...Karena kamu tak bisa memilih untuk mencintai siapa maka usahakan satu nama dalam doa agar lekas terkabul dan bersatu....
I don’t know!!!
Mengapa dia menjadi debaran yang mengagumkan, banyak dari cerita tentangnya yang gak aku ketahui. Tapi kenapa? Banyak tanyaku, namun lebih memilih bersabar dalam mengetahui sedikit demi sedikit.
Banyak dari diriku yang mengingatkanku padamu. Kau tau, kau seorang yang berhasil membuatku luluh manja dan bersikap lemah-lembut. Dan sungguh! Walau aku tak tau rasa apa yang kurasa yah begitu.
...Jika tak dicari tak mengapa; yang penting kamu harus paham bahwa fokus mu bukan untuknya saja karena kamu bukan menjadi fokusnya. Yang jauh didekatkan dan yang deket didekatkan dan yang dekat dijauhkan; Kita, “Bukan.”...
...
"Jadi kita mau kemana dulu?" Tanya Yo.
"Yaelah kalau dulu mah udah lewat." Ejek Jie.
"Hmmm." Menatap dengan sinis.
"Ape lu." Jie berancang-ancang memukul.
"Arogan banget temen lu Re." Teriak Yo.
"Apaan sih kalian." menuruni tangga dan masih sibuk dengan peralatannya.
Berantem kecil.
"Udah-udah hanyuk. Berantem mulu." Ucap Rere.
"Iya Iya." Ucap mereka.
Memakai helm.
"Lu sama gua Re." Saling menarik.
Gua cuma menatap kedua cowok itu ke kanan dan ke kiri.
"Lu sama gua aja Re." Ucap Jie menarik.
"Lah bukannya kita mau jalan Re." Ucap Yo menarik.
"Hadewww...Jadi bahan rebutan. Melepaskan sendiri genggaman mereka. Sini kunci lu Yo. Kalian berdua naik barengan satu motor. Kamu Jie bonceng Yo." Ucap Rere mulai kesal.
"Yaelah idih ogah." Merinding memeluk diri sendiri ucap Jie.
"Re. Memegang tangan Rere. Nanti kamu jatuh naik caferacer aku. Menatap khawatir. Jangan ya." Ucap Yo dengan tatapan mendalam.
"Oke. Jadi ni Yo yang boncengin Jie, tenang aja Yo gw bisa kok." Tersenyum senang.
"Ih ogah." Jawab Jie.
"Yaudah, karena lu ogah mulu. Lu yang naik motor sendiri Jie. Ayo Yo." Menarik Yo mendekati motornya.
Yo terkaget dalam genggaman Rere menuju motornya.
"Ya Ampun dia milih gua." Gumamnya dalam hati.
Taman.
Beberapa hal, tempat, tatanan, pencahayaan outdoor sangat bagus untuk mengambil beberapa foto. Aku yang sedari tadi sibuk dengan kameraku. Memotret ke kanan dan ke kiri memutar lensa sampai fokus pada objek yang aku inginkan.
Yo hanya duduk diam memandangi sekitar dengan tatapan kosong, pancaran matanya memiliki kesedihan. Sebenarnya hal apa yang sedang iya sembunyikan? Aku tak tau. Tapi aku ingin tau.
Cekrekkkk. Cekrekkk. Cekrekkk..
Beberapa foto Yo yang candid terlihat sangat estetik dengan memakai kemeja motif daun-daun sangat mendukung konsep ditaman ini. "Ya Ampun aku baru sadar ternyata Yo ganteng banget. Menatap layar kamera dan mau mengalihkan pandangan ke arah Jie tapi dia sibuk sendiri dengan objeknya, lelaki itu selalu memakai Jeans kalau sedang hunting memakai celana pendek sedengkul dengan pakaian kaos biasa, jaket dan kupluknya. Kembali menatap Yo dengan kacamata bulat berbatang silver, tinggi setara 175 yah sangat ideal walaupun badan kurusnya tidak proporsional. Tampilan dengan celana Jeans dan sepatu cats."
Sepertinya pencahayaan dan beberapa objek kali ini tampak sangat menyatu dalam foto. Kelihatannya ini akan menjadi maha karya yang cukup bagus.
"Cantiknya." Guman dalam hati memotret Rere. Kalau saja, tapi tak mungkin. Pandangannya membuatku teduh, cantik parasnya membuat dadaku bergetar. Tanganku memegang dada dan satunya memegang kamera yang ku kalungkan di leherku. Ya tuhan, aku menyayangimu. Cekrekkk. Cekrekkk. Tersenyum memandangi hasil jepretanku. Wajahnya sangat membuatku bersemangat.
Dring. Dring.
Telepon berbunyi dan langsung mengangkatnya.
"Iya saya segera kesana. Jawabnya di telepon tersebut. Re. Memanggil Rere. Aku pergi dulu ya." Ucap Jie terburu-buru memasukan kameranya ke tasnya.
"Lah mau kemana?" Tanya Rere sedikit bingung.
"Ada urgent. Lu pulang sama temen lu itu. Ucapnya. Eh lu jaga temen gua, kali ini gua iklas." Ucapnya pada Yo.
"Iya gua jagain seumur hidup." pungkasnya sedikit mengejek.
"Awas dia lecet ya." Berjalan dan menunjuk ke arah Yo.
"Jie hati-hati." Teriak Rere sembari melambai.
"Dia kemana?" Tanya Yo.
"Mungkin sedang ada masalah di kerjaan. Tak usah dipikirkan." Ucap Rere mengabaikan sahabatnya tersebut yang pergi secara tiba-tiba.
"Idih siapa yang mau mikirin dia." Tersenyum dan mengelus kepala Rere.
"Anak pintar. Senyum. Yuk pergi makan." Mengajak Yo dan menggandeng nya.
Deg. Deg. Deg.
"Dadaku bergetar, Rere kayaknya aku gak bisa menahan gejolak yang ada di dada bagaimana ini. Menatap Rere. Gumang dalam hati. Re ayo." Berjalan mendahului Rere dan menggandeng nya.
"Idih kenapa muka lo seneng amat." menggandeng nya.
"Seneng aja." Ucapnya.
"Hmmm semalam lesu." Ejek Rere.
"Kan powernya sudah diisi. Mendekati motornya dan memasangkan helm di kepala Rere dan merapikan rambutnya. Ginikan bagus, safety. Hihi." Tersenyum dengan lembut dan menaiki motornya dan memakai helmnya.
Memeluk erat.
"Kenapa?" tersenyum bahagia.
"Pengen peluk aja." Ucap Rere.
"Kehadiran itu apa sih Re?" Tanya yo.
"Dianggap ada." Ucapnya.
"Seperti?" Tanyanya lagi sambil perlahan menarik gas motornya
“Sebenarnya kalau dia memang menganggap kamu ada ya bakalan dikabari selalu; intinya itu aja.” Jawab Rere masih memeluk.
"Baiklah. Akan diusahakan." Bicara dengan pelan.
"Apa Yo?" Tanyanya karena gak terlalu terdengar.
"Gak ada, tadi ada angin lewat." Bercanda.
"Ih apaan si." Marah merajuk.
"Hahaha. Rere marah iih, marah iya." Ucapnya.
"Gak ah cuma ngambek." Ucapnya merenggangkan pelukkan.
Tangan Yo menangkap tangan Rere yang mulai merenggang memeluknya.
"Idih mana ada orang ngambek ngomong sama yang buat ngambek. Tertawa terbahak." Tawanya.
"Iiihhhh apaan si." Memukul Yo dengan gemasnya.
"Aduh aduh sakit, apaan sih." Ucapnya kesakitan.
"Eh sakit ya." Menghentikan pukulannya.
Tangan Yo menangkal kembali tangannya dan memegangnya sepanjang jalan.
"Yo aku ini apa si di hidupmu?" Tanya dalam hati memeluk dengan erat.
"Kelihatannya langit hari ini sangat cerah. Sepertinya banyak hal yang memberi kita kekuatan baru." Ucapnya.
"Bagaimana jika setelah ini hujan." Tanyaku.
"Tidak masalah, setidaknya selama aku disini aku menikmati segala cuaca bersamamu." Masih memegangi tangan Rere.
"Aku memang tak tau apa yang membuatmu begitu sedih dan begitu senang. Mengeratkan pelukkan dan mendengarkan detak jantung Yo. Tapi, jika bersamaku membuatmu tenang maka aku akan selalu menjadi penenangmu kapanpun itu." Ucapku perlahan.
Tak lama motor kami berhenti di tepian jembatan mengarah ke laut.
*"Seperti yang pernah ku katakan, aku tak ingin membuat janji dan berjanji padamu. Jika nanti aku kecewa olehmu karena inginku sendiri, semua itu bukan menjadi tanggung jawabmu namun menjadi tanggung jawabku sendiri*. Sebaliknya, tapi jika nanti aku sendiri dan kau masih sendiri. Bolehkah aku datang kepadamu? Ingat Re, ini bukan janji." Ucapnya penuh kepasrahan dan kelemah lembutan takut menyakiti Rere.
"Baiklah, apapun itu lakukan sesuai inginmu. Ucap Rere. Tak apa, Apapun itu tak masalah aku hanya ingin memelukmu." Ucapnya dalam hati.
*---Hilang semangat hidupku tapi karena ada kamu yang dihadirkan tuhan dalam hidup---* Yo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments