‘Aahh.. Sial.. Matilah aku.. Aku pasti akan terjatuh.. Sungguh hari yang benar-benar sial.’ Batin gadis itu, dia memejamkan matanya sambil menggerutu. Tentu saja ini adalah kecerobohannya yang sangat konyol. Bagaimana mungkin dia bisa terjatuh di tangga, sungguh sangat memalukan.
Brugghh..
Ehhhh..
‘Emhh.. Kok tidak sakit ya? Apa aku sudah mati? Tidak mungkinkan?’ Batin gadis itu, dengan perlahan dia sedikit demi sedikit membuka matanya. Di lihatnya seorang pria tampan berada di hadapannya.
Wajah tegas dengan bola mata berwarna cokelat, alis mata hitam lebat membuat kesan mata itu sangat tajam. Belum lagi hidungnya yang mancung serta bibir yang agak tebal. Jangan lupakan juga dengan tambahan sedikit jambang membuat kesan tampan angkuh dan menyeramkan. Gadis itu terpaku pada ketampanan wajah pria itu
yang tampak seperti orang asing yang sangar namun tetap dapat memesona di matanya.
'Astaga malaikat tampan, apakah benar aku sudah mati dengan cepat sampai tidak merasakan sakit sedikitpun? Dan apakah aku salah lihat? Di depanku ada malaikat tampan.' Tanyanya konyol pada dirinya sendiri.
“Bisa Menyingkir?” Kata pria itu ketus.
“Ahhh.. Ohh.. Ma'af..” Gadis itu baru menyadari bahwa posisi dia saat ini berada di atas tubuh pria itu saat terjatuh tadi.
'Astaga aku sempat berpikir aku bertemu malaikat dan mati tanpa rasa sakit, sungguh sangat konyol pikiranku saat ini.' Batinnya.
“Pantas saja tidak sakit..” Ucap gadis itu pelan namun dia yakin laki-laki itu dapat mendengarnya dengan jelas. Laki-laki itu hanya diam tak membalas ucapannya dan hanya memberikannya tatapan dinginnya.
Gadis itu kemudian bergeser dari atas tubuh pria itu dan duduk kesamping memberi ruang kepada lelaki itu, laki-laki itu kemudian berdiri dan hendak meninggalkan gadis itu. Namun belum sempat lelaki itu beranjak melangkah pergi dari sana dia mendengar gadis itu mengaduh.
“Aduhh..” Gadis itu merasakan kakinya nyeri saat akan bergerak untuk berdiri.
’Astaga sungguh cerobohnya, bagaimana aku bisa keluar dari sini dengan cepat dan selamat jika berjalan saja aku kesulitan. Astaga....’ Gadis itu menggerutu dalam hati.
Laki-laki yang tadi akan melangkah pergi tiba-tiba membalikan tubuhnya dan kembali melihat gadis yang terduduk berselonjor di depannya kemudian laki-laki itu berjongkok dan menyibakkan rok gadis itu tanpa aba-aba.
“Hei.. Aaahh.. Apa yang kau lakukan?” Gadis itu kaget dengan tingkahlaku lelaki di depannya ini yang tanpa aba-aba membuka roknya.
“Kau terluka.” Katanya sambil memeriksa kaki gadis itu dengan cermat. Wajahnya yang serius terlihat sangat tampan. Kemudian pria itu menoleh pada wajah gadis sang pemilik kaki itu.
“Emhh.. Ahh.. Yaa.. Sepertinya kakiku terkilir.” Jawab gadis itu sambil meringis karena kedapatan memperhatikan laki-laki itu.
'Astaga memalukan sekali.'
“Akan ku panggilkan Ambulans.” Lelaki itu mengambil ponsel di saku jasnya dan mencoba menghubungi Ambulans.
“Tunggu tidak perlu.” Gadis itu dengan cepat menarik lengan lelaki itu merebut ponselnya dan dengan segera mematikan panggilan darurat yang akan tersambung itu.
“Kau terluka.” Ucap lelaki itu.
"Yaa aku tau.. Aku merasakannya tidak perlu kau ucapkan lagi dan tidak perlu kau ingatkan juga." Jawabnya ketus. Lelaki itu menaikkan sebelah alis matanya sambil memandang gadis itu dengan binggung.
“Emhh.. Ahh.. Maksudku.. Aku memiliki trauma dengan rumah sakit. Jadi jangan bawa aku kesana.” Jawabnya asal.
‘Tidak mungkin kan aku di bawa ke rumah sakit hanya gara-gara kaki terkilir. Bisa-bisa aku akan di tertawai makhluk itu selama berbulan-bulan setiap saat berpapasan dengannya nanti.’ Batin gadis itu ngeri membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.
“Lalu?” Tanya pria itu sambil menaikan alis matanya.
'Astaga,, Tampan sekali.' Batinnya sambil memandangi lelaki itu.
Sebelum sempat menjawabnya dari kejauhan gadis itu bisa mendengar bahwa para pengejarnya sudah akan memeriksa pintu darurat saat ini, tinggal menunggu beberapa saat pasti dia akan tertangkap jika mengingat kondisi dia seperti saat ini itu tentu akan menghambat pergerakannya untuk melarikan diri dengan cepat.
“Emmh bisakah kita pergi meninggalkan tempat ini? Tetapi jangan kerumah sakit kumohon. Aku benar-benar tidak ingin kerumah sakit.” Ucap gadis itu memelas. Laki-laki itu hanya diam dan mengernyitkan dahinya.
“Awh.. Aduh..” Rintih gadis itu berpura-pura mencoba bangkit berdiri.
“Baiklah ikut aku.” Lelaki itu membantu sang gadis berdiri dan membantunya berjalan menaiki beberapa anak tangga.
“Kita akan ke mana? Kau tidak bermaksud akan membawaku naik hingga tangga lantai atas bukan? Benarkan?” Tanya gadis itu.
“Astagaaa.. Serius yang ada kaki ku akan patah dan lepas jika kita terus naik ke lantai atas.” Ucapnya lagi dengan ngeri.
'Ohh tidak, bisa-bisa kita bertemu dengan orang yang mengejarku.. Mati aku..’ Batin gadis itu. Laki-laki itu hanya diam tak menjawab perkataan apapun yang gadis itu lontarkan.
Saat sampai pada pintu tangga lantai 6 dia berhenti dan melepaskan pegangannya pada gadis itu. Kemudian dia mengeluarkan sebuah kartu kunci pintu dan menempelkannya ke alat sensor, alat sensor itu merespon dan meminta sidik jari, laki-laki itu menempelkan ibu jarinya pada alat sensor tersebut dan kemudian alat itu merespon lagi dan meminta sensor iris mata, laki-laki itu mendekatkan wajahnya di sana agar iris matanya terlihat.
Kemudian tidak lama terdengar bunyi “Klik” tanda pintu sudah tidak terkunci lagi.
'Astaga ternyata buka pintu darurat saja seribet itu, pantas saja aku tidak bisa membukanya dari tadi. Aku harus lebih rajin belajar dengan makhluk itu sepertinya.' Batin gadis itu.
Laki-laki itu masih terdiam di sana tidak membukakan pintu dan hanya diam mengerutkan dahinya di depan pintu itu. Padahal jelas-jelas pintu itu sudah tidak terkunci lagi.
Blamm... Terdengar suara pintu tertutup dari kejauhan.
"Di sini tidak ada!!" Suara itu terdengar dari jauh oleh gadis itu.
“Di sini tidak ada!!! Cepat cari di setiap lantai lain!!! Cepat temukan gadis itu di setiap lorong!!! Bagaimanapun caranya kalian harus menemukannya!” Gadis itu mendengar samar suara berisik dan langkah kaki yang dia yakini dari lantai 15 yang iya lewati tadi.
Beberapa orang lari turun kebawah kemudian keluar menuju pintu lantai 14 untuk menyusuri di lorong itu. Sisanya lari turun untuk menyusuri setiap pintu keluar tangga darurat ini dan menuju lorong-lorong itu untuk menyisir area agar segera menemukan gadis itu. Ada juga yang mencoba naik keatas menyusuri setiap tangga darurat. Ini adalah gedung dengan 20 lantai tentu saja memerlukan waktu untuk menyusuri setiap lorong dan sudut-sudut bangunan ini.
‘Astaga mereka mulai mencari di setiap pintu keluar tangga darurat, dan mengapa laki-laki ini malah bengong di sini.’ Batin gadis itu.
“Ahhh..” Rintihan gadis itu pelan namun dapat mebuat laki-laki itu tersadar dari lamunannya dan mulai memegang handle pintu di depannya dan segera membukakannya untuk gadis itu.
Gadis itu di bantu untuk berjalan masuk, kemudian laki-laki itu menutup pintu. Terdengar “Klik” pelan tanda pintu sudah terkunci kembali. Laki-laki itu menuntun gadis itu menyusuri koridor yang gelap minim akan pencahayaan.
‘Apa ini rumah hantu?'
'Di sini sangat gelap.' Batin gadis itu lagi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Dianita Indra
lanjut
2022-03-12
0
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
bagus bagus crita nya
2022-02-22
1
💫✰✭ᵀᵀ°𝓔𝓵𝓪 𝓐𝓻𓅓 𝓝𝓛✰✭🌹
tegang bacanya
2022-01-10
1