Malam ini hatiku bergetar dengan tulus ungkapannya namun belum bisa kulihat dengan jelasnya usaha sampai didepan mata. Ia menyampaikan rasanya mungkin hati ini akan bergerak lebih.
Hanya akan melihatnya, melihatnya hanya dia dapatkah semuanya takkan pudar lagi? Aku tak yakin dengan diriku sendiri.
Bisakah aku menjadi teman bicaramu nanti sampai hari tuamu tanpa takut wajah ini mengerut tanpa takut kulit ini menghitam, tanpa takut, pandangan mulai kabur dan tak bisa melihat lagi, tanpa takut kau tinggalkan dan hanya terlihat kenangan lalu. Pelukanku semakin erat.
Dapatkah kau buat begitu artian kata yg selalu kau ucap ingin aku merasa wajar tak masalah tanpa adanya status dalam hubungan ini. Cuma ingin kau tau kau ada dan selalu ada padaku melihatku cukup dengan melihatku.
Bisakah ini menjadi cinta terakhir! Aku masih bertanya pada hatiku sendiri.
Dan sekarang kamu berada di tumpukan paling bawah di antara prioritas; tak terlihat tapi paling kupikirkan.
Karena apa? Tak ubah menunjukkan rasaku sudah lebih dari cukup untuk teracuhkan bahkan kata pencarian darimu tak pernah ada sama sekali
Malam itu pelukanku atas kepergiannya kembali, aku tak tau kapan lagi iya kembali, dengan rasa penasaran seperti kedatangannya kembali atau seperti kejutan kala itu. Kenapa si kau menjadi manusia yang sulit ku tebak, "Yo aku akan rindu lagi."
Termenung di taman kampus, memandangi daun-daun berguguran, menatap kearah langit biru. Tempias cahaya berhasil mengusikku. Seseorang dalam gelap cahaya itu datang dan duduk disampingku dengan begitu saja dan aku tak terlalu peduli sampai dia berbicara kepadaku.
"Sudah selesaikan tugas kuliahnya?" Tanyanya santai sambil membawa dua kota kopi dingin dan memberikannya kepadaku.
Aku menoleh, dan menyadari dia pak Ahmad dosenku, yang paling dikagumi di jurusanku.
"Terima Kasih kopinya pak, sudah pak." Sambil memegang beberapa map di pahanya.
"Bagaimana tugasmu?" Tanya Pak Ahmad.
"Ini. Menunjuk beberapa berkas di pangkuannya. Saya sudah mengumpulkan setengah tugas teman-teman Pak." Jawabnya.
"Benarkah! Sepertinya hari ini kau tampak tak begitu bersemangat. Ada apa?" Tanyanya sambil minum kopi kotaknya dan memandangi ke arah langit tanpa batas.
"Haaaaa. Nafas panjang. Saya hanya bingung dengan apa itu rasanya bahagia dan kesepian." Ucap Rere datar tak menghiraukan itu dosen atau teman seolah perbincangan mereka sudah sangat lama.
"Kau harus bisa menafsirkannya terlebih dahulu apa yang kau rasakan." Ucapnya dengan sangat santai.
"Aku terus berfikir tentang pengajaran mata kuliah anda, membahas tentang perasaan yang dirasakan lebih lalu tertulis pada sebuah naskah yang ingin saya kerjakan saat ini." Jawab Rere sambil nenunggu masukkan dari Dosen mudanya tersebut.
"Jadi, apa yang kau rasakan?" Tanyanya sedikit penasaran dan melirik gadis tersebut yang masih memangku berkas-bertas tugasnya.
"Sebaiknya setiap baitnya aku tulis ringkas dalam sebuah kertas dan akan ku buat suatu cerita tentang perpisahan." Ucap Rere sambil menghela nafas dan tersenyum kearah pak Ahmad.
Lelaki itu menoleh ke arah Rere dan menatap ke dalam matanya.
"Kenapa harus menuliskan suatu perpisahan jikalau tak tau ceritamu dan dia akan berakhir seperti apa, kenapa tidak membuat cerita kesedihan dengan ujung kebahagiaan. Karena sesuatu yang membuatmu bahagia akan menarik kebahagiaan baru pula." Ucapnya berdiri dengan senyuman kecil
Dan mengelus rambutku, sebenarnya tidak mengelus tapi mengacak-acak poniku tanpa sengaja.
"Baik pak terimakasih sarannya." Ucapku menatapnya pergi dengan langkah tegap dan santai.
Dia berjalan lurus kedepan tanpa menoleh dan melambai, sosok lelaki itu menghilang dalam lorong.
Pak Ahmad terus berjalan dan menggumam dalam hati, “Kenapa anak-anak muda di zaman sekarang memilih merencanakan perpisahan sedangkan kebahagiaan mungkin saja di depan matanya.” Sambil menggelengkan kepalanya dan tetap berjalan keujung lorong.
Rere masih temenung dan bertanya pada dirinya sendiri.
"Merasa bahagia agar menarik kebahagiaan itu datang kepada diriku? Gumamnya dalam hati. Entahlah, aku hanya menikmati laju angin di taman ini dan menatap Kotak kopi yang di berikan lelaki itu. Tampan si tapi dosenku." Tersenyum sendiri.
Sepertinya sudah sore sebaiknya aku pulang. Melihat tumpukan tugas di pangkuannya. Kayaknya aku kasih sama Afran aja deh biar tugasku lebih ringan sedikit. Mengambilnya dan berdiri.
“Aduh kakiku kesemutan dan sedikit kaku sepertinya aku kebanyakan duduk dan berdiri perlahan.” Terlihat sedikit pincang.
Berjalan perlahan tanpa arah melewati lorong demi lorong. Wah ternyata yang paling kesepian itu aku atau dirinya si? aku susah berpikir dan tak tahu ingin berbuat apa. Akankah aku menjadi manusia paling kesepian? Entahlah entahlah. Langkah kakiku dengan pandangan sempoyongan membuatku hampir menabrak tiang didepanku. Tangan seseorang menghalanginya, dia. dia dan aku terjatuh begitu saja.
Kerumunan mendekati kami dalam keadaan setengah sadar dia menggendongku dan berlari ke ruang kesehatan.
"Lah Re, Rere." Teriak Gebby di tengah kerumunan dan mengutip berkas-berkas gadis itu dan tasnya mengikuti lelaki itu memboyongnya ke ruang kesehatan.
"Bu tolong periksa dia. Menunjuk Rere. Tadi dianya pingsan." Ucapnya pergi melalui pintu.
Berpapasan dengan Gebby yang bergegas memasuki ruang Kesehatan.
"Eh hampir aja. Maaf ya mas. Eh tunggu mas, makasih ya dah gendong temen saya." Ucap Gebby.
"Mba bilang ma temennya klo sakit dirumah aja." Jawab Lelaki berkacamata itu dan pergi.
Ruangan yang paling menenangkan, dimana aku bisa tertidur pulas dengan infus dan tekanan darah rendah sebagai makananku sehari-hari.
Hp Rere berdering.
"Aduh mana ya, eh." Ucap Gebby mencari-cari hpnya di dalam tas.
Terlihat nama Jie memanggil.
"Hallo Re, lama amat jawabnya gua di depan kampus ni. buruan keluar." Suara dari ujung telepon.
"Jie, Jie buruan kesini. Teriak Gebby. Rere pingsan masuk ruang kesehatan." Ucapnya histeris.
"Ahh. Kok bisa? dimana?" Jie berlari mencari ruang kesehatan dan menabrak seseorang.
"Aduh maaf mas gak sengaja. Ruang kesehatan dimana ya." Ucapnya bertanya usai menabrak lelaki berkacamata itu.
Lelaki itu mengibas bajunya dan bahunya.
"Hati-hati kalo jalan mas. Menatap lelaki itu. Eh Cewe lu yang ruangan kesehatan tu. Lu lurus mentok belok kiri." Ucapnya dan pergi.
"Makasih mas, maaf sekali lagi. Eh diakan yang kemaren." Ucap Jie berlari ke ruangan kesehatan.
"Re. Menggoyang-goyang badannya agar terbangun. Lu gimana sih." Tangis Gebby.
"Re. Teriak Jie memasuki ruangan. Dia kenapa? Masih terengah engah." memeriksa infus dan nafasnya di hidung dengan jari.
"Lu kira dia mati." Gebby memukul dengan sebuah map.
"Sttttt... Perawat datang dan menyuruh mereka tidak ribut. Tolong suaranya dijaga." Ucapnya tegas.
"Maaf mba." Jawab serentak.
"Kok bisa si dia pingsan. Tanya Jie pada Gebby. Dan memegangi tangan Rere. Ya Ampun Re lu kenapa si?" Tanyanya dalam hati.
"Gua gak tau tiba-tiba dia pingsan dan di kerumuni banyak orang jadi gua ngumpulin barang-barangnya dan dia diangkat sama cowo kacamata yang tinggi ganteng lagi." Ucap Gebby.
"Ha cowo kacamata?" Tanyanya.
"Iya." Jawab Gebby cepat.
"Apa mungkin cowok yang tadi gua tabrak. Mengingat kejadian tadi. Oh iya dia bilang cewe gua di ruang kesehatan. Yaampun. Menepuk kepalanya sendiri. Dah dua kali Rere diselamatkan sama dia." Gumang dalam hati.
Afran menoleh melihat kerumunan dan menghampiri mereka. "Ada apa?" Tanyanya.
"Anak Jurusan Film pingsan tadi diangkat ke ruang kesehatan." Jawab salah satu mahasiswa.
"Oh siapa?” Tanya heran.
”Lah kamu gak tau, kayaknya gebetan kamu si Rere.” Ucap salah satu perempuan yang lewat.
Tangan Afran langsung memegang lengan perempuan itu dengan kaget.
“Ha Rere, sekarang dia di klinik?” Tanya Afran masih kaget.
”Iya,” perempuan itu mengangguk.
Afran melepas tangannya, “Makasih,terima kasih." Berjalan menuju ruang kesehatandan melihat Jie berlari kocar kacir.
Di balik pintu ruang kesehatan. Afran melihat Gebby dan Jie menunggu Rere siuman.
"Re, kenapa bukan gua yang mengangkat Elu dan kenapa Jie yang menangani tangan lu disitu." Gumang kesal dalam hati.
...
*Sampai dengan kemarin; kita hanyalah salah satu manusia yang bertemu atas dasar kesepian dari kesendirian---*Deinandra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments