Bagaimana bisa aku patah hati berkali-kali dengan orang yang sama dan jatuh cinta berkali-kali tanpa alasan yang sama; pada orang itu juga.
...
Pagi ini begitu indah, peregangan setelah bangun tidur adalah hal yang paling menyenangkan untukku, bahkan untuk semua orang. Kelihatannya aku dan jam tidurku amat bersahabat kali ini, bisa terbangun cepat terkadang aku sangat merasa bersyukur. Bergegas ke kamar mandi, menyikat gigi, mandi, berganti pakaian, sarapan sereal dan berangkat.
Suara klakson motor yang sangat ku kenali terdengar.
"Re, Rere buruan dah jam berapa ini?" Teriak lelaki itu sambil menunjuk ke arah jam tangannya.
Yahh, lelaki itu Jie sebagai alarm setiap pagiku. "Iya, Iya sabar Jie aku datang." Teriaknya sambil menuruni tangga.
"Ayo nanti macet lagi Re. Gua ada tugas banyak dari kemarin." Ucapnya memberitahu dan mengomel.
"Iya iya gua paham Jie. Menaiki motor sahabatnya tersebut. “Eh nanti gua pulang sama Yo aja." ucap gadis itu.
Rem motor mendadak di tarik, Helm Rere menabrak Helm Jie.
"Ha? Yo." Menoleh kebelakang.
Membuat Kepala gadis itu pusing,
“Ha? Yo? Yang orang Bandung itu?” Memperjelas ucapannya dan memastikan yang didengarnya tidak salah.
"Iya." Tersenyum.
Kembali menggas motornya dengan perasaan resah.
"Kapan dia pulang?" Tanyanya datar.
"Dua hari lalu. Entar malam mau ke rumah Papanya. Mau ikut?" Bertanya dengan polosnya.
"Ahh, kagak kagak diundang juga. Ya Udah nanti kabari pulang pergi jam berapa biar gua jemput." Mengingatkan dengan nada kesal.
"Oke. Tapi Yo bakalan jemput gua dan anterin pulang juga." Menjawab dengan santai.
"Oh gitu yaudah. menjawab agak ketus. Yaelah tambah satu saingan gue, gimana kalau Yo bilang suka ma Rere ya. Aduh sadar Jie sadar diri lu ma dia cuma temenan." Bergumam dalam hati.
"Woi fokus liat depan tuh. Entar nabrak gua yang rugi lecet." Ngedumel Rere sembari spontan memukul helm sahabatnya tersebut.
"Siap-siap tuan putri. Saya pegang kendali, kamu akan aman di boncengan, walaupun lecet si brayen yang bakalan lecet." ucapnya meyakinkan dan tersenyum.
"Yaelah. Brayen, Brayen." Pungkasnya nama motor Jie.
Sesampainya di kampus.
"Ni Helmnya lu bawak aja." Menyerahkan.
"Yakin pulangnya sama Yo gak sama gua?" Bertanya memastikan sambil mengikat helm tersebut di jok belakang motornya.
"Yaelah iyalah iya, masa iya boong." Pungkasnya.
"Mana saya tau, mana tau. Haha." Tertawa.
"Yaudah aku cabut dulu. Bye ojek aku." Melambai dan berjalan jauh.
"Yaelah, kena gojek jugakan. Eh mbak belom bayar ojeknya dah maen kabur aja." Teriaknya diatas motor sambil menunjuk.
"Oh ini dia di sahabat terbaik, paling baik sama ceweknya itu." Sinis.
Menoleh. "Lah elu Jes. Menatap. Emangnya napa?" Tanyanya menaikkan satu alisnya.
"Lebih mentingin sahabat dari gebetan." Celetus nya marah.
"Emang iya terus kenapa? gak suka pergi aja!." Menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Jesika.
"Is kan, nyebelin banget. Gua yang ditinggalin." Marah-marah menunjuk.
Di Ruangan
"Hy Geb. Sambil duduk di sampingnya membuka beberapa buku catatannya. Eh kelihatannya di mata kuliah ini bakalan mengambil banyak gambar dari hasil jepretan kita masing-masing 3 foto." Ucapnya.
"Ha? Tau dari mana lu Re?" Tanya Gebby penasaran.
"Tu tadi anak sebelah juga baru dapat tugas dari pak Ahmad." Celetusnya.
"Ha? Mata kuliah ini yang pegang pak Ahmad?" kaget.
"Iya." Fokus dengan beberapa gambar foto.
"Wahhh. Seneng deh jumpa PakSu terus." Bahagia menaruh kedua tangannya di dagu bersandar pada meja.
"Yaelah. Memukul dan membuat satu tangannya goyah. Gitu aja pikiran lu." Celetus senang Rere.
"Kayaknya ada yang bahagia banget ni kemaren jalan bareng." Bertanya dan mengejek.
"Ya ampun, apaan sih." Malu-malu sambil melihat beberapa foto objeck yang diambilnya.
"Eh itu, ngapain Afran di podium." Menunjuk.
"Entahlah." Mengangkat tangan dan bahu.
"Dengerin-dengerin dia ngomong." Pungkas Gebby.
"Hai teman-teman semuanya, jadi di mata kuliah kali ini kita akan membuat gambar potretan terunik, terbagus dan bakalan mendapatkan point sebagai nilai di UTS nanti. Sementara tugas akan saya kumpulkan dengan Rere, jika ada pertanyaan bisa tanyakan sekarang atau ke forum Chat kelas kita. Terimakasih." meninggalkan podium keluar ruangan.
"Ha gua?" Menunjuk diri sendiri.
"Iyala siapa lagi, masa gua." Pungkas Gebby tertawa.
"Bener juga ya guakan asisten pak Ahmad." membereskan barang-barangnya dan menggeleng kepalanya.
"Eh mau kemana lu?" Tanya Gebby.
"Gua duluan ya, mau ngejar Afran." Bergegas berlari.
"Kenapa lu ngejar dia? Sukak loh? dia marah sama elu?" Teriak Gebby.
Sebelum sempat keluar pintu ruangan dan berdiri di bibir pintu. "Iya kayaknya dia salah paham. Gua duluan ya Gebb." Ucapnya terburu-buru.
"Ya yahhh, lu ninggalin gua aja Re, Rere." Teriak sedikit kesal.
Koridor kampus.
Berlari dengan tergesah-gesah. "Fran, Fran." Teriaknya ngos-ngosan.
Berhenti.
"Apaan Re?" Menoleh dengan gaya coolnya melihay gadis itu.
"Sabar-sabar. Menahan dan rukuk memegangi tangan di lutut. Huaaaa." Masih ngos-ngosan.
"Kenapa Re? Lu okey?!" Bertanya datar.
"Lu ngapa si." Memukul dengan buku.
"Gapapa, lu yang kenapa?." Berjalan perlahan.
Rere mengikutinya. "Ya Ampun, lu gak ngabarin gua tugas gara-gara lo marah gua jalan sama orang dan." Ucapannya terhenti di selah oleh Afran.
"Dan aku gak berguna." Berhenti sejenak dan berjalan perlahan.
Tangan Rere menarik tangannya.
"Lu marah?" Tanya Rere.
Semua mata melihat mereka berdua.
Bisik-bisik. "Mereka bertengkar"**
Tangan Afran menarik Rere ke kantin Kampus.
"Lu mau pesen apa?" Tanya Rere lembut.
"Heeeemmmm." Masih ketus.
"Bakso? Mie goreng? Nasi Goreng?" Tanyanya.
Namun laki-laki itu sibuk dengan hp nya.
"Yaudah deh. Gua pergi aja." Beranjak pergi meninggalkan Afran.
Tangan Rere ditahan.
"Apaan sih Fran?" Jawab kesal.
"Duduk. Memerintah kembali ke kursinya. Mbak Es teh manis 2, Bakso mie bihun ya satu." Ucapnya.
"Baik mas segera diantar." Ucap seorang pelayan.
Rere masih menatap lelaki itu. "Yaelah cowo keren beken sekampus bisa juga merajuk." Ejek Rere yang masih kesal.
"Emang hati lu itu terbuat dari apa si Re." Bertanya datar namun ingin jawaban pasti.
"Daging kali." Asal menjawab.
"Gua serius." Memegang tangan Rere.
"Keknya gak mesti kayak gini deh." melepaskan tangannya.
"Aku capek Re." Ucapnya menghela nafas.
"Capek napa. Lu demam? Memegang sontan Dahi dan punggung tangannya Afran. Enggak panas." Jawabnya.
Afran kaget saat Rere memegang dahinya. "Gua bilang capek buka bilang demam." Mengerutkan dahi.
"Maaf. Nggak tau." Manyun.
"Gua capek Re harus mikirin lu terus." Pungkasnya dengan serius menatap.
"Lah, siapa yang suruh mikirin gua." Menatap dan tertawa dan senyuman jahil diujung bibir Rere.
"Kok ketawa. Gua beneran." Pandangan serius.
"Ha. Sedikit kaget. Ngapain!” Mengalihkan pembicaraan.
"Makanan datang." Ucap seorang pelayan meletakkannya di meja.
"Ayo makan." Ucap Afran sembari menutup obrolan barusan.
"Iya. Mengunyah sambil berfikir. Dia beneran suka ma gua ya? masa si?" Rere terus mengunyah.
"Hei. Melambaikan tangan di matanya Rere. Menghayal mulu. Abisin tu nanti dingin." Pungkasnya sambil menatap wajah gadis tersebut.
"Iya-iya bawel. Kok bisa ya, Gimana bisa dia suka ma gua. Ah Ree belum tentu juga." Berbicara sendiri.
"Ayo, dah selesai gua antar pulang." Ucapnya sambil berdiri membayar ke kasir.
"Fran. Keknya ada kesalah pahaman diantara kita." ucap Rere kembali membuka obrolan yang sempat ditutup tadi.
"Salah paham apaan?" Tanya Afran.
"Gua gak bisa Fran." ucap Rere berhenti
"Emang aku minta apa Re?" Tanyanya dan tak menemukan gadis itu di sampingnya dan menoleh kebelakang.
"Jangan minta perasaanku ya, Aku deluan. Temen aku dah jemput. Makasih Afran." Jawabnya pergi dan melambai.
Melambai. "Re, kok susah ya memalingkan arah hatimu kembali ke aku." Gumang dalam hati. “Ga ditolak didepan kasir juga” menghela nafas panjang melihat punggung wanita itu semakin jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments