelagapan.
"Ti ... tidak, Tuan. Tidak mungkin saya berani mengatai chef ternama dan kaya raya seperti Anda."
"Jadi, kau mau menikah denganku?" Melati bingung harus bagaimana, karena pernikahan ini sangat mendadak, dan ia merasa belum siap.
"Saya ... saya .... " Melati bingung harus berkata apa.
"Sudahlah tidak usah kebingungan, aku sudah paham maksudmu!"
Arjuna mengambil gawainya lalu menelpon rumah sakit yang ada di Negara xx. Dia hanya pura-pura ingin melihat reaksi Melati, gadis polos di hadapannya. Sejujurnya, ia sangat senang melihat perempuan berhijab. Dulu, Arjuna bahkan pernah meminta kekasihnya memakai hijab, meski pun selalu ditolak.
"Halo, Gilsa. Telepon rumah sakit Elizabeth dan urus pemberhentian pengobatan Bapak Fikri sekarang." Juna menutup telepon dan menyilangkan kaki, menyeruput kopi di hadapannya dengan santai tanpa menghiraukan Melati yang matanya sudah berkaca-kaca.
Posisi Melati sedang duduk di lantai, dekat dengan Arjuna. Pria itu sengaja ingin membuat Melati tidak betah. Baginya mengerjai Melati adalah sebuah kesenangan.
'Mati aku, Bapak ... Apakah Melati jadi anak durhaka sekarang? Ya Gustii, tolong hambamu ini'
cepat-cepat Melati meralat omongannya, dia berjalan berjongkok beberapa langkah lebih mendekat ke arah Arjuna. Setelah itu dipegangnya erat kedua kaki pria itu.
"Tuan, apakah penawaran pernikahannya masih berlaku? Saya mau menikah dengan Anda. Maaf kan saya, Tuan." Melati memohon, membuat Arjuna melirik dan tersenyum sinis, puas.
"Jangan GR, saya meminta kamu menikah dengan saya karena jujur, saya risih melihat kamu memakai hijab kemana-mana di rumah ini. Kalau di luar ya terserah!"
Juna tersenyum sinis, kembali diteleponnya Gilsa, asisten pribadinya dan meminta mengurungkan niat untuk memberhentikan pengobatan.
***
Keesokan harinya, paman Melati datang dari desa. Ia datang mewakili Bapak Melati yang sedang ada di Luar Negeri untuk melaksanakan akad nikah. Tibalah saatnya, Ijab kabul pun dilaksanakan dengan khidmat. Biasanya semua keluarga Melati enggan bersikap baik kepada keponakannya itu.
Bahkan pernah suatu ketika Melati dan sang Bapak main ke sana. Namun, bukannya di sambut dengan hangat, mereka malah diusir secara halus. Kini, saat keponakannya itu menikah dengan orang kaya dan terkenal, Pamannya dengan sigap dan cepat menyetujui saat diundang sebagai wali gadis itu.
Melati memakai kebaya berwarna putih, semua keluarga dari kampung dengan suka cita menyambut hari pernikahan mereka. Kecuali keluarga dari Arjuna sendiri, tidak ada satupun yang setuju dengan pernikahan ini.
"Melati semoga kamu bahagia, ya!" Seru bibinya. Melati hanya tersenyum.
"Jangan lupa sama keluarga besar kita yang di kampung kalau sudah sukses," sambung Pakdenya.
Lagi-lagi gadis itu hanya tersenyum seraya menunduk. Selesai prosesi ijab kabul, waktunya Juna menemui para paparazi yang sudah menunggu di sebuah tempat setelah usai melakukan sungkem kepada semua keluarga.
Banyak pertanyaan yang terlontar dari mereka, kemungkinan kalau Melati hamil duluan karena menikah secara mendadak dan lain sebagainya.
Juna mengatakan, selama ini Melati tinggal di rumahnya, menyiapkan semua kebutuhannya layaknya seorang istri, karena sudah nyaman Juna memutuskan menikahinya.
Sedangkan Melati hanya duduk diam di samping Juna dengan wajah tertunduk, sesekali disekanya air mata yang mengalir membasahi pipi. Padahal sejujurnya Arjuna hanya kasihan dengan gadis itu, lagi pula ia sangat suka mengganggu dan menjahilinya. Sehingga akan sangat lucu jika mereka berada dalam satu kamar.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Arjuna, Ia melingkarkan tangannya di pinggang Melati yang membuat gadis itu tersentak. Karena ini pertama kalinya ia disentuh oleh pria.
'Oh Tuhan, pintar sekali pria ini bersandiwara. Nanti di rumah dia pasti kembali bersikap seperti batu, tak ada rasa Iba di hatinya sama sekali buatku. Aku bagaikan boneka yang harus menuruti semua kehendaknya.'
"Nggak apa-apa, Tuan. Saya hanya terharu," sahutnya dengan wajah semakin menunduk, dan tubuh sedikit menjauh, takut.
"Kamu pasti terharu karena dinikahi pria setampan aku, kan? Sudahlah, biasa saja, mungkin tahun ini rejekimu lagi baik." bisiknya di telinga Melati, kemudian Juna tersenyum.
Ia membelai wajah Melati dengan lembut. Sementara Melati hanya bisa menatap pria itu dengan kesal dan perasaan takut.
Jepret jepret jepret!!
Kilauan lampu kamera membuat mata gadis itu memejam kuat. Dia hanya merasa tak nyaman dan belum terbiasa. Dalam hidup ia hanya beberapa kali berfoto itu pun tanpa kilatan lampu camera.
"Oke cukup sekian wawancaranya, kami akan istirahat. Terima kasih teman-teman semua .... " Juna melambaikan tangan, kemudian menarik jemari Melati dengan lembut supaya berdiri dan menjauh dari sana.
Hari itu juga semua keluarga Melati kembali ke desa setelah semua acara usai, mereka mendapatkan uang saku dan oleh-oleh dari Arjuna. Mereka jadi merasa sangat bahagia.
Keponakan yang dulu tak dianggap, jadi sangat disayang-sayang dan disanjung-sanjung saat mereka sudah kembali ke desa. Kepada semua tetangga mereka menginfokan kabar bahagia ini. Hanya karena Melati menikah dengan Arjuna, seorang chef ternama yang memiliki wajah paripurna dan harta yang melimpah.
***
Malamnya ketika pengantin baru itu memasuki kamar. Melati hendak tidur di kamarnya sendiri.
"Kau mau ke mana?" tanya Arjuna.
"Saya akan tidur di kamar saya," jawab Melati mantap. Arjuna diam, ditatapnya Melati lamat-lamat.
"Bukankah kau istriku, kenapa kau mau pindah dari kamar ini?" Melati mengalihkan pandangan.
Perasaan dalam hatinya bercampur aduk menjadi satu.
'Amit-amit memiliki suami sepertimu, Tuan. Aku tidak mau, sungguh!' batinnya bersungut-sungut.
"Hey, jangan melihatku seperti itu!?" Melati langsung menunduk, mencoba tersenyum.
"Maaf, Tuan. Baiklah saya akan tidur di kamar ini. Di sofa itu." Melati berjalan ke arah sofa, kemudian berbaring di sana.
"Bodoh! Ganti bajumu terlebih dahulu. Kau lupa? Aku tidak suka melihatmu memakai kerudung itu di hadapanku!"
'Ya Allah, apa aku harus melepas hijab ini untuk pria berhati batu satu itu?' Melati menggigit bibir, kesedihan menguar di dalam hati.
"Kau tidak dengar? Tenang saja, aku tidak akan tergoda. Kau itu seperti kuman di rumah ini yang harus dijauhi! Niatku menikahimu hanya karena risih melihatmu memakai kerudung di rumah ini. Itu saja!" Arjuna memberi alasan.
Melati terisak. Gadis mana yang tidak ingin pernikahannya di warnai dengan kebahagiaan, dengan orang yang diinginkannya, pria yang mencintainya. Melati benar-benar merasa hidupnya sungguh menyedihkan.
"Dasar, Kuman! Cengeng!" Ganti bajumu kemudian kemari.
'Mau apalagi dia? Tidak puas dia mengataiku kuman? Kalau aku kuman, kenapa dia mau dekat-dekat denganku, dasar pria tak punya hati!!' Maki Melati dalam hati, Gadis itu menghapus air mata dengan kasar dan menatap Arjuna dengan geram.
"Kau mengataiku lagi di dalam hatimu?"
Mata Melati membulat, sungguh pria di hadapannya ini melebihi dukun beranak. Memiliki insting yang kuat dan bisa membaca pikiran. Dengan terpaksa gadis malang itu menuruti perintah Tuan Arjuna. Meski pun hatinya memberontak dan keberatan.
"Tidak, Tuan."
"Sana, cepat ganti bajumu!"
"Baiklah, saya akan membersihkan diri terlebih dahulu, Tuan."
"Cepat, jangan terlalu lama!"
Arjuna mengambil buku di atas nakas, kemudian membacanya.
"Iya, Tuan," sahut gadis itu sambil berlalu ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
🍁MPIT❣️💋🅺🅴🅸🆂🅷🅰️👻ᴸᴷ
nyimak dulu ya thor 🙏
2021-05-13
0
Idha amir Asmoko
liat di KBM td thor...aq mampir❤
2020-08-22
0
Nirvana
kenapa Judulnya gak "Menikah dengan tukang maksa?"
2020-07-16
2