Sepertinya ada yang hilang dari jiwaku, tata krama dan sapaan selamat pagi sudah lama tak terdengar, jam-jam genting saat aku kehilangan kendali atas diri sendiri.
Keresahan tengah malam yang selalu menggangguku, mimpi buruk yang selalu membayangi malam panjangku.
Seseorang itu yang selalu memeluk erat dari jauh, penghibur lara di dalam keadaan paling jatuh pun selalu ada,
Bercengkrama, tertawa, mengobrol panjang tentang dunia, musik, film dan semua kegiatanku. Lucunya tak ingin melewatkan kesempatan untuk bersama padahal sedang riwet-riwetnya pekerjaan.
Telepon yang tak pernah putus kala pekerjaanmu begitu pula aku. Meeting dan nonton anime/drakor tak menghalangi percakapan.
Kala ini perjalanan panjang menuju rumahku dan aku telah sampai tepat pukul 1 dini hari yah sudah pagi tapi langit masih gelap gulita, tepat didepan pintu gerbang rumahku seseorang itu berdiri dengan kacamata kotaknya bergagang hitam menggunakan kaos dalam abu muda dengan jaket abu tuanya dan celana jeansnya. Langkah kaki itu mendekatiku dengan sepatu kets converse ala gaya anak sekarang. Tangannya lebar terbuka mendekati dan memelukku.
"Hy aku rindu." Peluknya erat.
Yang terbayang dalam otakku dan perasaanku
"Bukannya sudah sering bertemu dan komunikasi tak pernah sekalipun terputus. Aku mebalas pelukkan hangatnya akan kerinduan bersama. Ada apa tanyaku?" Dan menatap wajahnya sambil memegangi wajahnya dengan kedua tanganku.
"Pasti kamu belum makan. Ayo makan sekarang di warung langganan yang di ujung jalan." Melepaskan kedua tanganku yang ada di pipinya dan menggenggam tanganku menuju motornya.
"Eh tunggu dulu, aku taruh barang-barang didalam dulu. Biar gak ribet kan bawa-bawa ini." Menunjukkan banyak berkas dan peralatan shooting.
"Baiklah, jangan lupa pakai jaket. Kalau tak pakai tak apa peluk saja aku sepanjang jalan." Gumamnya dengan tawa.
Aku berjalan membuka pintu dengan senyuman dan menaruh dengan cepat barang-barangku dan mengambil jaketku.
"Ayo. Ucapku sambil naik motornya dan memasukkan tangan ke kantong jaketnya dan memeluknya.
Motor melaju perlahan.
"Dinginkah?" Tangannya masuk ke kantong jaket dan menggandengku didalamnya seolah ingin memiliki kehangatan didalamnya.
"Enggak kok. Eh warungnya ramai." Menunjuk.
Lelaki itu menghentikan motornya dan memarkirkannya.
"Disana saja. Tunjuknya. Sepertinya warung ini memang selalu ramai." Berjalan menggandeng tangan Rere.
"Iya ya. Lalu duduk dan memesan makanan. Kelihatannya nasi goreng spesial aja deh." Ucap Rere.
"Oh yaudah. Mbak nasi goreng spesial dua sama teh jahe pakai madu ya mbak jangan gula satu sama air hangatnya dua." Ucapnya memesan makanan.
"Baik mas." Jawab salah satu pelayan.
Lelaki itu dengan santainya mengeluarkan satu bungkus rokok dari kantung celananya dan menghidupkannya lalu menghisapnya.
"Fyuhhh. Suara hembusan asap rokok yang bertebaran dimana-mana." Lelaki itu menatap Rere yang mengambil bungkus rokoknya.
"Sejak kapan merokok?" Tanya gadis itu datar.
"Dari Smp. Kenapa?" Menaikkan satu alisnya dan menatap gadis itu dan masih menghembuskan asapnya ke samping kirinya.
"Kalau aku coba boleh?" Menatap lelaki itu lalu mengeluarkan satu puntungan rokok tersebut.
"Enggak, jangan. Yah gak boleh!!"Tegas! Lelaki itu merampas bungkus rokoknya dan menyisakan satu di jari Rere yang tak sempat diambilnya karena gadis itu menghindar.
"Oh gitu. Ekspresi datar Rere. Mau berhenti gak?" Sambil mematahkan rokok yang ada di tangannya dan menatap lelaki yang ada di depannya itu.
"Kenapa, gak boleh merokok ya?" Mematikan asap rokoknya lalu membuangnya dan menyimpan sisa yang ada di bungkus rokok tersebut.
"Gak boleh. Gak suka, gak mau kamu sakit. Lagian aku alergi asap." Gumang wanita itu hendak memakan nasi goreng yang baru disajikan di depannya.
"Baiklah, aku gak akan merokok lagi setelah menghabiskan sisa di bungkusan tersebut." Memakan makanannya dengan lahap.
"Baiklah, kuharap kau berjanji." Menatap lelaki itu dengan senyuman sambil mengunyah.
"Dasar anak kecil makan saja belepotan." Membersihkan nasi di samping pipinya dengan tisu.
"Ya Ampun, buat kaget aja." Memegangi dadanya.
"Gitu aja kok kaget si." Lelaki itu tertawa kecil dan menghancurkan poni gadis itu.
"Is is is rusakkan." Memperbaiki poninya.
"Yaudah cepetan habisin makanannya teh jahenya diminum juga biar hangat badannya abis jalan jauh." Menyodorkan gelas berisikan teh jahe tersebut.
"Iya iya ini diminum." Menenggak habis tehnya.
"Hayuk pulang. Menatap wajah gadis itu yang bulat oval dengan senyuman paling manis menurutnya dan menggandeng tangannya menuju parkiran. Masih laper lagi gak?" Tanya lelaki itu.
"Gak ah udah yuk pulang ngantuk." Gumangnya.
"Ngantuk apaan palingan juga bakalan gak tidur." Ucap lelaki itu yang sangat paham siklus gadisnya.
"Hehe. Tapi beneran kok kali ini lelah banget jadi pasti tidur. Memeluk erat lelakinya diatas motor dan menunjuk bulan. Bulannya indah banget." Menunjuk.
"Wah supermoon ya." Menatap ke langit.
Hy introvert, support sistem si penyemangat hari, terkadang jika di isyaratkan tak cukup kata saja. Seseorang yang tak mengerti apa itu arti puisi, lebih suka dibacakan hingga tertidur lelap.
Hei bagaimana kabarmu? terhitung dari seringnya kita berkomunikasi kembali saat kau pulang ke kampung halamanmu. Masihkah kau menghirup asap itu? Terakhir kali aku mengingat engkau berhenti seketika selama sebulan penuh, batuk yang selalu menemanimu dada yang kian menjadi sesak sampai-sampai keluargamu mengira-kira kau terkena penyakit paru-paru saat itu, hahaha.
Klisenya hanya berhenti menghirup racun akibat suruhanku. Jadi bagaimana jalan panjang yang kau katakan sangat membosankan. Kau selalu mengeluh akan banyaknya kegiatanku, yang selalu mengeluh akan jam tidur kacau ku.
Wah, aku sangat rindu akan kata-kata, "Jangan begadang." Kala insomnia melanda, aku menjadi penyakitmu yang membuat jam tidurmu ikut kacau, untungnya jam masuk kantor pukul 10 pagi.
Maaf, mungkin aku sering membuatmu kesal dari aku yang sangat menyebalkan. Manusia manja super merajuk dan kau tetap berada dan ada.
Kadang kala emosiku yang memuncak tak membuatmu menjauh malahan jadi pelampiasan paling sadis. Setelah itu aku meminta maaf dan menangis sejadi-jadi. Tapi pelukmu selalu mendarat pada tubuhku dan membuatku mengerti bahwa aku hanya membutuhkan ruang dan ketenangan bila bersamamu.
Beberapa waktu setelah kepergianmu menuju tempat asalmu membuat jalan komunikasi kita semakin jauh. "Kau dimana Dein, aku rindu. Lihatlah keatas langit, pada malam ini langit begitu menawan dengan supermoonnya. Kau ingat tidak? perjalanan malam kita waktu itu. Hal yang biasa lulang makan malam ditemani bulan sepanjang jalan dengan peluk erat, sandaran dan suara detak jantung yang menyatu kala itu.
Kau tau, aku berdamai dengan tidurku saat ini disetiap malam, agar aku dapat memimpikanmu dan bertemu denganmu walau hanya di kala mimpi. Walaupun belum ada temu kali ini, aku masih menunggumu dan menginginkan suaramu yang menenangkanku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments