Kita, "Bukan."

Kita, "Bukan."

1. Saat Aku Jatuh Cinta

                    Aku memilih mencintaimu walau semu, aku memilih memiliki rasa ini seorang diri nantinya jika yang rasakan telah pudar dan tak berarti kembali, maka biarkan saja aku tetap memilikinya; memiliki perasaan yang ku yakini kau juga miliki.

Jika sudah saatnya bersama pasti akan segera bersama, jika tidak mungkin kita adalah salah satu proses untuk menemukan apa itu kekasih impian yang membersamai hingga maut memisahkan, barang kali biarkan saja kali ini aku menikmati senyumu, menikmati rasa yang bersemayam didalam dada.

Kau tau? Kita terjebak dengan banyak emosi kita yang kompleks hingga saatnya kita mencoba menetralisirnya namun semakin ingin dipecahkan semakin sulit dan itulah emosi yang disebut cinta dan rasa nyaman.

Kata-kata ini mungkin sulit kau pahami, kau cernah dan kau netralisir lewat hati dan logik. Namun bisakah kau simpan saja kata-kata tersebut hingga nanti sampai kau tau artinya dan kau pahami dengan pemahamanmu sendiri, tak perlu sedini mungkin beberapa tahun kedepan pun tak mengapa! Aku tak apa.

“Aku sering bertanya kepada diriku sendiri kenapa aku mencintaimu dan tahukah kamu? Aku tak menemukan jawabannya. Sungguh! Maka maukah kau membantuku? menemukan apa yang kurasakan dan terjadi padaku?"

Apakah cinta itu sebuah candaan, yang mudah saja berlalu? Tapi tahukah kamu kala itu aku mengadu diantara ribuan kata pada kertas yang membuatku begitu bersemangat menuliskanmu. Aneh sekali ya?! Hal yang paling aku sukai selain memelukmu adalah menuliskanmu: Abadi.

Hari ini aku menunggu tentang perasaan sama dan jadi satu. Namun kata dari aku mencintaimu terkesan sudah terbiasa; kata aku menyayangimu sudah setiap hari terlontarkan. Jangan bosan ya. Jangan pernah bosan mendengar kata-kata itu.

Tapi kata kepastian dalam hubungan yang belum dijelaskan. Kadang membuatku kebingungan, aku ini apa?  Aku ini siapa?! Aku tak faham. Maukah kau menjelaskannya?

Aku yang selalu bertanya pada diri, pada hati dan pada fikir dapatkah kita jadi satu? Berlabuh atau malahan berlalu begitu saja. Apa mungkin? Jangan. Jangan jadi berlalu. Jadi "Kita saja."

Kebersamaan memang tetap ada, rasa nyaman terkadang membuat seakan merasa aman, akankah tak ada kekhawatiran untuk kedepannya, lebih tepatnya setelah ini? Bantu aku menjawab nya. Kita yang disebut, “Bukan?”

….

Pagi yang diawali dengan kepadatan, tak lupa untuk menyapa diri. Hallo diriku yang terbangun tepat jam 5 pagi, menyelesaikan ngulet, peregangan di kasur. Mohon diingat, kesempatan yang paling baik setelah bangun pagi adalah hal ini, jangan lupa. Jangan lupa minum air putih segelas habis, duduk dan menaikan kedua tangan melakukan peregangan kembali. Satu dua, satu.

“Bergegas mandi, menyiapkan peralatan kantor, memeriksa tas, laptop, charger, power bank, kamera, lalu print-nan skrip. Dret. Dret. Terdengar suara printer kertas yang berhasil dicetak. Merapikannya dan memasukkan semuanya kedalam tas gendongnya. Merapikan baju, memakai jam tangan dan sepatu. Berkaca di cermin, melihat dari atas kebawa. Baiklah aku siap untuk hari ini.”

Suara klakson kendaraan terdengar tepat didepan rumah. Suara teriakkan mengimbangi suara klakson tersebut. “Ree gua dah didepan ni buruan.” Teriakannya agak keras.

“Iya-iya gua turun Jie. Balas teriak dari jendela kamarnya. Yaampun kan dah pernah gua bilang kalau mau otw kabari. Berlari sambil meminum sedikit minuman serealnya.

“Gila lu lama amat. Buruan pake helm lu.” Teriaknya Jie membuat Rere agar cepat bersiap-siap.

“Iya iya. Inikan lagi gua pakek Jie.” Bergegas mengenakan helm.

“Lu kan dah sering gua bilangkan, kalau sarapan tuh ya sarapan aja jangan kebanyakan pegang hp. Hampir telatkan, gak tau apa jalanan di Jakarta tu macet hampir sama kayak Medan. Lebih para disini si, syukurnya punya motor.” Ngedumel.

“Iya. Iya Jie. Nanti gua traktir makan siang deh. Anterin gua dulu ke daerah Tangerang selatan. Kita bahas nanti lagi. Oke.” Menenangkan lelaki itu.

“Eh, dibilangin kok ngeyel. Dasar cewe.” Sambil melawan ucapan Rere.

“Gua paham, iya gua salah. Udah ya. Kagak kelar-kelar ni. Buruan kek salib tu mobil, gak tau apa macet.” Menyuruh bergegas melewati beberapa pengendara.

“Siap tuan putri. Iya siap. Ni juga lagi ngebut.” Berpacu dengan beberapa kendaraan lainnya.

“Hahaha. Sambil memukul Helm Jie.” Tertawa.

Hay guys, kenalin gua Relinsyah biasa dipanggil Rere. Tadi tu temen masa kecil gua, namanya Jerry putra biasa dipanggil “Jie” karena nama itu dia cukup terkenal di kampus khususnya jurusan Informatika. Kita udah lama barengan dari SD, SMP, klo SMA beda sekolah, Tapi pas gua mutusin untuk tinggal sama Papa gua di Jakarta sekalian kuliah jurusan PerFilman di Institut Kesenian Jakarta. Jie pun ikut ke Jakarta karena lulus di Universitas Binus (Bina Nusantara) ditambah dengan kecakapannya dalam bahasa Jepang dan Inggris membuat dia menjadi Mahasiswa terfavorit di kampusnya.

“Anehnya, setiap kegiatan kampus dan berbagai acara. Dia selalu menjadikanku pasangannya, aku tak masalah, karena kami sudah bersahabat sejak lama. Kelebihanku iyalah pandai bergaul dan dapat diterima oleh orang baru, seperti di tongkrongan, tempat asing dll. Lain hal dengan Jie, Dia introvert dan hanya terbuka kepadaku. Jika ada yang meminta dia berbicara, dia akan berbicara sekedarnya dan hanya melakukan hal yang menurutnya berguna untuk dirinya. Sedangkan aku, akan melakukan hal yang membuatku bahagia, senang dan jika tak ada hal yang ingin kulakukan aku hanya akan tidur seharian, itu pun kalau dia tak mengobrak abrik kamar kostku jika butuh sesuatu atau mau ditemani.”

“Eh dah sampek ni, buruan lu temui tu sutradara lu. Gua mau singgah di kafe kita biasa, gua butuh asupan kopi lagi Re.” Kode agar di traktirin Rere.

“Ye, katanya udah sarapan terus lupa gitu tadi minum kopi. Udah deh gue tinggal bentaran doang, lu kalo gak sabar cari indomarket daripada gabut nungguin gua. Daaaah.” Berlari meninggalkan Jie memasuki sebuah kantor.

Berlari ke resepsionis. “Mbak Pak Dian sudah datang?” tanyaku pada seorang wanita balik meja tersebut.

“Sudah mbak. Sudah mengatur pertemuan?” tanyanya sambil mengecek jawal yang ada di computer yang tepat berada didepannya.

“Sudah-sudah, dia Dosen dikampus saya.” menjawab dengan semangat dan sedikit terengah-engah.

“Baiklah, anda bisa naik lift sebelah kanan ke lantai delapan. "Baiklah terimakasih.” Membalikkan badan tanpa hati-hati.

“Aduh.” tidak hati-hati dan menabrak seseorang.

“Maaf bang. Saya tidak sengaja.”  Menunduk dan terburu-buru menaiki lift.

“Dasar perempuan kurang tata krama.” Sambal merapi kan jaketnya, membersihkan bahu kanan dan  kirinya.

Di lift yang mau tertutup.

“Maaf saya mau masuk.” Menghentikan lift dan masuk.

“Seketika lelaki itu memencet tombol lift agar berhenti menutup dan kembali terbuka. Silahkan masuk mbak.” Tersenyum ramah.

“Iya baik. Terimakasih mas.” Memencet tombol 8 di lift. Menenteng tas gendongnya kedepan dan mengeluarkan map coklat berisi naskah Film yang ditulisnya seminggu ini sebagai referensi tugas magangnya.

“Mau bertemu siapa?” Tanya lelaki itu sopan. Berpakaian rapi dengan kemeja putih, celana hitam dan jas coklat memegang beberapa dokumen.

“Ini mas, mau keruangan Dosen saya.” “Oh iya, banyak sekali mahasiswa/i magang yang datang kesini.

”Ting… pintu lift terbuka.

"Saya duluan ya mbak.” Keluar pintu lift dengan santai.

“Iya mas. Eh, saya kan juga di lantai ini." Ruangan direct. Dian. Oh ini dia, kelihatannya sedang meeting. Mengintip dari kaca bening di pintu.

Seorang perempuan keluar dari ruangan.

“Mbak. Anak magangnya Pak Dian?” tanya perempuan itu yang tak lain dan tak bukan adalah asisten dari dosenya tersebut.

“Iya benar sekali mbak." jawabku tegas.

"Mohon tunggu 5 menit lagi ya setelah rapat selesai. Nanti akan saya panggil.” sembari berbalik menutup pintu.

“Baiklah, saya menunggu.” aku segera duduk dan tak berapa lama. Beberapa orang keluar dari ruangan.

“Mba silahkan masuk.” Sambil membuka pintu ruangan.“Baiklah. Terima Kasih.

Ekspresi kaget! "Eh." kedua mata itu saling menatap

Episodes
1 1. Saat Aku Jatuh Cinta
2 2. Siapa aku, bagimu
3 3. Letak dari pondasi itu sendiri
4 4. Bahasa rindu
5 5. Surat Cinta yang telah lampau
6 6. Kedatangan
7 7. Dapatkah Bersama Kembali?
8 8. Antara Siapa? Aku tak tau
9 9. Bagaimana Bisa?
10 10. Promise
11 11. Mungkinkah?
12 12. Tentang Rindu
13 13. Pertemuan Dengan Dia
14 14. Peluk aku saja
15 15. Ada yang hilang
16 16. Sapaan
17 17. Menunggu kabar kembali
18 Pengenalan Karakter
19 18. Aku sembab atas sebab-sebab kepergianmu
20 19. Selalu ditemukan
21 20. Apa itu cinta?
22 21. Kolase waktu
23 22. Apakah ini bentuk Pengkhianatan?
24 Eps 23. Cahaya
25 24. Kalkulasi Waktu
26 25. Jatuh Cinta Kembali
27 26. Terluka
28 27. Konflik
29 INFORMASI
30 28. Konflik 2
31 29. Memangnya kamu bisa?
32 30. Tentang Yo
33 31. Boleh Aku saja?
34 32. Sebenernya ...
35 33. Siapa Perempuan itu?
36 34. Terlepas dari Semuanya
37 35. Tentang Cinta Pertama
38 36. Tentang Deinandra
39 37. Hujan Adalah Kita
40 38. Diantara Yo dan Dein?
41 39. Kita bukan?
42 40. Dia Siapa?
43 41. Apa Aku Bukan Pilihan?
44 42. Tertinggal
45 43. Waktu yang telah lama hilang,
46 44. Kehilangan lagi?
47 45. Pencarian
48 46. Mencari Resiko
49 47. Cengkrama
50 48. Pilihan
51 49. Pemahaman
52 50. Ungkapan Rasa
53 51. Lara
54 52. Memahami Rasa
55 53. Memahami Cinta
56 54. Double Date
57 55. Perasaan
58 56. Keresahan
59 57. Hujan dan Obsesi
60 58. Malam Pesta
61 59. Dua sejoli
62 60. Ada apa denganku?
63 61. Siapa Pinkan?
64 62. Memberi Jarak
65 63. Memberi Jarak 2
66 64. Memberi Jarak 3
67 65. Menemui Cinta
68 66. Model Dadakan
69 67. Perasaan
70 68. Kepulangan
71 69. Dipaksa Jadi Penerus
72 70. Pertemuan
73 71. Pilihan
74 72. Kedatangan
75 73. Hadiah sebelum Wisudah
76 74. Seperti Kejutan
77 75. Dejavu
78 76. Wisuda Penuh kejutan
79 77. Keseriusan
80 78. Rumah Baru
81 79. Awal baru
82 80. Bertemu Pinkan
83 81. Berkenalan
84 82. Perasaan Yang Kacau
85 83. Masalah Waktu
86 84. Kesadaran
87 85. Bertemu namun tak mengenali
88 86. Feeling Lonely
89 87. Bertemu juga
90 88. Kesalah Pahaman
91 89.Privilege
92 90. Mencari Kehilangan
93 91. Kita
94 92. Merayakan Kehilangan
95 93. Sesal
96 94. Cerita lama
97 95. Sebatas Kerinduan
98 96. Kepulangan
99 97. Sirkuit
100 98. Rumah Lama
101 99. Lara Dalam Kerinduan
102 100. Pertemuan Kembali
103 Season 2. Eps 1. Kerinduan
104 S2. Eps 2. Mengulang Waktu
105 S2. Eps. 3 Ungkapan Hati
106 S2. Eps 4. Sosial Media
107 S2 Eps 5. Dalam Keabadian
108 S2 Eps. 6. Keluarga
109 S2 Eps. 7 Roda
110 S2. Eps 8 Pesona
Episodes

Updated 110 Episodes

1
1. Saat Aku Jatuh Cinta
2
2. Siapa aku, bagimu
3
3. Letak dari pondasi itu sendiri
4
4. Bahasa rindu
5
5. Surat Cinta yang telah lampau
6
6. Kedatangan
7
7. Dapatkah Bersama Kembali?
8
8. Antara Siapa? Aku tak tau
9
9. Bagaimana Bisa?
10
10. Promise
11
11. Mungkinkah?
12
12. Tentang Rindu
13
13. Pertemuan Dengan Dia
14
14. Peluk aku saja
15
15. Ada yang hilang
16
16. Sapaan
17
17. Menunggu kabar kembali
18
Pengenalan Karakter
19
18. Aku sembab atas sebab-sebab kepergianmu
20
19. Selalu ditemukan
21
20. Apa itu cinta?
22
21. Kolase waktu
23
22. Apakah ini bentuk Pengkhianatan?
24
Eps 23. Cahaya
25
24. Kalkulasi Waktu
26
25. Jatuh Cinta Kembali
27
26. Terluka
28
27. Konflik
29
INFORMASI
30
28. Konflik 2
31
29. Memangnya kamu bisa?
32
30. Tentang Yo
33
31. Boleh Aku saja?
34
32. Sebenernya ...
35
33. Siapa Perempuan itu?
36
34. Terlepas dari Semuanya
37
35. Tentang Cinta Pertama
38
36. Tentang Deinandra
39
37. Hujan Adalah Kita
40
38. Diantara Yo dan Dein?
41
39. Kita bukan?
42
40. Dia Siapa?
43
41. Apa Aku Bukan Pilihan?
44
42. Tertinggal
45
43. Waktu yang telah lama hilang,
46
44. Kehilangan lagi?
47
45. Pencarian
48
46. Mencari Resiko
49
47. Cengkrama
50
48. Pilihan
51
49. Pemahaman
52
50. Ungkapan Rasa
53
51. Lara
54
52. Memahami Rasa
55
53. Memahami Cinta
56
54. Double Date
57
55. Perasaan
58
56. Keresahan
59
57. Hujan dan Obsesi
60
58. Malam Pesta
61
59. Dua sejoli
62
60. Ada apa denganku?
63
61. Siapa Pinkan?
64
62. Memberi Jarak
65
63. Memberi Jarak 2
66
64. Memberi Jarak 3
67
65. Menemui Cinta
68
66. Model Dadakan
69
67. Perasaan
70
68. Kepulangan
71
69. Dipaksa Jadi Penerus
72
70. Pertemuan
73
71. Pilihan
74
72. Kedatangan
75
73. Hadiah sebelum Wisudah
76
74. Seperti Kejutan
77
75. Dejavu
78
76. Wisuda Penuh kejutan
79
77. Keseriusan
80
78. Rumah Baru
81
79. Awal baru
82
80. Bertemu Pinkan
83
81. Berkenalan
84
82. Perasaan Yang Kacau
85
83. Masalah Waktu
86
84. Kesadaran
87
85. Bertemu namun tak mengenali
88
86. Feeling Lonely
89
87. Bertemu juga
90
88. Kesalah Pahaman
91
89.Privilege
92
90. Mencari Kehilangan
93
91. Kita
94
92. Merayakan Kehilangan
95
93. Sesal
96
94. Cerita lama
97
95. Sebatas Kerinduan
98
96. Kepulangan
99
97. Sirkuit
100
98. Rumah Lama
101
99. Lara Dalam Kerinduan
102
100. Pertemuan Kembali
103
Season 2. Eps 1. Kerinduan
104
S2. Eps 2. Mengulang Waktu
105
S2. Eps. 3 Ungkapan Hati
106
S2. Eps 4. Sosial Media
107
S2 Eps 5. Dalam Keabadian
108
S2 Eps. 6. Keluarga
109
S2 Eps. 7 Roda
110
S2. Eps 8 Pesona

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!