“Dia akan baik-baik saja, dia wanita yang kuat. Selain itu kau harus menjaga dirimu bukan. Bagai mana kau bisa membantu menjaganya jika kau saat ini bisa tumbang kapan saja.” Jelas Roy masih dengan mengusap kepala Alice yang ada di dadanya dan sesekali mengusap punggungnya.
“Ya.. Kak.. Aku mengerti.” Ucap gadis itu menjauhkan tubuhnya dan mulai menyeka air matanya.
“Ini..” ucap Jun sambil memberikan tisu kepada Alice. Alice menghapus lelehan di mata dan hidungnya dengan tisu itu.
“Frooot… “ Suara Alice membuang lelehan di hidungnya yang masih tersisa.
“Astaga bocah ini.. ga ada cantik-cantiknya.” Ucap mereka bertiga berbarengan.
“Jaim dikit ngapa.” Ucap Galih.
“Ngapain amat di depan kau aku harus jaim. Lagian meski ingusan aku tetep cantik.. ya kan kak Roy? ”
“Yaa.. kau selalu cantik sedang dalam keadaan apapun.” Ucap Roy sambil tertawa.
“Nah.. dengarkan.” Bela Al.
Mereka semua tertawa, menghilangkan sedikit rasa sedih yang tadi dirasakan mereka semua.
Drrrt drrrtt drrrttt.. Ponsel Alice bergetar, dia melihat nama yang tertera di ponselnya.
‘Om Anwar.. Om Anwar adalah nama Ayah kak Sinta. Ada apa ini? perasaan ku jadi tidak enak.’ Batinnya Al.
Dia berdiri dan berjalan hendak pergi dari ruangan itu.
“Ya Om..”
“Al.. Nak..”
“Iya Om.. nanti Al gantiin om sama tante jaga kak Sinta nanti malam.” Ucap sinta sebelum mendengarkan penjelasan dari Om Anwar.
“Nak..tak perlu datang nanti malam..” Ucapnya terjeda.
Al jadi membeku dan tidak jadi melanjutkan jalan meninggalkan ruangan itu.
‘Apa maksudnya?apa Viki adik laki-laki kak Sinta yang akan menjaganya malam ini?.’ Batinnya.
“Sinta sudah menghembuskan napas terakhirnya tadi pagi Nak. Dia mengalami serangan jantung dan dokter tidak bisa menyelamatkannya. Ma'af om baru bisa mengabari mu saat ini. Ma'af om harus segera pergi. Om harus mengurus semuanya di sini.” Ucapnya dan telepon pun di tutup.
Bagaikan petir di siang bolong, berita yang dia terima saat ini seperti membuatnya bodoh untuk memahami semua yang di ucapkan Om Anwar. Saat otaknya berhasil memproses maksud dari telepon tadi, dia merasa sangat terpukul dan meluruhkan tubuhnya kelantai. Tulang belulang yang selalu kokoh menopang tubuhnya kini seakan berubah menjadi jelly saat ini.
“Al.. ada apa? Siapa yang menelpon? Apa yang terjadi?” Rentetan pertanyaan yang keluar dari bibir Galih.
Tok..tok..tok.. seseorang masuk kedalam ruangan itu.
“Pak Roy.. saya mendapatkan informasi dari pihak rumah sakit.. Bu Sinta Divisi Tim Garuda meninggal dunia..” Ucap laki-laki pembawa berita itu.
Semua orang di sana terkejut dan langsung melihat kearah Alice yang masih luruh di lantai yang lengannya masih di pegangi oleh Galih.
“Itu gak bener kan kak?” Cicit Alice.
“Kak Roy juga tau kan kak Sinta adalah wanita yang kuat.. dia pasti bisa bertahan.. benarkan kak?” Kata gadis itu dan wajahnya mendongak ke atas memandang wajah Roy di depannya yang sedang berdiri tak jauh darinya.
Wajah gadis itu tampak hancur, air mata sudah membanjiri wajah kecilnya, bibir mungilnya meracau tidak jelas menyangkal hal yang terjadi saat ini.
“Al.. kamu tidak boleh begini.. yuk bangun dahulu, tenangkan dirimu. Kita ke rumah sakit temui sinta dan temui kedua orang tuanya.” Ucap Roy, sambil membangunkan tubuh Alice yang tanpa tenaga itu duduk kembali ke kursi.
“Kakak tau kan aku hanya punya dia…” Ucap Al lagi.
“Mengapa aku harus kehilangan orang-orang yang aku sayangi kak..”
“Al sadar.. itu sudah takdir Tuhan .. dan itu merupakan salah satu risiko kerjaan kita.” Jelas Roy dengan pelan untuk menyadarkan Alice. Roy mengusap kepala Alice dengan lembut dan berusaha menenangkannya.
“Kuatkan dirimu ya..” Lanjut Roy.
“Kau kuat Al..” Ucap Juna menimpali.
“Akankah kalian juga nanti akan meninggalkan ku juga kak?” Ratapnya sambil memandangi mereka bertiga.
“Al.. kami akan selalu ada di sini untukmu..” Jawab mereka bertiga kompak.
“Begitukah? Kalian janji tidak akan meninggalkan aku kan?” Pintanya dengan mata memelas. Bergantian memandangi mereka bertiga satu persatu.
“Tidak..” Jawab mereka kompak.
Ini adalah kali ke dua Alice mengalami ke terguncangan yang begitu hebatnya dalam hidupnya. Dia pernah mengalami hal ini juga saat dia masuk duduk di sekolah menengah pertama. Suster yang selalu membantu suster kepala Salsa untuk menjaga dan merawatnya yaitu suster Anita.
Suster Anita meninggal karena penyakit Kanker Rahim yang di deritanya. Saat di ketahui penyakitnya sudah stadium 4 (Akhir), padahal selama ini Alice selalu melihat suster Anita baik-baik saja. Ternyata mungkin selama ini suster Anita selalu menutupi jika dia merasakan nyeri pada tubuhnya atau hanya mengabaikannya dan tetap bersikap kuat dan tidak terjadi apapun.
Hingga pada suatu hari dia di temukan pingsan di dalam kamarnya kemudian di bawa ke rumah sakit terdekat. Mereka melakukan pemeriksaan menyeluruh dan sangat terkejut dengan hasil pemeriksaan yang di dapat. Dokter menyatakan bahwa suter Anita menderita penyakit Kanker Rahim Stadium Akhir dan sudah menyebar, kekandung kemih hingga ke paru-paru.
Meski demikian suster kepala panti dan dokter tetap merencanakan pengobatan dan akan melakukan perawatan- perawatan untuk suster Anita jika setelah keadaan suster Anita yang lebih membaik. Namun ternyata Tuhan berhehendak lain. Suster Anita menghembuskan nafasnya tepat 2 hari dalam perawatan di rumah sakit yang sebelumnya mengalami gagal napas.
Kehilangan kak Sinta mengingatkannya akan kepedihan kepergian suster Anita. Pada saat itu dahulu dia hanya memiliki kepala suster yang menjadi sandarannya. Namun kini dia memiliki 3 orang pelindung yang akan selalu disisinya dan menemani dia melewati semuanya.
Akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit setelah menenangkan Alice yang terguncang saat di kantor.
Saat sampai di depan ruang ICU tubuh Shinta sudah di tutupi rapi dengan kain berwarna putih, wajahnya tampaknya sudah di bersihkan sebelumnya, alat bantu yang sebelumnya di pasang pada tubuhnya kini sudah terlepas semua, dia tampak sangat damai dalam tidurnya. Kedua orang tua Sinta juga berada di sebelah brankar tidurnya.
Al mendekati tubuh kakunya Sinta memandang wajah yang bersih dan damai itu. Dia mencoba untuk kuat mendekati wajahnya ke wajah Sinta kemudian mengusap rambut Sinta sambil bergumam.
“Kakak pasti sudah damaikan tidak merasakan sakit lagi kan? Senyum kakak sangat cantik.. Kakak harus bahagia ya di sana.. Aku akan melakukan yang terbaik dalam hidup ku. Kakak tidak perlu khawatir lagi kepadaku.” Ucapnya di akhiri dengan kecupan pada kedua pipinya Sinta kemudian dia mencoba menahan lelehan air matanya yang segera ingin keluar itu saat dia mengecup lama pada dahi Shinta.
Berat.. itu yang di rasakannya saat ini.. namun bagaimanapun dia tidak boleh membiarkan kak Sintanya melihat dia yang hancur seperti itu. Tidak hanya ke dua orang tua Sinta, Roy, Galih dan Juna juga berada di dalam sana memperhatikan gadis itu. Kemudian gadis itu lari keluar kamar itu dengan tergesa-gesa. Galih ingin menyusul gadis itu namun tangannya di tahan oleh Roy.
“Biarkan dia meluapkan emosinya dahulu. Biarkan dia tenang sendiri.” Ucap Roy.
“Tetapi…” Tolak Galih khawatir.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
siska A
semangat updatenya thor 😆
2021-12-28
1
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
,mampir kak
2021-12-05
1
Nyai💔
semngtttt
2021-11-17
1