Jika segala sesuatu di tujukan pada seseorang, akankah dapat berjalan dengan lancar dan sebaik-baiknya? Aku ingin tahu jawabannya, saat ini. Tapi tetap harus menunggu jawaban itu sendiri yang datang kepadaku.
Kelas dimulai.
"Selamat pagi semuanya, bagaimana akhir pekan kalian? apakah menyenangkan atau malah jadi bisa menjadi sangat-sangat menyebalkan? Baiklah, sesuatu hal yang menyebalkan dan tak menenangkan dari keresahan tersebut dapat kita jadikan menjadi sebuah karya. Karya yang jarang sekali orang bisa mengembangkan hal itu. Bagaimana itu bisa terjadi ada yang tau?" Bertanya kepada para mahasiswa/i nya.
"Maksud bapak, keresahan itu bisa menjadi sebuah ide yang dapat dituangkan dalam tulisan. Yah jadi cerita skrip kita gitu." Jawab Rere santai.
"Benar sekali. Tepuk tangan. Ternyata asisten saya ini banyak taunya ya. Memuji. Dan jika suatu keresahan ini dapat kalian rangkum menjadi mini drama durasi 3 - 5 menit bagaimana hasil dan kualitas nya? Baiklah ini adalah tugas dari mata kuliah pertama kita pagi ini, tugas ini terdiri atas 3 orang, kalian bisa buat mini dramanya. Lalu menunjuk Afran. Baik Kepada Bapak komisaris yang menjadi Asisten saya, kamu bisa mengumpulkan tugas kita kali ini di pertemuan selanjutnya." Menunjuk Afran.
"Baik pak." Menjawab setuju.
"Baiklah, selamat pagi kuliah selesai." Pergi dari ruangan.
"Ya Ampun Re. Bapak Ahmad itu kece banget, menjelaskan sedikit tapi langsung dapat dimengerti dan tugasnya ada tugas." Mendadak Gebby lesu mendapatkan tugas yang menurutnya cukup banyak.
Rere Tertawa. "Namanya tugas Geb. Ya harus dikerjain donk." Jawab Rere.
Seorang lelaki menghampiri mereka dan memukul pelan kepala Rere dengan Map.
"Kita satu kelompok ya." Pungkasnya.
"Gua juga ya Fran." ucap Geby bersemangat.
"Sepertinya aku hanya ingin Rere." melambai dan pergi.
"Iiihhh. Ya Ampun Re, jutek amat ketua kelas kita." Ngedumel manyun.
"Haha. Udahlah gak usah dibahas dia aja kok, yuk keluar. Semua orang sudah bubar dari kelas ini." Mengajak.
"Oke deh Re. Lu ada mata kuliah lagi gak?" Tanya Gebby.
"Gak ada si, tapi gua mau pergi sama temen gua." Ucapnya.
"Temen yang mana Re? Si Jie?" Penasaran.
"Bukan, temen gua dari Kediri, eh maksudnya dia baru pulang dari Kediri." Jawabnya dengan senyuman.
Menggandeng. "Wah gebetan Lu Re?" Masih penasaran.
"Bukan. Bukan. Temen gua tu dia baru balik ke Jakarta." Keluar dari pintu dan seseorang itu masih menunggu di luar pintu.
"Fran." ucap Gebby.
Lelaki itu menarik tangan Rere.
"Eh lu tarik si Rere sembarangan." Teriak Geby tanpa di hiraukan.
"Ayok. Menarik. Kita makan siang bareng." Menarik Rere.
Melepaskan dan berhenti.
"Gua gak bisa Fran. Sudah ada janji sama temen gua." Tolaknya sembari melepaskan tangannya dari gengaman Afran.
"Siapa. Melepaskan. Yang Kemaren tu?" Tanya penasaran.
"Bukan." melewati Afran.
Menarik tangannya. "Siapa? Yang mana?” Masih membutuhkan jawaban.
"Temen kok. Sama kek lu temen." Menatap dan perlahan melepaskan tanga itu kembali.
Berjalan menuju parkiran kampus dan masih dikejar oleh lelaki itu.
"Fran udah ya lepas." Rere memohon.
"Re." Suara seseorang yang di kenalinya.
"Hei Yo. Tersenyum. Sudah lama?" Spontan melepaskan tangan Afran.
"Ayo. Menggenggam tangan Rere dan menatap Afran. Gak lama kok." Menarik Rere.
Tertahan.
Tangan Rere ditarik Yo dan Afran. Mata kedua lelaki itu saling menatap tajam.
"Fran, kita bicara besok ya." Melepaskan tapi tak mau melepaskan.
"Aku maunya sekarang." Tegas Afran.
"Hei kau kan sudah ditolak, lagian waktu kalian bisa saja kapanpun." Melepaskan tangan Afran dari tangan Rere.
"Maaf Fran, aku sah ada janji." Pergi meninggalkannya.
Memakaikan Helm.
"Itu siapa Re?" Tanya Yo penasaran tapi tidak ingin memojokkan gadis tersebut.
"Temen kuliah kok." Jawab Rere.
"Masasi. Tawa. Keknya dia suka sama lu." Jawab Yo sedikit menyindir dan tertawa kecil.
"Hmmm. Entahlah, gua gak pernah mikirin hal itu." Berkata dengan santai.
"Kirain Rere dah ngelupain Yo gara-gara cowo ganteng itu." Mengejek.
"Ih apaan si, emangnya kita apaan?" Tanyanya sambil tertawa.
"Emang lu mau kita apaan Re?" Tawanya.
Rere menelan luda. "Gua pengennya lu Yo tapi gak mungkin." Gumang dalam hati dan mengencangkan pelukkan.
"Apa dia cemburu? Jarang sekali aku melihatnya cemburu akan suatu hal. Aku hanya menebak saja, mungkinkah dia sempat memiliki rasa dan saat ini perasaan itu berkembang dalam dada. Sepertinya aku senang sekali menduga-duga. Sudahlah Re, sudah. Nikmati saja delur laju angin yang berhembus saat ini. Nikmati saja peluk yang sudah lama ku rindu dengan aroma tubuh mint yang menyejukkanku." Guman dalam hati menikmati waktu saat ini.
Diatas Motor.
"Re, lu pernah gak berfikir bisa mendapatkan hal yang lh ingin ni namun harus lu lepas?" Tanyanya.
"Pernah. Tapi gua hanya ingin bersyukur. Bersyukur dapat mendapatkan hal itu walaupun pilihan itu tak menjadi pilihan dari jalan yang ku tempuh." Jawaban yang menenangkan.
"Gitu ya." Memastikan jawaban Rere.
Berbalik dan menempatkan kepalanya di pundak Rere.
"Yo, Lu gak kenapa-napakan?" Tanya khawatir.
"Gak papa. Seperti ini aja ya sebentar." tertidur.
"Oke." Jawabnya.
"Hal yang paling aku sukai dari wanita ini adalah bisa tetap tenang dan tak terlalu banyak tanya apalagi tak terlalu peduli dengan hal yang tak penting. Sifat yang tak pernah merepotkanku dan selalu menenangkanku tanpa kata. Re bisa gak bersabar sebentar lagi." Gumang dalam hati.
Beberapa waktu kemudian.
Sesampainya di kost.
"Besok gua jemput lagi ya, makan malam di rumah gua Re." Ajaknya.
Melepas Helm. "Wah benarkah? Apakah Five Yo ada dirumah semua?" Tanyanya senang.
"Hahaha, Abangku lagi di Dubai, gak bisa pulang. Yang ada Four Yo. Gimana?" Tanyanya.
"Yahhh. Tapi gapapa deh. Gua seneng aja kerumah lu manggil Yo yang nongol sekali empat ma lima orang sekaligus hehe." Tawanya.
"Hahaha. Jadi kesempatan ini yang kutunggu." mengelus kepala Rere.
"Dimana lagi Gua bisa memanggil satu orang dengan satu nama yang turun nyahut, noleh empat sampai lima orang. haha." Tawa senang.
"Oke deh. Gua tunggu besok ya." Melambaikan tangan dan pergi dengan motor antiknya.
"Da da Yo, hati-hati di jalan. Jangan lupa kabari kalau sudah sampai." Teriaknya.
"Iya, Iya." Jawab teriak. Melambai.
Sambil berkendara.
"Jika diberi waktu yang senggang. Bolehkah aku lebih lama berdua bersamamu? Bolehkah aku menaruh sebuah harapan walaupun aku takkan pernah tau kedepannya berjalan atau tak berjalan sesuai rencana. Bolehkah aku sedikit berharap? Tapi aku sangat takut sesuatu itu sirnah. Sesuatu itu hilang begitu saja. Hilang tanpa kata. Hilang tanpa adanya kabar?!
Boleh aku pergi dan kau tetap menungguku? aku terlalu takut bertanya kepadamu. Terlalu takut menyakitimu. Bolehkah aku? Bolehkah? Tolong jangan jatuh cinta kepada siapapun sampai aku datang. Tapi apa mungkin? Bisakah?" Meneteskan air mata diatas motor dan melaju dengan kencang bak angin menghempas beberapa debu jalanan. Roda yang melaju kian kencangnya. Fokus pada arah dan jalanan lurus kedepan. Kuharap tak ada pilihan antara aku. Jangan memilih. Aku saja. Aku saja Re.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments