Puding berbentuk hati (Pov Melati)

"Hai cantik, nama kamu siapa?" tanyaku pada seorang anak berbulu mata lentik siang ini.

"Saya, Revi Tante."

Aku tersenyum, anak ini baru saja masuk di kelas menari hari ini. Umurnya sekitar 5 tahun, sangat pendiam dan malu-malu.

"Pake selendangnya, ya. Sini Tante bantu pake kain dan selendangnya." Ia tersenyum, lalu mendekat.

Aku melilitkan kain di tubuh mungilnya, kemudian mengikat selendang di pinggangnya. Setelah itu kuminta ia berbaris dengan anak yang lainnya. Aku mulai mengajari gerakan tari jaipong yang selama ini aku ketahui. Ada buku panduan juga dari George untuk melatih mereka.

Sejak saat itu, aku akrab dengannya. Ia selalu di antar sopir pulang dan pergi les menari. Kami mengobrol banyak hal, ia sering bercerita seputar mamanya, tapi tidak pernah bercerita perihal papanya. Ia anak yang riang dan lincah, otaknya juga pintar, ia cepat sekali menangkap pelajaran yang kuajarkan.

"Tante, aku pulang dulu, ya!" pamitnya sore itu. Tidak terasa sudah satu minggu ia les di sini. Aku lebih dekat dengannya di banding anak yang lainnya. Karena ia aktif dan sering bertanya.

"Ia, Hati-hati ya di jalan," pesanku. Ia mengangguk dan berlari menuju mobil yang menjemputnya. Sementara aku memperhatikannya dari kejauhan sampai mobil itu menghilang. Setelahnya pulang.

Kini setiap hari aku sampai di rumah pukul 16.00 sore. Sedangkan Tuan selalu pulang sebelum kadang setelah Magrib. Jadi ingat malam pertama kami berada di apartemen, ia memaksa makan sepiring berdua.

"Kamu ingin makan di piring yang sama denganku, sedangkan aku ingin makan berbarengan denganmu. Jadi ini jalan satu-satunya. Makan di piring yang sama dalam waktu yang sama."

"Tapi, Tuan."

"Ayo makan!"

Agak gugup aku mengangkat sendok di hadapan kemudian bersusah payah menelan makanan dalam mulut. Sungguh tidak nyaman rasanya makan berdekatan dengannya. Ia tampak enjoy makan masakanku. Tidak protes sedikitpun.

"Tuan, bagaimana dengan masakan, saya?"

"Enak!" katanya dengan mulut penuh makanan.

"Padahal aku merasa ayam yang kumasak terlalu pedas karena aku kebanyakan memberi merica."

Setelah makan, ia minum sepuluh gelas air putih setelahnya sepuluh kali ke kamar mandi. Kasihan.

Sekarang aku mengurangi bicara dalam hati di depannya. Entah mengapa dia seperti dukun yang memiliki ilmu Hitam, ia seperti merasa jika aku membatin. Aku tertawa sambil menggelengkan kepala.

"Pak. Kita mampir ke toko kue, ya!"

"Baik, Nyonya," sahut Pak Gus.

Mobil menepi di pinggir toko kue, selain menjual semua bahan kue, toko ini juga menjual berbagai macam cetakan kue dan pudding. Aku turun dari mobil dan masuk ke sana. Banyak sekali cetakan puding yang tertata rapi di rak kayu berwarna coklat. Aku memilih cetakan puding berbentuk hati, kemudian membeli agar-agar untuk kumasak hari ini. Selesai bertransaksi aku kembali masuk ke mobil dan langsung pulang. Sampai di rumah aku langsung membuatnya. Semoga puding itu mengeras dan Tuan senang.

***

Selesai makan malam, Melati membuka kulkas dan mengeluarkan sesuatu. Lalu meletakkan di hadapan Arjuna. Mata Arjuna terpukau melihat apa yang baru saja di letakkan Melati di atas meja. Puding berwarna merah berbentuk hati dalam piring ada di hadapannya.

"Ini?" tanya Arjuna sanksi dengan pikirannya sendiri. Ia takut salah menduga.

"Pulang dari mengajar menari saya mampir ke toko, membeli cetakan puding dan beberapa agar-agar di mini market. Kemudian saya langsung membuatnya, Tuan. Alhamdulillah ternyata sudah mengeras."

"Jadi ... Ini kamu yang buat?"

"Iya, Tuan." Melati mengulurkan tangan ke meja mengambil sendok dan garpu kecil untuk memotong puding tersebut.

Melihat Melati mengarahkan sendok dan garpu itu ke piring puding Arjuna langsung melingkarkan tanganya di sana, Seolah-olah ingin melindungi puding itu dari serangan penjahat.

"Tuan, ada apa? Kita akan memakannya sebagai makanan penutup."

"Jangan, Melati. Aku mau memakannya di kamar saja. Jangan kamu apa-apakan puding ini." Arjuna segera berdiri dan membawa serta puding itu masuk ke kamarnya.

Sampai di kamar ia meletakkan puding di atas nakas, kemudian menatap puding itu dengan senyum semringah. Sesekali di sentuhnya permukaan puding itu yang membuatnya sedikit bergoyang dan lagi-lagi laki-laki itu tertawa.

Segera ia mengambil gawainya.

"Gilsa, aku mau sebuah kulkas malam ini juga. Jangan sampai besok!"

"Tapi tuan, ini sudah malam."

"Ini darurat, penting. Di kamarku memerlukan kulkas."

"Baik, Tuan."

Panggilan telepon tertutup, dan ia kembali meletakkan ponsel di atas kasurnya. Sekali lagi di tatapnya puding itu dengan perasaan berbunga.

'Tidak ada yang boleh menyentuh puding ini. Melati membuatnya untukku dengan tangannya sendiri.'

Sementara melati heran melihat tingkah suaminya. Ia mendekat ke arah pintu kamar Arjuna dan mengetuk pintu.

"Tuan! Jangan makan di dalam, nanti banyak semut di dalam!" teriaknya berulang.

"Tidak melati, aku akan memakannya dengan hati-hati!"

Melati merasa aneh, mencoba mencari celah dan mengintip, tapi tidak bisa. Akhirnya wanita itu memilih duduk di sofa dan menghidupkan TV. Tidak berapa lama, terdengar bel berbunyi. Cepat-cepat Arjuna membuka pintu kamar dan menuju pintu utama untuk membuka pintu.

Terlihat beberapa orang mengangkat dus besar yang terpampang gambar kulkas di sana. Arjuna mengarahkan orang-orang itu menuju kamarnya.

Melihat itu Melati berdiri dan mendekati Arjuna. Ia tidak percaya Arjuna membeli kulkas untuk di letakkan di dalam kamarnya.

"Tuan, tugas kami sudah selesai kami permisi dulu." pamit empat orang yang membawa kulkas itu. Kemudian mereka berlalu. Arjuna menutup pintu dan tersenyum melihat Melati yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Tuan, anda membeli kulkas baru?"

"Iya, kadang malam hari aku merasa haus. Rasanya capek kalau harus ke dapur."

Melati manggut-manggut. Ia berjalan masuk ke kamar Arjuna, hendak mengambil piring bekas Arjuna memakan puding buatannya.

"Melati, kamu mau ke mana?"

"Mengambil piring kotor bekas tuan makan puding barusan!" Mendengar itu mata Arjuna mengerjap, ia langsung berlari masuk kamar, dan mendorong tubuh melati dari belakang supaya keluar dari kamarnya.

"Kenapa, Tuan?"

"Saya bisa sendiri, nanti. Sudahlah tidur sana! Jangan masuk ke sini sementara." perintahnya dengan muka sedikit tertawa. Tangannya di bentangkan di antara kusen pintu supaya melati tidak memasuki kamarnya.

Dahi gadis itu berkerut, bingung. Tapi akhirnya melangkah pergi, kembali ke kamarnya.

***

Pagi-pagi setelah shalat subuh aku dan Tuan Arjuna memutuskan lari pagi ke taman yang ada di dekat apartemen kami. Suasana taman cukup ramai pagi ini. Aku mengenakan training berwarna hitam dan Jaket berwarna merah, tidak lupa hijab berwarna maroon melingkari kepala. Sedangkan Tuan Arjuna memakai kaus tanpa lengan berwarna putih dan training parasut berwarna biru.

Kami berlari beriringan mengelilingi taman. Embun pagi terasa sejuk dan segar terhirup ke rongga hidung. Satu minggu hidup berdua bersama pria berhati batu ini ternyata tidak sesulit yang aku bayangkan. Ia lebih lembut dan sopan kini kepadaku. Tidak pernah memaksakan kehendak seperti dulu dan cukup humoris.

"Huft! Capek, Tuan!" kataku serasa mengelak keringat dengan handuk yang melingkari leher. Begitu pun Tuan Arjuna.

"Bagaimana? Kita pulang?" tanyanya.

"Iya, tuan. Nanti Tuan terlambat pergi bekerja."

"Ya sudah, ayo kita pulang. Mau lomba lari denganku?"

"Saya tidak akan menang, Anda pria saya wanita, tentu saja lawan tak seimbang." Aku mencebik, ia tertawa gemas. Mencubit hidungku sampai memerah.

"Ya sudah jalan santai saja."

"Baik, Tuan."

Akhirnya kami berjalan beriringan pulang ke rumah. Setelah lima belas menit kami sampai. Tuan membukakan pintu apartemen dan mempersilakanku masuk. Ia melempar handuknya yang penuh keringat begitu saja ke wajahku sambil tertawa.

Aku membalasnya dengan melempar handuk milikku juga ke wajahnya. Akhirnya kami saling melempar. Tuan berlari sementara aku mengejar, handuk itu tidak lepas dari tangan kami berdua, saling melempar satu sama lain.

"Hah! Tuan, Anda akan terlambat nanti jika terus seperti ini. Kembalikan handuk saya, dan ini milik Anda! huh!" kataku dengan napas terengah-engah.

"Ini ambil!" katanya mengangkat handukku ke atas.

Aku berjalan mendekatinya, mencoba meraih handuk yang ada di tangannya.

"Itu terlalu jauh, Tuan. Saya tidak sampai." Aku lelah, memutuskan duduk di sofa. Ia berjalan mendekat, kemudian duduk di sampingku. Mengangsurkan handuk di hadapanku. Baru saja akan kuambil, ia kembali mengangkat nya.

"Tuan, berhenti main-main. Saya akan mandi. Berikan handuk itu, itu terlalu jauh untuk kuambil."

"Terlalu, jauh?"

"Iya."

"Bagaimana kalau seperti ini?" Ia mendekatkan wajahnya. Kini berada dua kilan dari wajahku. Aku menunduk. "Masih terlalu jauh?" tanyanya. Aku diam saja. "Kalau yang ini bagaimana?" tanyanya lagi lebih mendekat. Kini wajahnya setengah kilan dari wajahku. Aku menelan ludah, gugup. "Kurang dekat? Bagaimana kalau sekarang?" Kini ia sangat dekat, bahkan wajah kami tak berjarak.

Aku deg-degan. Rasanya tak bisa mengendalikan debaran jantungku yang semakin kuat bertabuh.

"Aku suka melihatmu dari jarak sedekat ini. Apa kamu tidak keberatan?" bisiknya lirih di telinga. Hembusan napasnya menyapu telinga. Kemudian wajahnya kembali ke posisi semula, tepat berada di hadapanku. Ia menempelkan ujung hidungnya di ujung hidungku. Lalu tersenyum dengan mata memejam.

"Hey, aku akan mandi dan berangkat. Jaga rumah baik-baik!" katanya, ia menarik wajahnya menjauh dariku dan melempar handuk tepat menutupi wajah ini. Terdengar ia tertawa dan melangkah pergi.

Dan aku bersyukur saat ia melempar handuk tepat mengenai dan menutupi seluruh wajahku. Setidaknya ia tidak melihat merahnya pipiku karena ulahnya.

Terpopuler

Comments

Mien Mey

Mien Mey

wah kyna anak kecil yg les tari sm mlti itu ank mntan juna.tambah seru nih

2021-08-18

0

W⃠''@πJαn!!!'`™. ⃟ ⃟ ࿐

W⃠''@πJαn!!!'`™. ⃟ ⃟ ࿐

eh tuh bocah kyak nya anak mantan ny junA ya.....duga2🤔

2020-05-23

1

W⃠''@πJαn!!!'`™. ⃟ ⃟ ࿐

W⃠''@πJαn!!!'`™. ⃟ ⃟ ࿐

Juna udah buciiinnn...😄..sekalian saja di museum'in tu agar2...🤣🤣

2020-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Menyerahkan Melati pada Arjuna
3 Muslihat Keluarga Melati
4 Salah Arjuna
5 Melati VS Dewi
6 Kebenaran soal Melati
7 Melati Menangis
8 Bolu Kukus
9 Pentas Menari
10 Ciuman Pertama Melati (Pov Melati)
11 Pemotretan (Pov Arjuna)
12 Lampu Kelap-kelip (Pov Melati)
13 Hari Pertama di Apartemen (Pov Arjuna)
14 Puding berbentuk hati (Pov Melati)
15 Masa Lalu Arjuna
16 Tajwid Cinta (Pov Melati)
17 Perasaan Arjuna (Pov Arjuna)
18 Lawan jadi Kawan (Pov Melati)
19 Cincin Bermata Satu
20 Air Mata Arjuna
21 Berbunga (Pov Melati)
22 Revi Anak yang Manis
23 Belanja Lingerie (Pov Melati)
24 Salah Pengertian (Pov Arjuna)
25 Malam Pertama (Pov Melati)
26 Ketakutan Melati (Pov Arjuna)
27 Revi (Pov Melati)
28 Bertemu Ibu Mertua
29 Salam Perpisahan ( Pov Melati )
30 Mengusir Sepi (Pov Melati)
31 Salah Apa?
32 PENGUMUMAN
33 Melati Kamu Kuat! (Pov Melati)
34 Amarah Arjuna (Pov Arjuna)
35 Kebenaran Terkuak (Pov Arjuna)
36 Mawar Berduri
37 Arjuna Bertemu Mama (Pov Arjuna)
38 Gelisah
39 Makan Malam Romantis
40 Pesan Rega
41 Melati Bertemu Keluarga
42 Makam Ibu (Pov Melati)
43 Bahagia ( Pov Arjuna)
44 Bodyguard Melati (Pov Arjuna)
45 Senjata Makan Tuan
46 Kentang Goreng yang manis ( Pov Arjuna)
47 Perasaan Rega
48 Perjanjian
49 Percaya pada Allah ...
50 Tampan Siapa? (Pov Arjuna)
51 Penyesalan Pak Fikri
52 Selamanya .... (Pov Melati)
53 Pertemuan Keluarga
54 Memperkenalkan Keluarga
55 Merasa Bersalah
56 Istri yang Luar Biasa
57 Arjuna Vs Rega
58 Terbongkarnya Sandiwara
59 Suasana Genting
60 Berjuang demi Cinta (Pov Arjuna) 21+
61 Barbie Raksasa (Pov Melati)
62 Cemburu (Pov Arjuna)
63 Memahat Kenangan Bersamamu (Pov Melati)
64 Allah mendengar Do'amu
65 Pengakuan Rega
66 Kembali ke Rumah Lama
67 Ngidam
68 Boleh?
69 Perjuangan di mulai
70 LDR
71 Susu Coklat
72 Mencari Asisten Untuk Melati
73 Kedatangan Mawar
74 Hilangnya Kalung Berlian Mama (Pov Melati)
75 Sidang Keluarga
76 Restu?
77 Mengunjungi Juwita (Pov Melati)
78 PENGUMUMAN
79 Dugaan Melati (Pov Melati)
80 Hilangnya Melati dan Rega
81 Topeng Juwita (Pov Melati)
82 Kembalinya Juwita (Pov Arjuna)
83 Kekhawatiran Sang Mama
84 Usaha Mawar Menemukan Melati
85 Mawar Bertemu Vivi
86 Pertemuan Melati dan Mawar
87 Akhirnya (Pov Melati)
88 Aku tidak seperti itu (Pov Melati)
89 Revi
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog
2
Menyerahkan Melati pada Arjuna
3
Muslihat Keluarga Melati
4
Salah Arjuna
5
Melati VS Dewi
6
Kebenaran soal Melati
7
Melati Menangis
8
Bolu Kukus
9
Pentas Menari
10
Ciuman Pertama Melati (Pov Melati)
11
Pemotretan (Pov Arjuna)
12
Lampu Kelap-kelip (Pov Melati)
13
Hari Pertama di Apartemen (Pov Arjuna)
14
Puding berbentuk hati (Pov Melati)
15
Masa Lalu Arjuna
16
Tajwid Cinta (Pov Melati)
17
Perasaan Arjuna (Pov Arjuna)
18
Lawan jadi Kawan (Pov Melati)
19
Cincin Bermata Satu
20
Air Mata Arjuna
21
Berbunga (Pov Melati)
22
Revi Anak yang Manis
23
Belanja Lingerie (Pov Melati)
24
Salah Pengertian (Pov Arjuna)
25
Malam Pertama (Pov Melati)
26
Ketakutan Melati (Pov Arjuna)
27
Revi (Pov Melati)
28
Bertemu Ibu Mertua
29
Salam Perpisahan ( Pov Melati )
30
Mengusir Sepi (Pov Melati)
31
Salah Apa?
32
PENGUMUMAN
33
Melati Kamu Kuat! (Pov Melati)
34
Amarah Arjuna (Pov Arjuna)
35
Kebenaran Terkuak (Pov Arjuna)
36
Mawar Berduri
37
Arjuna Bertemu Mama (Pov Arjuna)
38
Gelisah
39
Makan Malam Romantis
40
Pesan Rega
41
Melati Bertemu Keluarga
42
Makam Ibu (Pov Melati)
43
Bahagia ( Pov Arjuna)
44
Bodyguard Melati (Pov Arjuna)
45
Senjata Makan Tuan
46
Kentang Goreng yang manis ( Pov Arjuna)
47
Perasaan Rega
48
Perjanjian
49
Percaya pada Allah ...
50
Tampan Siapa? (Pov Arjuna)
51
Penyesalan Pak Fikri
52
Selamanya .... (Pov Melati)
53
Pertemuan Keluarga
54
Memperkenalkan Keluarga
55
Merasa Bersalah
56
Istri yang Luar Biasa
57
Arjuna Vs Rega
58
Terbongkarnya Sandiwara
59
Suasana Genting
60
Berjuang demi Cinta (Pov Arjuna) 21+
61
Barbie Raksasa (Pov Melati)
62
Cemburu (Pov Arjuna)
63
Memahat Kenangan Bersamamu (Pov Melati)
64
Allah mendengar Do'amu
65
Pengakuan Rega
66
Kembali ke Rumah Lama
67
Ngidam
68
Boleh?
69
Perjuangan di mulai
70
LDR
71
Susu Coklat
72
Mencari Asisten Untuk Melati
73
Kedatangan Mawar
74
Hilangnya Kalung Berlian Mama (Pov Melati)
75
Sidang Keluarga
76
Restu?
77
Mengunjungi Juwita (Pov Melati)
78
PENGUMUMAN
79
Dugaan Melati (Pov Melati)
80
Hilangnya Melati dan Rega
81
Topeng Juwita (Pov Melati)
82
Kembalinya Juwita (Pov Arjuna)
83
Kekhawatiran Sang Mama
84
Usaha Mawar Menemukan Melati
85
Mawar Bertemu Vivi
86
Pertemuan Melati dan Mawar
87
Akhirnya (Pov Melati)
88
Aku tidak seperti itu (Pov Melati)
89
Revi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!