-Alice PoV-
“Silakan titipkan saja di sini mbak nanti akan kami sampaikan.” Jawab Putri sang recepsionist.
“Ma'af mbak Putri saya di titipkan pesan untuk memberikannya langsung, jika tidak nanti saya akan mendapatkan masalah dari Bu Zeline.” Bujukku memelas.
“Tetapi ma'af Mbak, gak sembarang orang bisa masuk ke dalam gedung ini.” Jawab Putri lagi.
“Saya hanya akan mengirimkan ini Mbak. Mbak Putri taukan bagaimana sifat Bu Zeline.” Aku memaksa secara lembut.
Aku mengetahui Zeline dan Johan memiliki hubungan serta sifat zeline melalui informasi yang di dapatkan Galih. Informasinya Zeline akan memberikan buket bunga untuk kekasihnya itu di salah satu toko bunga langganan wanita itu, dan menyuruhnya mengirimkannya ke kantor kekasihnya yaitu Johan. Namun pagi-pagi tadi salah satu Tim galih datang ke toko tersebut dan mengambil paket itu dengan alasan bahwa kekasih bosnya itu akan berangkat ke luar kota siang itu, sehingga dia akan mengambil paketnya saat itu juga agar kejutannya tidak berantakan. Dan staf toko bunga itu percaya, karena dia memperlihatkan tanda bukti pembelian. Dan sebuah kebetulan yang sangat menguntungkan bagi mereka karena sifat Zeline itu sangat di takuti di dalam kantor kekasihnya itu.
“Emhhh..” Putri tampak ragu-ragu dan meminta saran kepada teman di sebelahnya melalui tatapannya.
“Yaudah kasih aja kartu masuk tamu. Kita nanti bisa dapat masalah jika Bu Zeline datang kesini langsung.” Bisik rekan kerja Putri yang nampaknya dia sangat tahu betul sifat dari Bu Zeline ini.
“Emhh.. Gini deh Mbak Ara.. Aku kasih kartu tamu untuk pass ke ruang atas Pak Johan,, Tetapi kalau bisa jangan lama-lama ya. Saya takut nanti ketahuan oleh staf lain.” Pintanya ragu-ragu sambil menyodorkan kartu pas di depan mejanya.
“Oh. Iya Mbak pasti.. saya akan langsung keluar setelah memberikan Paketnya.” Jawab ku cepat sambil mengambil kartu yang tadi dia serahkan di atas meja.
“Terima kasih Mbak.” Kataku dan memberikan senyum termanisku dan berlalu melewati para penjaga dan masuk ke dalam lift.
Lantai 15 adalah ruang CEO, sedangkan aku menuju lantai 8 yang merupakan lantai ruang penyiaran berita elektronik maupun surat kabar. Aku melewati beberapa staf yang berlalu lalang untuk menyiapkan berita siang ini ruang penyiaran dan aku melewati ruangan itu dan menuju toilet di sana.
Setelah masuk, aku memastikan situasi di sana aman tidak ada penghuni lain di dalam setiap bilik kamar mandi.
Aku menuju bilik paling pojok ruangan. Aku masuk dan mengunci bilik itu dan mengeluarkan mp3 yang sebelumnya aku membuat rekaman B*B dan mem’play’nya agar terkesan aku sedang buang Air di sana dengan durasi yang sudah di sesuaikan. Setelah memastikan semua aman aku mengeluarkan ponsel yang sudah di modifikasi dan memasangkan chip dan alat yang di buat oleh Galih.
Aku memproses dan menunggu loginnya dan memasukan passwordnya. Semuanya terkoneksi dengan baik. Tinggal menunggu prosesnya selesai 100% saat ini masih mengunduh 50%. Tak berapa lama aku mendengar ada yang masuk ke dalam bilik toilet di samping ku. Lalu tak berapa lama dia keluar dan mencuci tangannya.
Untunglah aku menyalakan rekaman ku sebelumnya sehingga dia tidak mencurigai apapun, dan orang itu pun pergi meninggalkan toilet tanpa ada rasa curiga.
Sudah 100% pengunduhannya selesai. Aku memasukan dan merapihkan semuanya agar tidak tertinggal dan dapat diketahui dalam sensor pengecekan nanti. Lalu aku keluar dan menuju lift lantai atas untuk melakukan tugas selanjutnya.
“Permisi saya Ara, di tugaskan oleh bu Zeline untuk menggantarkan ini ke Pak Johan.” Kataku kepada sekretaris yang duduk di depan pintu ruang Ceo.
“Ohh mengapa kau yang kesini? Biasanya bisa di ambil oleh saya.” Jawab sekretaris itu ketus.
“Ini permintaan Bu Zeline.” Jawabku cepat.
“Tunggu sebentar.” Katanya dengan cepat aku tau dia tidak ingin menambah kerjaan berargumen dengan ku jika mengenai Bu Zeline. Sepertinya benar-benar menakutkan si Zeline ini.
Tok Tok Tok
“Masuk..” Jawab dari dalam ruangan.
“Pak ada pengiriman paket dari bu Zeline.” Ucap sekretaris itu.
“Baiklah. Mana?” Tanyanya dengan bingung karena sang sekretarisnya itu tidak membawa apapun di tangannya.
“Ahh itu Bu Zeline ingin si kurir yang mengantarkannya langsung pada anda.” Jawab sang sekretaris.
“Ohh.. suruh dia masuk.” Jawabnya.
Sang sekretaris keluar menghampiri ku, dia membukakan pintu untuk ku dan berkata.
“Silakan masuk, anda sudah di tunggu.” Ucapnya.
Aku jalan masuk melewatinya dan memberikan senyum ku. Lalu dia menutup pintunya tepat setelah aku masuk di dalam ruangan.
“Siang pak Johan, saya di sini di tugaskan Bu Zeline untuk mengantarkan paket buket bunga ini untuk Bapak.” Ucapku.
Dia terlihat terpaku melihat ku, kemudian bibirnya sebelah naik ke atas menampilkan senyum liciknya.
“Ahh seperti itu, lalu namamu siapa?” Tanyanya sambil berdiri dan mencoba mendekati ku yang berada di sebrang meja kerjanya.
“Saya Ara Pak.” Jawabku.
“Dan siapanya Zeline?” Tanyanya memastikan.
“Saya yang merangkai bunga ini Pak. Permintaan dari Bu Zeline agar langsung di kirimkan ke bapak tanpa pelantara lain.” Jawabku sopan.
‘Astaga apakah dia curiga?’ Batin ku takut ketahuan.
“Ahhh seperti itu kah?” Tanyanya lagi.
“Iya Pak, biasanya ada karyawan saya yang lain yang suka mengirimkannya, namun hari ini dia berhalangan jadi saya yang menggantikannya mengirim paket buket bunganya untuk Bapak.” Jawabku santai, yang sesungguhnya aku takut akan kelanjutannya.
“Kau sangat cantik.” Katanya sambil memperhatikan ku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
‘Astaga, dasar hidung belang.’ Kataku dalam hati.
“Terima kasih.” Jawab ku tak ingin basa basi. Dia bangkit dari kursinya dan mencoba mendekat padaku.
“Ara,, kau merangkai bunga ini.. ini sangat indah.” Katanya menyentuh buket bunga yang ku pegang dengan tangan kirinya dan dengan sengaja dia menggenggam tangan ku itu.
“Bolehkah aku menghubungi mu jika saja aku membutuhkan servis rangkaian buket jika sewaktu-waktu membutuhkannya? kau tau kan namun terkadang suka di luar jam kerja. Apa kah kau keberatan dengan itu?” Lanjutnya kepadaku. Dan aku tau apa maksud perkataannya itu.
‘Ahhh.. ternyata cukup mudah untuk mendekatinya.’ Batin ku.
“Ya tentu saja.. Aku akan sangat senang jika bisa membantu anda Pak Johan.” Jawabku sambil tersenyum manis.
Dia memberikan ku kartu namanya dengan tangan kanannya dan tanpa melepaskan genggaman tangan kirinya tetap menggenggam tangan kiri ku yang sedang memegang buket bunga, dan aku menyerahkan kartu nama ku juga dengan tangan kanan ku yang bebas. Tentu saja kartu nama ku atas nama Ara pemilik toko bunga. Setelah itu dia mengambil buket bunga dari tangan kiri ku dan menaruh buket itu di atas meja kerjanya.
“Ahh..” Aku pura-pura kehilangan keseimbangan dan menjatuhkan diriku pada dada bidangnya, yang menyebabkan dia terdorong bersandar duduk pada ujung meja kerjanya.
“Ahh.. Maafkan aku.. Sepertinya kaki ku lelah..” Ucapku masih menempel pada tubuhnya dan enggan untuk beranjak.
“Tak apa.. Ara.. Bau mu sangat harum Ara..” Katanya di samping telinga ku yang membuatku menggigil jijik.
“Benarkah?” Tanya ku bodoh.
“Padahal aku tidak menggunakan parfum loh.” Jawabku asal.
Tak berapa lama aku mencoba menjauhi tubuhnya dan berdiri di depannya lagi dan mencoba sedikit mundur. Namun dia mencoba bangkit berdiri dari duduknya dan mencoba mendekati ku dan menggenggam kedua tangan ku dengan kedua tangannya, dia berusaha lebih mendekat dengan cara menarik kedua tangan ku menuju tubuhnya. Namun…
Tok.. Tok..
“Ma'af Pak.. Rapat internal akan di mulai 5 menit lagi. Pak Handoko juga sudah tiba di ruangan.” Jawab sekretarisnya.
“Ya.. Baiklah.” Jawabnya cepat. Sepertinya dia sedikit kesal karena tidak bisa melakukan apapun. Dan aku beruntung karena hal itu.
“Sepertinya kau sibuk. Aku permisi dahulu Pak.” Kataku padanya agar bisa cepat keluar dari sini.
“Jangan panggil ‘Pak’ Ara.. Panggil saja Johan.” Katanya padaku.
“Baiklah.. aku pergi dahulu Johan.” Pamit ku kepadanya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂
tetap semangat
2021-09-30
1