Tak ada alkisah yang bisa dihentikan, seperti waktu dari pertemuan dan perpisahan. Sama halnya kita yang pernah saling mengadu rindu hingga gaduh dan berakhir mengambil jalan masing-masing walaupun hal ini bukanlah hal yang kuingin sebagai keputusan akhir
Dan jalan tersebut tersebut ternyata memberikan liku yang berat, lebih bersemangat dan bersahabat. Dan ini kita membahas sampai mana bukuku ku tulis menjadi naska film tentang cerita kita.
Katanya, “Hidup boleh saja keras, kamu boleh saja menyerah tapi ingatkan dirimu tentang mimpimu. Beberapa ketidak hadiran bukan membuat diri tak memikirkan sama sekali jadi pikir naskahmu itu.
Tulis, tulis dan tulis. Ungkapnya pada malam itu, malam terakhir aku melihatnya beberapa tahun lalu.
"Mataku mendadak berkaca-kaca melihat sosok itu, kedua bola mataku tak mau melepaskan pandangan menatapnya. Ya tuhan kenapa baru sekarang jawaban dari doaku terjawab, apakah aku kurang sabar dan tabah dalam menunggu doaku terkabul sampai pada diriku?"
Mendadak tas dan buku di tanganku terjatuh, pandanganku masih saja menatapnya dengan sangat. Boleh aku minta waktu ini berhenti? bolehkah? bolehkah? aku ingin sekali sungguh. Memeluk lelaki itu dengan erat dan memejamkan matanya menikmati peluk hangat itu tanpa kata.
Seseorang lelaki itu membalas pelukkan hangatnya, seperti biasa mengelus rambutnya dan menenangkannya.
"Udah gapapa kok, sulit ya? dah udah gapapa kok. Aku udah disini." Ucapnya menenangkan Rere dengan tangis kerinduan yang mendalam.
Lelaki itu turun dari motornya dan mengambil buku dan tas Rere yang dia jatuhkan. Dan memberikannya kepada gadis itu dengan senyuman dan tatapan penuh emosi dari kerinduan tersebut.
Laju sepeda motornya dalam perjalanan menuju kafe.
"Kemana saja? kau berhutang jawaban dari penjelasan panjang selama ini. Jangan suka berlarian ya, aku gak suka. Paham?" Tegas gadis itu memeluk dan meremas kemejanya.
Tangan gadis itu gemetar antara senang atau harus takut, antara kenyataan atau mimpi.
"Benarkah kau kembali? Aku tak tau apa saja yang kau lewati dan kau hadapi selama ini sendiri tapi jika kau ingin aku, aku akan ada." Menatap lelaki itu dari kaca spionnya.
"Iya aku tau kok, disaat waktu yang tepat nanti boleh aku menceritakan segala halnya kepadamu?" Menjawab dengan tenang dan menggenggam tangan Rere.
Sesampainya di Grand opening cafe Afran. Memarkirkan kendaraan dan melepas helm di kepalanya dan membantu gadis itu melepaskannya.
"Ayo. Menggenggam tangannya. Aku kerja disini, mungkin kamu juga kaget kenapa aku bisa disuruh temen aku jemput kamu sebenernya aku kaget kok bisa kamu juga. Jadi cerita sedikit aku bisnis cafe sekaligus barbershop sama Afran dan kakaknya. Nanti aku jelasin ya, sisanya kita masuk dulu buat pembukaan acaranya." Tersenyum dan memasuki kafe.
Aku menatap dalam ke wajah lelaki itu, lelaki yang pada awalnya sudah meruntuhkan hatiku. Tatapan mataku terus menatapnya kemanapun dia berada. Dengan sigap lelaki itu mendatangi Afran dan memakai celemek coklatnya.
“Eh Yo dan ketemu ma Rere kan, makasih ya bro sorry gangguin lo jadinya.” Afran mendekatinya dan menepuk pundaknya.
“Gak masalah kok, toh juga sekalian jalan kemari.” Senyumnya dan kembali ke dapur barista.
“Re gapapa kan, dijemput temen gua?” Tanya Afran memastikan.
“Gapapa kok Fran, ada yang bisa dibantu ni?” Tanya gadis itu melihat suasana sangat sibuk.
“Fran ambilin menu.” Teriak Kakaknya yang membantu menjadi kasir.
“Iya kak. Jawabnya singkat. Re barang kamu bisa tarok disini aja. Menunjukkan sebuah loker ruangan khusus pekerja. Ah dan ini. Memberikannya celemek coklat dan buku menu. Aku tinggal dulu ya.” Pungkasnya kembali ke keramaian pengunjung.
“Oh iya.” Meletakkan barang-barangnya dan memakai celemek tersebut membantu melayani pelanggan.
Hal yang paling aku syukuri adalah dapat bertemu denganmu lagi Yo. Menatap lelaki itu dengan penuh senyuman dan tak terasa ya waktu berlalu begitu cepat, seseorang yang sangat ku kenal dan ku kagumi ini berada didekatku kembali. Ternyata senyumannya yang manis membuat beberapa pelanggan wanita terpesona dengannya.
Suasana malam ini cepat sekali berlalu tak terasa sudah pukul satu dini hari. Lelaki itu mengumpulkan kami semua dan menepuk tangannya dan menatap kami semua.
“Hay guys sebelumnya terimakasih karena di pembukaan cafe kita hari ini berjalan sukses dan membludaknya pelanggan yang datang, semoga kedepannya kita bisa menjalankan bisnis ini dengan baik dan sempurna. Sebelumnya saya berterima kasih kepada kakak saya karena membantu pemilihan tempat dan konsep kafe sekaligus barbershop. Yang kedua buat teman saya yang gak sengaja ketemu di Bandung si Eyow sebagai barista kita yang membantu kerja sama bisni ini dan mari beri tepuk tangannya untuk dua orang ini.” Semua orang menepuk tangannya.
“Dan terimakasih untuk teman-teman pelayan semua dan teman saya yang membantu pembukaan kafe ini, ayo tepuk tangan untuk kita semua.” Pungkasnya dan menepuk tangannya dan saling tersenyum bahagia.
“Oh jadi Yo dikenal dengan nama Eyow, aku gak sangkah si panggilan ngasal aku bisa dia pakai disini.” Gumang dalam hati.
Afran mendekati Rere dan membawanya mendekati Yo.
“Re maaf sebelumnya baru sempat ngenalin ini Eyow. Eyow ini Rere.” Memperkenalkan mereka berdua.
Tangan lelaki itu menjabat tangan Rere. Dan Rere segera menjabat tangannya.
“Hey Re salam kenal dan semoga kita bisa saling berkomunikasi baik dan lebih baik lagi dari hari ini dan masa lalu.” Ucap Yo dengan penuh percaya diri.
“Semoga seseorang itu tidak menghilang kembali dan selalu ingat jika merasa ada sesuatu yang mengganjal
harusnya dikatakan bukannya dibawa lari kabur sendirian dan tiba-tiba datang bak angin.” Menatap lelaki itu memastikan perkataannya benar.
Yo mengambil teleponnya dari saku celemek depannya dan memencet panggilan keluar dan menggoyangkan teleponnya. Getaran telepon dari kantong celana Jeans Rere bergetar dan melihat ponselnya panggilan masuk.
Mata Rere terbelalak melihat panggilan yang terus memanggilnya tersebut beberapa waktu lalu adalah nomor Yo, panggilan ngasal yang selama ini dianggapnya sebagai panggilan iseng itu dari lelaki itu . Dan lelaki itu mendekati gadis itu dan berbisik.
“Ingat waktu itu aku pernah berkata kepadamu jangan mengganti nomor ponselmu, kau tau mendengarkan suaramu saja sudah membuatku tenang.” Dan kembali berdiri tegak ke posisi awalnya.
Rere terdiam membisu lalu tersenyum memeluk Yo dengan spontan. Untungnya cafe sudah tutup dan kejadian itu dilihat oleh Afran yang kaget dengan kejadian yang ada di hadapannya.
Mereka berdua tersenyum dan menatap Afran.
“Sebenarnya kami sudah saling kenal.” Serentak menjawab yang satu salah tingkah dan satunya menggaruk kepalanya.
Kamar tidur sebagai ruangan paling banyak menyimpan memori kebahagiaan dan kesedihan tanpa ruang sederhana penuh makna. Sebab asal mu-sebab dari kerinduan berpacu pada kehangatan dan pengakuan.
Deinandra, “Aku Cuma butuh satu saja, yaitu kamu ingin fokus satu saja ya ke kamu; kecuali kamu hilang dan enggan dengan aku bosan baru aku cari yang baru.” Pungkasnya kala itu.
“Kau bilang rasaku semu namun aku mengadu tentang hal yang tak menentu, pikiran hilang dalam kelabu, kalbuku berlalu, kau? Apakah kau beranjak pergi dari aku? Tak pernah aku merasa seterbuka ini dengan rasa tapi kenapa kalian saling bergantian pergi dan kembali kepadaku.” Termenung menikmati alunan musik.
Malam ini aku sangat senang dan menikmati kerinduan yang terbalaskan oleh temu. Dein kau dimana? Kenapa sekarang kalian bergantian bepergian dariku? Ada banyak hal yang mau aku ceritakan tentang diriku dan pertemuanku dengan Yo, tolong jangan menjadi manusia misterius untukku. Menutup mata dan tertidur
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments