💝💝💝
Semakin hari hubungan Arjuna dan Melati semakin membaik. Pria itu ingat saat gadis itu membuatkannya puding berbentuk hati, dan sampai sekarang puding itu masih bertengger manis di kulkas dalam kamar. Arjuna memajang foto Melati di atas nakas. Fotonya ketika berdiri di dekat lampu Kelap-kelip yang melingkar di pohon akasia di pinggir taman.
Hingga saat mereka lari pagi berdua, itu pertama kalinya mereka terlibat candaan yang membuat hati pria itu semakin bahagia. Saling melempar handuk dan kejar-kejaran dalam rumah. Sampai saat Arjuna menggoda gadisnya hingga membuat wajah Melati memerah.
Arjuna menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi. Kemudian keluar dari sana. Ia berdiri dan bersandar pada mobil menghadap ke jalanan dengan tangan melipat di dada. Jika ada orang lain yang lewat, pasti menoleh ke arahnya, heran. Arjuna seperti orang gila. Begitu banyak kupu-kupu yang memutari kepalanya. Sesekali bibirnya menyunggingkan senyuman dan menggeleng tertawa saat teringat wajah Melati di rumah. Ia tak peduli banyak kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya.
'Bagaimana kalau aku membeli bunga dan coklat untuknya? Emmm apakah ia akan suka?' fikir Arjuna.
Ia masuk lagi dalam mobil dan kembali menyetir. Pulang dari syuting ia akan membawakan Melati coklat dan bunga. Ia sangat berharap Melati suka.
***
"Hay Revi," sapa Melati pada salah satu anak didiknya setelah selesai latihan Menari.
"Halo Tante," sahut anak itu tersenyum manis saat melihat Melati duduk di sampingnya.
"Belum di jemput, ya sayang?"
"Belum, Tante."
"Kalau sekalian Tante anter ke rumah kamu gimana? Dari pada kamu nunggu lama."
"Takut kena marah Mama, Tante."
Melati menganggukkan kepala. Kemudian ia menanyakan nomor telepon ibunya pada anak itu.
"Kamu ada nomor telepon Mama? Biar tante coba telepon."
"Ada, Tante." Kemudian anak itu menunjukkan jam IMO keluaran terbaru pada Melati.
Gadis itu tersenyum dan mulai mengutak-atik jam di pergelangan tangan gadis cilik itu. Lalu mencatatnya di ponsel miliknya sendiri. Setelah berhasil ia mencoba menelpon beberapa kali.
"Iya, Halo?"
"Halo, Mbak. Saya guru les menarinya Revi. Jadi Revi udah pulang dari tadi. Ia kini masih menunggu jemputan. Mungkin Mbak bisa menjemput Revi di tempat les menari sekarang?"
"Ya ampun, aku lupa kalau sopir kami hari ini nggak bisa jemput Revi. Baiklah, Mbak. Makasih ya sebelumnya. Saya akan jemput anak saya sekarang."
"Oke, Mbak. Makasih ... "
"Saya yang berterima kasih, Mbak. Sudah di ingetin." Lalu panggilan telepon terputus.
Melati mengirimkan chat pada Pak Gus supaya menjemputnya agak terlambat karena ia sedang menunggui anak kecil itu. Dan Pak Gus memang tidak menjemput hari ini karena permintaan Arjuna. Pria itu berencana akan menjemput Melati dan mengajaknya makan malam yang romantis. Memberi bunga dan coklat, malam nanti.
Sebuah mobil berwarna merah berhenti di hadapan mereka berdua. Seorang wanita berpenampilan modis turun dari sana. Ia mengenakan dress selutut berwarna putih dan kaca mata bertengger di kepala. Rambutnya tergerai indah sampai ke bahu. Wanita itu tersenyum saat melihat anaknya bersama Melati.
"Aduh, maaf ya, Mbak. Merepotkan. Saya benar-benar lupa, kalau hari ini sopir kami tidak bisa datang."
"Iya, Mbak. Nggak apa-apa."
"Eh, perkenalkan. Saya Wita." Wanita yang bak model terkenal itu mengulurkan tangannya.
Semerbak wangi tubuhnya menguar di indra penciuman Melati. Wanita di hadapannya sudah seperti bintang iklan shampo di TV. Dengan wajah cantik paripurna dan tubuh yang aduhai.
"Saya, Melati. Mbak." Melati membalas uluran tangan itu.
Mereka berjabat tangan. Setelahnya wanita bernama Wita itu berjongkok di hadapan anaknya, mengucap ribuan kata maaf dan mencium keningnya. Tiba-tiba mobil berwarna hitam milik Arjuna menepi di pinggir jalan, ia keluar dengan senyum semringah. Tidak sabar rasanya mengajak gadis pujaannya pergi berdua makan malam.
Dari kejauhan Arjuna melambaikan tangan, sambil menyembunyikan bunga dan coklat di balik tubuh dengan sebelah tangan. Pria itu jalan mendekat, melihat Arjuna mendekat membuat Melati tersenyum, tidak menyangka bahwa Arjuna akan menjemputnya hari ini. Kini Arjuna sudah hampir sampai.
Wita berdiri sambil menggandeng tangan anaknya, kemudian pamit pada Melati hendak pulang. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat menoleh ke belakang. Begitu pun Arjuna. Mereka saling tatap, lama. Sampai bunga dan coklat di tangan Arjuna jatuh ke tanah. Arjuna berjalan lambat mendekati wanita itu di hadapan Melati dan Revi. Di sentuhnya wajah perempuan itu dengan penuh penghayatan, perempuan itu menangis, dalam.
"Kenapa kamu jadi seperti ini? Jangan bilang kehidupanmu setelah menikah tidak bahagia? Kenapa kamu begitu kurus? Mengapa wajahmu agak pucat? Di mana suamimu?" Ribuan pertanyaan seolah tak memuaskan keingin tahuan Arjuna pada wanita yang berdiri di hadapannya.
"Juna, hiks hiks hiks. Maaf, maaf, maaf!!" Wanita itu semakin terisak.
"Jangan menangis, aku mohon, jangan ... Aku membiarkanmu pergi karena aku pikir kamu akan bahagia jika aku merelakanmu. Tapi?" Arjuna kembali menatap gadis itu dengan nanar.
"Arjuna, aku terpaksa. Aku tidak memiliki alasan lainnya."
"Maksud kamu?"
"Aku dijebak! Setelah pesta malam itu, Hengki memasukkan obat tidur dalam minumanku. Ia memoto tubuhku tanpa busana, dan akhirnya aku harus menuruti semua kemauannya. Hingga aku hamil olehnya." Wanita itu semakin terisak.
Melati memalingkan wajahnya yang memanas. Bibirnya bergetar hebat menahan tangisan. Hatinya perih, tenggorokannya serak. Arjuna bahkan tak menyadari kehadirannya di sana. Ia memejamkan matanya dan air mata itu luruh ke pipi. Ia teringat foto yang pernah di temukannya di laci ruang rahasia milik Arjuna. Foto-fotonya bersama wanita itu.
"Maaf, aku sudah membuatmu kecewa Arjuna. Aku terpaksa."
"********!" Tangan Arjuna mengepal. Ia menarik kepala wanita di hadapannya dalam pelukan. Dan wanita itu terisak-isak menangis di dadanya yang bidang.
Perlahan Melati berjalan mundur, ia menghindar dari sana. Hatinya tak sanggup melihat semua.
'Kenapa dengan hatiku? Bukankah pernikahan ini hanya semu? Kenapa aku menangis? Bodoh! Dasar bodoh!' Melati mengutuk dirinya sendiri.
Tubuhnya merosot di dinding gedung tempat ia biasa berlatih menari. Ia menghapus sisa air mata di wajah dengan ujung tangan. Kemudian berdiri dan melihat ke luar.
Dari kaca jendela ia bisa melihat Arjuna menenangkan wanita yang bernama Wita itu. Kemudian Arjuna tampak berbicara dengan Revi, anak dari Wita. Mereka duduk di kursi taman tempat ia dan Revi menunggu tadi. Melati mengalihkan pandangan dan matanya kembali terasa panas. Ia mengulum bibirnya sendiri menahan gejolak yang entah apa, yang hinggap di hatinya.
Hingga akhirnya mobil keduanya terdengar pergi. Melati duduk berjongkok di ruangan itu, sendiri. Sepi, sunyi ... Ia mengambil gawainya dan menelepon Pak Gus supaya menjemputnya. Ia masih tak mengerti mengapa ia terus menangis.
***
"Juna, kamu nggak masuk dulu?" tanya Wita setelah sampai di rumahnya. Arjuna mengantarnya sampai di depan gerbang. Pria itu membuka kaca jendela.
"Aku langsung saja, ya. Nanti aku main ke sini lagi."
"Makasih, ya. Arjunaku. Kamu udah mau antar aku ke sini. Padahal aku bawa mobil sendiri."
"Aku takut kamu kenapa-kenapa. Itu aja."
"Eh, iya. Kamu tadi di sana? Ngapain? Jemput anak les menari juga? Kamu udah punya anak?"
Arjuna terdiam, ia baru menyadari tujuan utamanya pergi ke sana. Matanya memejam, bayangan wajah Melati melintas di kelopak mata.
"Ceritanya panjang. Maaf, aku buru-buru. Aku langsung, ya. Assalamu'alaikum." Arjuna langsung menutup kaca jendelanya.
"Waalaikumsalam ...," sahut Wita, tapi mobil Arjuna sudah pergi dari sana.
Di perjalanan Arjuna tampak gelisah. Ia menyesali kebodohannya, mengapa ia bisa lupa menjemput Melati. Gadis itu pulang dengan siapa? Tapi, di sisi lain wajah Juwita masih membayang di matanya. Kisah tragis yang menimpanya dan sepenggal masa lalu saat bersamanya. Arjuna berpikir, salahkah jika ia ingin memiliki keduanya? Ia yakin perasaanya pada Melati, tapi ia tak memungkiri rasa sayang di hatinya untuk Juwita, masih ada.
Mobil menepi di dekat gedung les menari anak-anak. Suasana hampir gelap. Arjuna terburu-buru turun dari mobil dan berlari ke arah gedung. Tapi, semua gedung sudah di kunci.
"Melati!!" Teriaknya, Arjuna berlari lagi, mencari ke semua tempat.
"Melati!!" Kali ini tubuhnya berputar-putar sambil terus berteriak.
Tak ada manusia lagi di sana. Ia berlari lagi menuju mobilnya dan memutuskan untuk pulang. Di perjalanan otaknya masih berpikir keras. Rasanya terlalu serakah jika ia menginginkan keduanya. Tapi hatinya sulit memilih, harus pada siapa ia titipkan sekeping hatinya ini.
Akhirnya Arjuna sampai di apartemen. Cepat ia memarkir mobilnya dan naik ke atas. Ia bahkan berlari menuju lift. Sampai di depan pintu ia memencet bel berulang kali.
'Melati tolong buka pintunya.' gumamnya gelisah.
Lagi di tekannya bel berulang kali. Hingga pintu itu terbuka dan Melati berdiri di hadapannya masih memakai mukena. Baru saja gadis itu akan berjongkok dan melepas sepatu Arjuna, tapi pria itu langsung menarik tangannya masuk, menutup pintu dan menyandarkannya pada dinding. Arjuna langsung mencium Melati dan seketika mata gadis itu memejam dengan air mata jatuh membasahi wajahnya.
"Maafkan saya ...," ucap Arjuna lirih setelah melepas ciumannya.
Melati menangis sesenggukan dalam pelukannya. Gadis itu masih bingung, apa yang terjadi dengan hatinya. Kenapa ia bisa sesedih ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Mien Mey
ah jd galau aku
2021-08-18
0
W⃠''@πJαn!!!'`™. ⃟ ⃟ ࿐
maruk juga Juna ya...🙄
2020-05-23
1
Kris Wanti
kok enak langsung cium aja sebagai cara buat menutupi kesalahan.
melati mumpung belum berhubungan intim minta cerai aja pasti semua akan lebih baik buat semua orang 😤
2020-05-13
7