Wajar saja jika sesuatu yang terlalu dipikirkan dapat terbawa kedalam mimpi, habisnya aku selalu merindu dan merindu lagi sampai lupa cara melupakan.
“Kau tau hal yang paling gak nyata tapi dirasakan?” tanyanya
“Apa? Hmmm…pikiran kita?” Jawabku.
“Bukan. Tapi membahasakan rindu. Membahasakan rinduku. Iya membias lalu memasuki setiap tubuh dan pikiranku. Dia bergemuruh dalam dada.”
“Jadi kamu rindu?” Bertanya dengan penuh ingin jawaban.
“Aku hanya terdiam dan tersenyum bergegas pergi menjauhinya, tak kusangka tangan itu menggapaiku, dan menarikku mendekat. Lihatlah dia memelukku lagi dan menatapku penuh dengan cinta dan mencium tepat di keningku perlahan. Dadaku berdetak semakin kencang.”
“Tenanglah, aku akan selalu merindukanmu dimanapun, itu janjiku pada diriku. Kau jangan pernah mengkhawatirkan aku.” Peluk erat Dein pada wanitanya tersebut.
"Tapi aku merasakan akan ada suatu hal yang berbeda." Memendam dalam hati sendiri.
…
"Kenapa aku sering kali merasa sendiri gimana gak sendirian bangun aja kesiangan. Teriaknya. Ahhhhh. Astaga Re, kenapa bisa telat. Haduh Jie dah nelpon dari tadi lagi.” Menjambak rambutnya sendiri.
Isi teks.
“Re lu lama gua tinggallin ya, gua mau ke lap lagi.” Pesan chat Jie.
“Mampus gua.” Terburu-buru.
Kelihatannya kota Jakarta ini semakin padat saja, panas terik semakin menyengat ke kulit. Kendaraan bermotor dari ojol onlen pun mengalami kemacetan dimana-mana. Ya iyalah namanya juga waktu padat di jam-jam tertentu, sumpek dan banyak keributan yang mengganggu telinga yaitu suara gemerisik klakson kendaraan di sana dan sini.
“Pak tolong, lebih cepat lagi ya. Lokasi saya di depan lagi belokkan kanan ni.”
“Iya non, ini sudah cepat. Didepan macet total non.” Jawab sopir ojol.
“Pak agak kedepan sedikit, saya turun disana.” Tunjuk persimpangan.
“Baik non.” Bremmmm. Bremmm.
Kaki itu bergegas turun dan berlari ke depan.
“Non, non, Helm mamang.” Berteriak.
“Eh lupa pak,” melepas helmnya ini ya pak berlari.
“Huaaaa. Huaaaa. Kelelahan dan menunduk memegangi lututnya. Ya tuhan.” Ngos-ngosan.
“Kau tak apa?” Tanya seorang lelaki.
“Iya gak apa pak.” Jawabnya terengah-engah.
“Ayo, kamu akan ketinggalan meeting.” Ajaknya.
“Eh iya pak. Untunglah ada bapak ini,” ucap dalam hati.
Menaiki lift.
“Mahasiswa perfilman?” Tanya lelaki itu sekali lagi.
“Iya pak. Menoleh. Wah diakan sutradara kedua.” Guman dalam hati.
Ting. Lift terbuka.
“Ayo.” Berjalan keluar lift.
Melangkah dengan karisma yang membuat jantung berdebar. Membuka pintu dan ikut masuk.
“Hallo semuanya selamat pagi.” Berdiri di depan podium dengan tangan dimasukkan kedalam saku dan berdiri dengan tegak.
“Wah dia sungguh membuat banyak mahasiswi di jurusan Film ini terpesona.” Duduk di
kursi bangku kedua dari depan.
“Ya Ampun Re, lu kok lama amat?” Tanya Gebby
“Iya Geb. Gua tadi kesiangan.” Jawabnya singkat.
“Astaga beruntung banget lu masuk sama bapak itu.” Tunjuk.
“Hehe,iya iya.” Mengeluarkan buku dan tabletnya.
"Re, Rere liat, dia sutradara kedua pengganti pak Suwijo." Tunjuk lagi ke arah depan."
“Hallo, Nama saya Ahmad Rendy. Dikarenakan Jadwal Pak Suwijo sangat ketat dan padat untuk mengambil Prof. beliau saya sementara yang akan menggantikan beliau di semester ke depan ini. Buat teman-teman disini yang mohon kerjasamanya dalam satu semester ini. Terimakasih." Ungkapannya penuh percaya diri seperti biasanya.
"Baiklah anak-anak saya sebagai dosen utama undur diri." keluar ruangan dan menepuk Pak Ahmad dan berbisik. "Semoga berhasil.
"Pasti pak pasti. Hati-hati dijalan pak." bisiknya.
Mataku masih tercengang melihat lelaki yang sudah dua kali menyelamatkan hidupnya dari keterlambatannya sendiri kini menjadi dosennya.
"Omg. Memegangi kepalanya. Kok jadi dosen aku si, menoleh kesamping." Menghela nafas.
"Re ganteng amat ya." Ucap Gebby terpukau.
"Hallo semuanya kelihatannya hanya mahasiswa/i di kelas terpilih ini yang ada di kelas ini memiliki semangat dalam membuat suatu karya yang baik dan bagus tentunya, bagaimana dengan perkenalan satu-satu atau ada ide agar saya dan kalian menjadi dekat?"
"Panggil dengan nama absen aja pak." seorang mahasiswi cantik di pojokan bangku belakang memberi usul.
"Atau dari barisan depan saja pak." usul seorang anak mahasiswa lelaki di bangku tengah.
Mengecek meja yang ada di hadapannya dan melihat berkas nama-nama mahasiswa/i nya.
"Sepertinya Pak Suwijo memasuki ruangan ini tanpa membawa absensi kalian, baiklah setelah kelas selesai saya akan mengambil nama-nama kalian di ruangan TU. Terlebih dahulu, saya ingin tunjuk satu oranng menjadi asisten saya sekaligus sekretaris dan komisaris di kelas ini. Bagaimana?"
"Setuju Pak."
"Setuju Pak Sutradara."
"iya iya setuju pak."
Tawa seisi ruangan meneriaki Gebby.
"Ye, apaan di lu Geb. Paksu, paksu. Emangnya pak Ahmad suami lu." Nyinyir seorang mahasiswa laki-laki bernama Dion.
"Apaan si lu Dion, paksu itu maksudnya pak sutradara." Ucap Gebby gemas.
"Hiyeee Geb, Geb." Sorak satu ruangan.
Pak Ahmad hanya tertawa. "Hahaha. Sudah-sudah." menenangkan para mahasiswa/inya memberi isyarat dengan tangannya.
"Kelihatannya yang menjadi asisten saya mbak yang disana dan mas yang disana." menunjuk.
"Ha. Ha. Saya pak?" menunjuk diri sendiri bingung.
"Nah mata kuliah hari ini selesai. Diharapkan kedua orang tadi mengikuti saya ke TU. Terimakasih." Keluar dari ruangan.
"Aduh Re, gila lu bisa-bisanya jadi sekretaris sekaligus asistennya bapak itu." Gumamnya dengan histeris.
Mengacak-acak rambut.
"Re." Suara lelaki yang terlihat cool banget di jurusan ini.
"Iya fran." Jawab Rere.
"Ayo buruan Pak Ahmad dah nungguin." Langsung menarik tangannya.
"Iya sabar fran." terburu-buru memasukan buku dan tabletnya di tas.
"Lu dah makan?" Berhenti.
Menabrak dada belakang lelaki itu.
"Aduh. Belom-belom." Merapikan rambutnya.
"Ayo setelah ini makan bareng." Ajaknya.
"Ha, gak usah." Kaget.
"Sudah beberapa waktu lu menghindari gua, ku harap dengan begini lo gak menghindari gua lagi Re."
Diam dan tercengang.
"Aduh mati aku, yang aku malas yan dekat sama Afran lagi. Bisa dicincang fans-fansnya aku abis ini." berbicara dalam hati.
Memasuki ruangan TU. Lelaki itu berdiri mengambil beberapa berkas dan dokumen dan memberinya kepada Afran.
"Ini nama-nama kelas kita?" Ucap pak Ahmad.
Mengecek.
"Sepertinya benar pak."
"Nama-nama disini tidak teratur banyak yang hilang dan masuk. Tolong kamu cek nama-nama yang ada agar ibu ini mengetikkan nama-nama yang lengkap ya. Kalau begitu, kalian bisa pergi. Terimakasih."
"Iya pak sama-sama." Jawab serentak ngeluarin ruangan.
"Ni berkasnya. Nanti gua buat grup kelas kita, bantu sebarin ya."
Melihat berkas nama di tangannya.
"Hei." Menghentikan gadis itu berjalan menabrak tiang dengan telapak tangannya.
"Aduhh, Fran."
Mengisyaratkan dengan gelengan kepala ke kanan dan kebawa.
"Ya ampun makasih ya."
"Bisa gak fokus dan gak ceroboh."
Merapikan rambut ke telinga.
"Bisa kok, bisa. Eh liat ni ternyata yang di diskualifikasi banyak banget ya dari kelas kita." Menunjukkan.
Mengelus kepalanya. "Mangkannya fokus sist. Ayo makan."
"Gua ada janji sama Gebby. Mencoba ngeles."
"Jangan banyak bicara ayo." Menarik tangan Rere.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
mlybaby💋
ak udah baca dan seruu
smngt kakk💟💟
2024-01-10
1