Sepertinya lebih mudah mendatangkan sebuah kesalah pahaman dibanding sebuah penjelasan yang benar-benar dari hati. Banyak orang memilih egoismenya dibanding membuka telinga lebar-lebar dan melapangkan dadanya. Kebanyakan manusia kerap melawan kata pikirannya demi hatinya. Menyesakkan dan membuat segala sesuatunya menjadi tak berjalan lancar sesuai rencana.
.....
Pertengkaran hebat tiba-tiba terjadi antara Jesika dan Jie. Aku tak tau siapa yang harus disalahkan dan bersalah kali ini, segala kemungkinan dapat terjadi saat ini karena kecemburuan yang membuat seorang wanita berlaku tak sepantasnya.
"Jes, udah ya jangan memaksa Rere." Ucap Jie mulai emosi.
"Lah kan bagus kalau bisa double date jadi kamu gak perlu dekat-dekat dia lagi." Celetus Jesika ingin diikuti pintanya yang memaksa.
Jie kesal dengan kata-kata Jesika menarik Rere pergi. Namun ditahan oleh Afran.
"Gak bisa gitu donk, gua kan jalan ma Rere duluan. Dia jadi tanggung jawab gue." Ucap Afran ikut kesal.
"Lu diem aja." Bantah Jie dia temen gua.
Rere menjadi bahan rebutan mereka berdua, banyak mata memandang ke arah mereka. Kedua lelaki itu tak ingin melepaskan tangannya yang membuat Rere sedikit kesal dan merasakan sakit di kedua pergelangan tangannya. Hal itu membuat Jesika semakin kesal dan sontak menyiram Rere. Afran kaget dan Jie marah dan hampir menamparnya namun ditahan Rere yang sudah basah kuyup.
"Tampar aja." Tegas Jesika mengancam.
"Gak perlu." Jie dalam Penahanan Rere.
Gadis itu pergi dengan emosi yang menyulut-nyulut menghentakkan meja.
"Maaf Fran. Gua bawa dia pulang ya. Nanti setelah dirumah gua kabarin." Menarik Jie keluar.
"Oke deh kalo gitu, beneran jangan lupa ya." Tersenyum di depan Rere dan wajah kesal kepada Jie.
Di atas motor masih dengan emosinya yang belum juga redah.
"Keliatannya lu ma dia cocok." nada cemburu Jie.
"HAHAHA. Beneran? Please deh gak usah jodoh-jodohin." Rere memanyunkan mulutnya.
"Apa gua gak denger. Huaaaaaaaaaa." Teriak Jie.
"Udah lu gak usah jodoh-jodohin gua." Teriak Rere agak kencang diatas motor dan menarik kerah baju Jie.
"Idihhhh, uhuk-uhuk sakit tau. Idih yang cocok." Ejek Jie.
"Ngacok luh." Pungkas Rere mulai sebal.
"Yakan cocok sama belut cebong, amis lagi." Ledek Jie.
"Yaelah cemburu." Ejek Rere membuat Jie kesal.
"Ih, kepedean banget." Menyembunyikan ekspresinya.
"Lu kasar amat tadi, sumpah pengen gua kemplang kepala lu, itu cewe loh, cewe." Tunjuk Rere.
"Idihh, jiahhhh ngambek ya bun. Gua cuma gak suka sama tingkahnya." Membela diri.
"Gak gitu juga caranya, biasanya lu manusia paling sabar." Menatap Jie dari kaca spion.
"Gue gak kasar, cewek itu aja kepedean saban hari." Gumang Jie sebal dan memiringkan kaca spion.
"Lagian lu kan gak perlu dengan tegas menolak Jesika depan gua dan Afran. Omel Rere. Diakan punya harga diri, Aku cuma mengingatkan." Jawab ketus Rere.
"Ya maaf, mau gimana, Masa iya dia nyiram elu gua diam aja. Gak sukak gua cewe begituan." Guman Jie.
"Jadi lu suka cewek yang gimana?" Tanya Rere.
"Gak taulah pokoknya potongan begituan ogak." Menolak dengan tegas.
"Serah lu dah."
"Ya serah gue lah masa serah lu."
"Sere aja sere."
"Ser, ser, ser." Keduanya tertawa.
....
Aku teringat seseorang, mari memberi kabar dan mendapatkan kabar kembali seperti kilas balik.
Sering sekali kita mengingat seseorang dan merindukannya, jadi apa yang akan kau lakukan jika merindukan seseorang? Mengatakan dengan semangat, "Hi, i miss u." atau memandangnya dari jauh.
Pesan teks yang selalu ku kirimkan kepada teman jauh.
"Yo, yo, yo. Dimana? Apa kabar? Aku Rindu."
“Alhamdulilah aku baik. Di Kediri ni, besok aku pulang. Mau meet up?”
“He, klo gak gua kabari gak ngabari. Boleh deh, nanti kabarin ya?”
“Hehe boleh ni. Nanti jemput aku dibandara ya?”
“He, kok gitu?” kaget.
“Ya gpp lah okey.” Meyakinkan.
“Insya Allah, emang penerbangan jam berapa?”
"Nanti aku kirimin." Jawabnya singkat.
Kedatangan.
Penerbangan yang kian mulus, awan dan cahaya cerah yang masuk melewati jendela, ahhhhhh. Aku rindu saat bersama, aku rindu dengan tempat itu. Tempat penuh kenangan yang selalu aku dambakan. Senyumnya yang kian memikatku dan membuatku selalu ingin pulang ya dirinya. Sambil membaca satu buku kesukaannya, “Its my journey.” Yah buku tulisan kehidupanku.
Beberapa tahun lalu*
“Bagaimana berjalan dengan prosesnya. Gua ibarat mesin yang hancur sehancurnya tapi bisa diperbaiki menjadi lebih bagus lagi. Jadi sabar, gak taukan gimana nanti lu pasti bisa dengan apa yang telah lu lalui.” ucapnya.
“Jadi siapa nanti yang bakalan nemenin gua cerita Yo? Klo lu gak ada?” tanyaku dengan sedikit sedih.
“Re gua yakin sama lo. Ketika lu berusaha lu akan mampu.” ucapnya kala itu.
Aku melepaskan pelukku yang terakhir kali, tanganku melepaskan tangannya yang penuh dengan kelembutan itu. Jiwa ceria yang selalu ditampakkannya itu sebenarnya adalah kesedihan yang mendalam.
Tapi untuk apa hal tersebut di pendam jika kelak kau bisa hidup lebih bahagia dan melepaskan segala emosi yang tidak berguna. “Jangan paksakan dirimu karena suatu hal, terlebih hal itu membuat ketidak enakkan yang membuatmu tak nyaman dengan dirimu sendiri, Re.” ucapku dalam hati sambil menatapnya dari jauh yang
masih berada di titik awal.
.....
“Yo. Yo. Yo. Panggilku dengan senyuman. Kala itu, aku pulang dengan tangis kepergian seorang yang selalu ada disampingku, kali ini dia kembali. Ya walaupun sementara.”
“I'm back!” Sambil melebarkan pelukan dan dibalas pelukkan.
Peluk erat, “rindu.” Aroma tubuh yang selalu kurindukan dan selalu membuat tenang, gaya casual jeans, kaos kemeja, kacamata bulat dan topi hitam.
“Mau kemana dulu kita? Ngobrol sambil makan?” tanya lelaki itu.
“Boleh banget, mau makan apa? Kayaknya yang dekat-dekat sini aja gimana.” Dengan baik gadis itu mengusulkan tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments