Pemotretan (Pov Arjuna)

Rasanya aku benar-benar gila. Mengapa setiap kali berada di dekatnya, aku bahkan ingin selalu ...

Ah! Apa yang aku pikirkan? Aku bahkan menciumnya semalam, hal yang sangat ingin aku lakukan ketika berada di atas pentas.

Lalu, saat perjalan pulang ke rumah, gadis itu terlelap di mobil, kepalanya bersandar pada jendela. Aku merasa kasihan, akhirnya kepala itu kutarik dan kusandarkan di bahuku.

Apa yang salah dengan otakku? Mengapa semakin hari ia terlihat semakin menggemaskan. Saat ia tertidur, saat aku membawanya naik ke atas, melihat matanya terpejam dengan napas beraturan, tetap saja ia terlihat cantik.

Awalnya aku hanya kasihan jika harus menidurkan nya di sofa, tapi semakin kuamati, wajah tirus itu terlihat sangat manis. Mengapa tubuh kurus itu terlihat seperti barbie hidup?Apa aku sudah benar-benar melupakan Jelita?

Jelita, panggilan kesayanganku, hingga semua keluarga mengikutiku memanggilnya seperti itu, nama aslinya Juwita Fransiska Subroto. Gadis yang nyaris tak memiliki cela, cantik, populer dan manja.

Tapi mengapa dia setega itu denganku? Menghianati cintaku. Ah! Itu hanya masa lalu, kini ada Melati yang sudah mulai mengisi kekosongan hati. Sepertinya mulai saat ini aku harus bersikap lebih baik padanya.

"Tuan, kita sudah sampai!" Suara Gilsa membuyarkan lamunan. Kami sudah sampai pada tujuan.

Aku turun dari mobil setelah Regi, sopir pribadiku membukakan pintu. Hari ini ada konferensi pers dan pemotretan.

"Gilsa, kamu jemput Melati jam 11.00 siang saja." titahku.

"Tuan, bukankah konferensi persnya pukul 13.00 dan pemotretannya sekarang?"

"Lakukan saja, pemotretan bersamanya bisa menyusul nanti."

"Baik, Tuan."

"Pastikan ia memakai pakaian dan make up terbaik. Aku ingin mengatakan pada dunia bahwa dia milikku." Gilsa mengangguk.

Kami berjalan beriringan ke dalam gedung. Sementara menunggunya, aku melakukan pemotretan lebih dulu. Hari ini tak ada jadwal syuting, sehingga aku agak santai.

***

Aku berpose dengan banyak gaya di depan kamera. Memakai baju koki andalan, dan memegang piring dengan masakan khas Jepang di atasnya. Blitz camera, sangat menyilaukan mata. Aku benci pemotretan, tapi aku harus melakukannya demi pekerjaan dan bersikap profesional.

Setelah melakukan banyak pemotretan, akhirnya selesai. Aku duduk di sebuah sofa berwarna cream. Sudah ada makanan ringan dan minuman di meja.

"Gilsa, bagaimana penyelidikan soal keluarga Melati?" tanyaku sembari membolak-balik sebuah majalah di tangan.

"Sudah ada laporan, Tuan."

"Katakan."

"Mereka sudah pulang ke Indonesia, dan tinggal di suatu daerah."

"Daerah mana?"

"Di dekat sebuah pantai."

"Lanjutkan penyelidikan, terus kirimi mereka uang. Jangan sampai mereka tau kalau kita sudah mencium kebohongan mereka."

"Baik, Tuan."

"Ya sudah, jemput gadis itu sekarang. Sudah jam berapa ini?"

"Baru pukul 10.25 menit, Tuan."

"Tidak apa-apa, susul saja. Ajak ke salon dulu, ya!"

"Baik, Tuan. Saya permisi dulu."

Aku hanya mengangkat tangan sebagai jawaban. Kemudian Gilsa berlalu.

***

Setelah 1 jam 30 menit, Gilsa datang bersama Melati di belakangnya. Ia tampak sempurna, memakai rok berwarna coklat dengan pinggang karet dan atasan blouse simple berwarna cream. Kepala dililit pasmina dengan warna yang senada, yaitu rok. Gadis itu juga memakai sepatu kets berwarna putih beserta tas selempang wanita berwarna cream.

Wajahnya ditabur bedak tipis dengan lipstik berwarna peach. Tampak bagian pipi sedikit kemerahan karena sapuan blush on. Gadis itu menunduk dalam saat sudah berdiri di hadapanku. Ia menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh Gilsa.

"Tuan, maaf agak lama," ucap Gilsa.

Aku diam saja, memperhatikan tingkah Melati yang sangat menggemaskan. Setelah lama memandangi wajahnya yang tertunduk. Aku baru menjawab.

"Tidak apa-apa, Gilsa." Melati mengikuti arah tubuh Gilsa, ia terus menyembunyikan wajahnya.

"Melati."

"Iya, Tuan."

"Duduk, sini. Sebentar lagi kita pemotretan," ajakku.

Gilsa menoleh ke belakang, berusaha melihat Melati yang tampak ketakutan.

"Nyonya, silakan duduk di samping Tuan Arjuna."

Melati menatapku, aku tersenyum. Kemudian dengan gerakan tubuh agak kaku ia duduk di ujung sofa. Aku tertawa, sedangkan Gilsa sudah pamit undur diri. Aku bergeser duduk di sisinya, kembali menatap wajahnya yang terus saja menunduk.

"Kamu cantik!" pujiku.

Jika wanita lain tentu akan tersenyum malu-malu, tapi tidak dengan Melati. Wajahnya semakin cemas. Tangannya saling menggengam. Aku menggeser tubuhku lebih mendekat, kini bahu kami bersentuhan. Aku menyadarkan dagu di bahunya sembari terus menatapnya.

"Kamu kenapa?"

"Ti ... tidak apa-apa, Tuan."

Mukanya semakin memucat. Tampak butiran titik embun mulai hadir di dahinya.

Kasihan, baiklah aku menyerah. Aku sedikit menjauh darinya dan wajah itu sedikit lebih tenang.

"Kita akan pemotretan. Rileks saja, jangan gugup. Kita akan pake baju couple."

Gadis ini hanya mengangguk.

"Tuan, silakan ganti pakaian."

Intruksi sudah disampaikan, aku mengajak Melati ganti pakaian. Kami ganti pakaian secara bergantian. Setelah itu kami di make up ulang. selesai kami mulai pemotretan. Ruangan sudah diatur sedemikian rupa.

Kami duduk di sebuah sofa berdua, pura-pura membaca majalah. Di meja sudah tertata rapi, dua gelas teh dan roti sebagai pemanis.

"Tuan pegang majalahnya, Nyonya letakkan tangannya di bahu tuan, saling tatap, yang mesra, ya. Jangan lupa senyum," perintah penata gaya.

Aku mengangguk, sedangkan Melati masih terlihat canggung. Aku melakukan seperti apa yang mereka minta, tapi gadis ini masih tampak ketakutan.

'Emm, apa aku semalam terlalu memaksa, ya? Sampai ia ketakutan seperti ini?'

Aku meletakkan majalah, menuntun tangan kanannya supaya bersandar di bahuku. Kemudian menarik dagunya supaya melihat ke arahku.

"Tetap seperti ini." Dia diam saja. Aku kembali mengambil majalah, memegangnya kemudian menoleh ke arahnya.

"Tersenyumlah, aku berjanji akan mempertemukanmu dengan keluargamu," bisikku lirih.

Melati menatap, bola matanya bergerak-gerak seperti mencari sesuatu di mataku. Tatapan itu membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Kemudian perlahan bibir tipis itu menyunggingkan senyuman. Melihatnya tersenyum, aku ikut tersenyum, dan...

Jepret!

Lampu blitz menangkap kami berdua.

***

Kami masih saling diam saat perjalanan pulang. Regi sibuk menyetir dan Gilsa sibuk dengan gawainya. Melati duduk di ujung sana, aku membiarkannya.

"Bagaimana dengan latihan menarimu?" tanyaku memecah keheningan.

"Saya diminta mengajar menari anak-anak, Tuan. Jadi saya sekarang mengajar menari."

"Tari salsa?"

"Bukan, Tuan. Tari Jaipong."

"Oh, terdengar bagus. Kenapa kamu tidak mengajar tari Salsa?"

"Saya lebih suka budaya Indonesia, Tuan."

Aku menoleh ke arahnya, kemudian hanya menjawab dengan anggukan dan senyum samar. Mungkin selama ini aku sedikit memaksa, memintanya kursus menari salsa, padahal ia lebih suka dengan kebudayaan Indonesia, kekayaan negara ini.

Aku hanya diam, jujur saja sedikit merasa bersalah.

***

Sampai di rumah hampir Magrib, kami langsung membersihkan diri dan menjalankan shalat Magrib berjamaah di mushola mini di lantai bawah. Mulai saat ini aku akan berusaha terus shalat berjamaah di sini. Aku ingin menjadi imam yang baik untuk Melati.

"Melati, bagaimana acaranya tadi? Tante liat kamu di TV saat wawancara. Kalian tampak serasi," ucap Tante Dinda.

"Alhamdulillah lancar, Tante. Terima kasih," sahut Melati.

Semua orang sedang makan, tapi Melati hanya duduk diam.

'Apa dia tidak lapar?'

"Kau tidak makan?" tanyaku.

"Saya menunggu, Tuan. Bukankah biasanya saya makan memakai bekas piring Tuan makan?"

Deg!

Aku baru ingat peraturan itu, aku gelagapan sendiri. Aku terlalu kejam dengan Melati, sepertinya.

"Ehhh, mulai sekarang. Tidak usah seperti itu lagi. Makanlah dengan piringmu sendiri."

"Tuan, saya tidak apa-apa."

Aku diam saja.

"Kak, kenapa kakak memotong uang jajanku?" Dewi berucap. Aku menghentikan makanku, kemudian memberikannya pada Melati.

"Kau terlalu boros."

"Apakah ... ini perintah Melati?"

Melati langsung menoleh ke arah Dewi.

"Aku tidak pernah meminta hal semacam itu, sumpah Demi Tuhan, Dewi."

Dewi tersenyum sinis.

"Nak, sepertinya apa yang dikatakan Arjuna itu benar. Kita terlalu boros, lihat koleksi tasmu itu sudah menggunung," timbal Tante Dinda.

"Aku tidak apa-apa kalau Kak Arjuna yang melakukannya sendiri. Tapi aku akan merasa terganggu kalau gadis itu yang menghasut Kakak untuk mengurangi jatah bulanan kita."

"Tidak ada yang menghasutku. Aku minta Gilsa mengatur keuanganmu, Melati tak tau menau."

Dewi menunduk, selama ini mungkin aku terlalu memanjakannya. Aku tidak memiliki keluarga lainnya selain mereka. Sehingga apa pun kuberikan pada mereka.

"Kalau tidak ada yang ingin dibahas lagi aku mau naik ke atas." Kemudian aku berdiri dan berlalu pergi. Mungkin Melati membantu Bunga lebih dulu membereskan meja dan mencuci piring.

***

Suara dernyit pintu terbuka. Sosok Melati masuk dengan wajah cemas. Mungkin dia masih ketakutan aku akan melakukan hal seperti semalam. Ia duduk di sofa kemudian berbaring di sana. Aku yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang memperhatikannya, kemudian berjalan mendekatinya.

"Tuan, saya mohon jangan mendekat!" pintanya.

"Tenang, saya tidak akan melakukan apapun. Hanya ingin bicara denganmu."

Melati beringsut duduk, ia merapatkan selimut pada tubuhnya. Ia terlihat benar-benar takut aku melakukan sesuatu. Perlahan aku duduk di sampingnya.

"Saya mau minta maaf ...." Melati diam saja. "Entah mengapa baru-baru ini, saya merasa ada yang berbeda dengan hatiku." Aku berusaha jujur.

Gadis itu masih diam.

"Bolehkah, kita mulai dari awal?" tanyaku hati-hati.

"Maksud, Tuan?"

"Kita ... pacaran. Ah .... maksud saya, menjalin kedekatan. Saling mengenal satu sama lain."

Ia mendongak, menatap tidak percaya dengan apa yang aku katakan.

Terpopuler

Comments

novedosafaa

novedosafaa

Thor numpang promot ya..

Rekomendasi Novel yang sangat bagus untukmu, Doctor Is Mine.
Silahkan mampir di novel aku juga ya😍

2020-05-31

2

princess Almira

princess Almira

Abang Juna gitu dong melati

2020-05-26

1

W⃠''@πJαn!!!'`™. ⃟ ⃟ ࿐

W⃠''@πJαn!!!'`™. ⃟ ⃟ ࿐

horeee. lope-lope dimana-mana...

2020-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Menyerahkan Melati pada Arjuna
3 Muslihat Keluarga Melati
4 Salah Arjuna
5 Melati VS Dewi
6 Kebenaran soal Melati
7 Melati Menangis
8 Bolu Kukus
9 Pentas Menari
10 Ciuman Pertama Melati (Pov Melati)
11 Pemotretan (Pov Arjuna)
12 Lampu Kelap-kelip (Pov Melati)
13 Hari Pertama di Apartemen (Pov Arjuna)
14 Puding berbentuk hati (Pov Melati)
15 Masa Lalu Arjuna
16 Tajwid Cinta (Pov Melati)
17 Perasaan Arjuna (Pov Arjuna)
18 Lawan jadi Kawan (Pov Melati)
19 Cincin Bermata Satu
20 Air Mata Arjuna
21 Berbunga (Pov Melati)
22 Revi Anak yang Manis
23 Belanja Lingerie (Pov Melati)
24 Salah Pengertian (Pov Arjuna)
25 Malam Pertama (Pov Melati)
26 Ketakutan Melati (Pov Arjuna)
27 Revi (Pov Melati)
28 Bertemu Ibu Mertua
29 Salam Perpisahan ( Pov Melati )
30 Mengusir Sepi (Pov Melati)
31 Salah Apa?
32 PENGUMUMAN
33 Melati Kamu Kuat! (Pov Melati)
34 Amarah Arjuna (Pov Arjuna)
35 Kebenaran Terkuak (Pov Arjuna)
36 Mawar Berduri
37 Arjuna Bertemu Mama (Pov Arjuna)
38 Gelisah
39 Makan Malam Romantis
40 Pesan Rega
41 Melati Bertemu Keluarga
42 Makam Ibu (Pov Melati)
43 Bahagia ( Pov Arjuna)
44 Bodyguard Melati (Pov Arjuna)
45 Senjata Makan Tuan
46 Kentang Goreng yang manis ( Pov Arjuna)
47 Perasaan Rega
48 Perjanjian
49 Percaya pada Allah ...
50 Tampan Siapa? (Pov Arjuna)
51 Penyesalan Pak Fikri
52 Selamanya .... (Pov Melati)
53 Pertemuan Keluarga
54 Memperkenalkan Keluarga
55 Merasa Bersalah
56 Istri yang Luar Biasa
57 Arjuna Vs Rega
58 Terbongkarnya Sandiwara
59 Suasana Genting
60 Berjuang demi Cinta (Pov Arjuna) 21+
61 Barbie Raksasa (Pov Melati)
62 Cemburu (Pov Arjuna)
63 Memahat Kenangan Bersamamu (Pov Melati)
64 Allah mendengar Do'amu
65 Pengakuan Rega
66 Kembali ke Rumah Lama
67 Ngidam
68 Boleh?
69 Perjuangan di mulai
70 LDR
71 Susu Coklat
72 Mencari Asisten Untuk Melati
73 Kedatangan Mawar
74 Hilangnya Kalung Berlian Mama (Pov Melati)
75 Sidang Keluarga
76 Restu?
77 Mengunjungi Juwita (Pov Melati)
78 PENGUMUMAN
79 Dugaan Melati (Pov Melati)
80 Hilangnya Melati dan Rega
81 Topeng Juwita (Pov Melati)
82 Kembalinya Juwita (Pov Arjuna)
83 Kekhawatiran Sang Mama
84 Usaha Mawar Menemukan Melati
85 Mawar Bertemu Vivi
86 Pertemuan Melati dan Mawar
87 Akhirnya (Pov Melati)
88 Aku tidak seperti itu (Pov Melati)
89 Revi
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog
2
Menyerahkan Melati pada Arjuna
3
Muslihat Keluarga Melati
4
Salah Arjuna
5
Melati VS Dewi
6
Kebenaran soal Melati
7
Melati Menangis
8
Bolu Kukus
9
Pentas Menari
10
Ciuman Pertama Melati (Pov Melati)
11
Pemotretan (Pov Arjuna)
12
Lampu Kelap-kelip (Pov Melati)
13
Hari Pertama di Apartemen (Pov Arjuna)
14
Puding berbentuk hati (Pov Melati)
15
Masa Lalu Arjuna
16
Tajwid Cinta (Pov Melati)
17
Perasaan Arjuna (Pov Arjuna)
18
Lawan jadi Kawan (Pov Melati)
19
Cincin Bermata Satu
20
Air Mata Arjuna
21
Berbunga (Pov Melati)
22
Revi Anak yang Manis
23
Belanja Lingerie (Pov Melati)
24
Salah Pengertian (Pov Arjuna)
25
Malam Pertama (Pov Melati)
26
Ketakutan Melati (Pov Arjuna)
27
Revi (Pov Melati)
28
Bertemu Ibu Mertua
29
Salam Perpisahan ( Pov Melati )
30
Mengusir Sepi (Pov Melati)
31
Salah Apa?
32
PENGUMUMAN
33
Melati Kamu Kuat! (Pov Melati)
34
Amarah Arjuna (Pov Arjuna)
35
Kebenaran Terkuak (Pov Arjuna)
36
Mawar Berduri
37
Arjuna Bertemu Mama (Pov Arjuna)
38
Gelisah
39
Makan Malam Romantis
40
Pesan Rega
41
Melati Bertemu Keluarga
42
Makam Ibu (Pov Melati)
43
Bahagia ( Pov Arjuna)
44
Bodyguard Melati (Pov Arjuna)
45
Senjata Makan Tuan
46
Kentang Goreng yang manis ( Pov Arjuna)
47
Perasaan Rega
48
Perjanjian
49
Percaya pada Allah ...
50
Tampan Siapa? (Pov Arjuna)
51
Penyesalan Pak Fikri
52
Selamanya .... (Pov Melati)
53
Pertemuan Keluarga
54
Memperkenalkan Keluarga
55
Merasa Bersalah
56
Istri yang Luar Biasa
57
Arjuna Vs Rega
58
Terbongkarnya Sandiwara
59
Suasana Genting
60
Berjuang demi Cinta (Pov Arjuna) 21+
61
Barbie Raksasa (Pov Melati)
62
Cemburu (Pov Arjuna)
63
Memahat Kenangan Bersamamu (Pov Melati)
64
Allah mendengar Do'amu
65
Pengakuan Rega
66
Kembali ke Rumah Lama
67
Ngidam
68
Boleh?
69
Perjuangan di mulai
70
LDR
71
Susu Coklat
72
Mencari Asisten Untuk Melati
73
Kedatangan Mawar
74
Hilangnya Kalung Berlian Mama (Pov Melati)
75
Sidang Keluarga
76
Restu?
77
Mengunjungi Juwita (Pov Melati)
78
PENGUMUMAN
79
Dugaan Melati (Pov Melati)
80
Hilangnya Melati dan Rega
81
Topeng Juwita (Pov Melati)
82
Kembalinya Juwita (Pov Arjuna)
83
Kekhawatiran Sang Mama
84
Usaha Mawar Menemukan Melati
85
Mawar Bertemu Vivi
86
Pertemuan Melati dan Mawar
87
Akhirnya (Pov Melati)
88
Aku tidak seperti itu (Pov Melati)
89
Revi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!