Untukmu; Terimakasih tawa lalu yang berulang kali membuatku merintih sendu seperti hujan, bukannya aku tak pernah berenergi seperti matahari olehmu, tapi sejauh ini kita saling berlari menemui rasa masing-masing.
Terimakasih karena terus dan tetap bernafas, semoga lekas bergerak dan digerakkan, semoga ikhlas selalu ada dalam dada kita masing-masing karena kehidupan butuh jalan untuk terus berjalan
Selamat jalan, semoga sampai tujuan dengan selamat, aku mendoakanmu sampai saat ini. Dan Karena aku pernah benar-benar mencintai seseorang namun berakhir patah? Ya, jangan salahkan keadaan memang rasa seiring berjalannya waktu akan memudar bukannya bertambah kuat dan dengarkanlah bahwa sesuatu yang tak harus bersama tak harus dipaksa untuk tetap bersama.
Kembali lagi ke Titik Nol, terimakasih pernah bersabar terhadapku, yang selalu menemani baca buku dan menulis sampai larut yang mengganggu jam tidurmu. Dan terimakasih hingga kini telah menjadi penyemangat dan pendengar yang baik. Semoga selalu begitu dan sebaliknya, terimakasih. Namun hal tersebut sudah tak mungkin kembali.
.....
Apakah rinduku amatiran, kenapa gadis yang ku genggam tangannya ini tak melihatku dengan jelas. Sedangkan aku jelas-jelas ada dihadapannya. Kenapa dia selalu acuh tak acuh terhadapku. Padahal aku kerap sekali mencari celah dan perhatian agar diperhatikannya.
“Eh Fran. Kayaknya aku gak bisa ikut makan sama kamu.” Berhenti dan melepaskan genggaman tangan lelaki itu.
“Siapa bilang kamu bisa menolak ajakanku? Tatapnya penuh percaya diri. Ayo tarik perlahan.” Tetap berjalan tak mempedulikan rengekkan gadis itu.
Banyak tatapan mata menatap mereka.
“Ya Ampun tatapan cewe-cewe disini seakan mau memakanku. Fran.” Tegasnya ingin menolak.
“Ini masih di lorong TU, kalau kamu nolak banyak yang akan liat toh juga mereka udah liatkan lu jalan sama gua. Yaudahlah.” Menegaskan.
“Gila Re. Pergi salah gak pergi salah. Tapi Frans.” Masih tak mau mendengar.
“Sttt...Udah ikut aja.” Memaksa.
“Yaelah gua dah gak bisa ngelak lagi ni. Mata banyak orang terutama gadis-gadis kampus ini seakan mau memakanku bulat-bulat. Huhhh.” Merinding.
Sesampainya di cafe terdekat.
“Ayo duduk.”
“Yaiyalah masa jongkok.” Ejek Rere.
“Eh lama menghindar akhirnya mau juga makan bareng kalo gak dipaksa.” Mencubit hidung Rere.
“Ih apaan sih.”
Memandangi lelaki itu, berwajah putih bersih dengan setelan selalu cook. Ya pantes aja banyak cewe-cewe kampus suka dengan dia, tatapan tajam, selalu fokus dan tata rambut selalu rapi. Serius lagi mengotak atik hpnya.
Tok tok tok. Mengetuk meja..”Re, gua dah masukkin lu di grup jadi lu tinggal buat berkas yang disuruh pak ahmad.”
Mengecek hp. Mengalahkan data.
“Ok. Ok. Good job Fran.” Dan sibuk dengan hpnya yang berbunyi tang. Ting. Tang. Ting.
Lelaki itu mengetuk meja kembali.
“Rere sini. Mendekatkan wajah ke meja. Iya sini. Memberi isyarat agar mendekat.”
“Apaan?” Mendekatkan wajahnya ke Afran.
“Akhirnya kita kayak orang ngedate setelah awal semester lalu lu nolak gua. Hehe.”
“Ih apaan si.” Malu dan kembali keposisi awal.
“iyakan. Kembali keposisi awalnya dan fokus dengan hpnya. Liatkan anak jurusan ada sekitar 40an orang Re.” Menunjuk layar ponsel namun tak begitu di hiraukan.
“ehmmm.”
“Yaelah Re. Denger nggak?”
“Iya denger kok fran.”
“Mba pesen.” Memanggil pelayan.
“oh iya mas pesanan yang tadi ya. Atu ayam pecak atu ayam bakar, atu kopi bisa mas, satu lagi minumnya mas?”
“Re apaan?"
“lemon tea Hangat mbak.”
“Gak minta di angetin mas gantengnya aja mbak. Pesanannya mohon ditunggu ya mbak mas” Pergi dan tersenyum.
“Iya mbak, Eh. Dan tersadar.”
Lelaki itu menaikkan kedua tangan dan bahu.
Mata Rere melirik dan memelototi lelaki itu.
“I don't Know beb. Tapi kalo gak gini lo gak akan mau jalan sama guakan.”
“Pikir aja sendiri.” Sibuk dengan telepon genggamnya.
“Yaelah Rere, keknya lu salah paham deh.”
“Makanannya datang. Saya taruh disini ya mbak mas.” Ucap pelayan itu.
“Iya terimakasih mba.”
"Wah kelihatannya enak. Ayo makan."
"Iya, sesuai harapan ternyata kau masih ingat makanan kesukaanku."
"Masih donk. kamu aja yang mudah melupakkan aku."
"Aku gak lupa, cuma malas mengingat."
"Hmmm."
Mataku tak sengaja tertuju kepada seorang lelaki dan gadis yang kukenal.
"Ya ampun kenapa Jie sama Jesika bisa kesini si. Mengambil menu menutupi wajahnya. Oh iya inikan hari sabtu mereka janjian buat jalan bareng."
"Lu kenapa Re?" Bertanya penasaran.
"Egk apa-apa. Mengembalikan buku menunya keatas meja. Mampus gue lo mereka beneran kesini." Gumang dalam hati.
"Eh Jes itu kayaknya Rere deh. Apa gua salah liat ya dia sama cowo." Nunjuknya ke arah dua orang itu.
"Mana beb? melihat arah jari Jie. Wah bener yok samperin, kali aja Double date." Menarik Jie ke arah mereka.
"Eh,Oke. Tali kalau bukan gimana?" ucap Jie.
"Eh Rere ya, benerkan Jie." Tegasnya ke Jie.
"Lah disini juga Re?" tanya Jie sedikit ketus.
" Rere lagi ngedate sama pacarnya ya?" Tanya Jesika.
"Eh Jie sama Jesika. Apa kabar? Tersenyum semanis mungkin. Haduw benarkan pasti Jesika ngajak langsung kesini." Gumang dalam hati.
"Wah boleh gabung donk biar double date?" Tanya Jesika.
Sebelum Afran dan Rere mengiyakan Jie sudah duduk di samping Rere.
"Eh iya boleh." Ucap Rere sambil menelan nasinya.
"Permisi, saya duduk sini gak apakan mas?" tanya Jesika sok imut.
Afran hanya mengangguk.
"Mba pesen donk." Teriak Jesika memanggil pelayan.
Jie berdiri, "Biar aku pesan kesana aja sekalian mau ke toilet." Ucap Jie agak kesal.
"Oh okay Jie." jawab Jesika.
"Re lu mau makan capcay gak?" saran Afran.
"Gak usah Fran, gua mau tambahan ayam sama cabenya."
"Okay baby."
"Wah aku gak tau Rere punya pacar." tanyanya penasaran.
"Gak kok temen doank."
"Calon pacar mba." Jawab Afran.
Jie datang.
"Uhuk. Uhuk." Tersedak.
"Ini minum dulu." Spontan Afran memberikan minum ke Rere dan langsung diminum.
"Pesanan datang." Ucap seorang pelayan.
"Mba tambahan air hangat atu sama ayam pakek sambelnya dua."
"Lu gak papa Re." Sedikit cemas Jie.
"Kaga napa-napa."
"Itu kecebong yang mana lagi?" Bisik Jie.
"Apaan si, Tu si Afran." Bisik perlahan.
"Yang banyak fansnya dan ngejar-ngejar lu?" tanya penasaran.
Angguk.
"Jie ayo makan."
"Iya Jes." sahut Jie.
"Ayo donk kapan kita double date." usul Jesika.
"Boleh juga tu." Jawab Afran..
Kaki Rere menginjak kaki Afran.
"Aww. Menahan sakitnya. Kenapa nggak ya kan baby." Tegas Afran menyulitkan jawaban Rere.
"Wah bagus dong, jadi kita bisa rame-rame main ma keliling-kelilingnya." Ucap Jesika.
"Oala Jes. Jes. Ide lu ada-ada aja." Batin Rere dan Jie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments