-Author PoV-
“Tunggu, apa yang terjadi? kau berani terang-terangan padanya? Kalian jadian?” Tanya Juna penasaran.
“Tidak, aku hanya bilang padanya perasaan ku dan menyuruhnya memperhatikan ku.” Jawab Galih.
“Apa??? Dan lagi kau bilang ‘hati-hati’? Kau pikir ini di mana..Astaga.. Apa apaan itu.. kau sungguh membuatku ingin muntah Gal.” Tawa Juna dengan terbahak-bahak hingga sampai di ruang meeting tertawanyapun masih belum mereda.
“Kau jadi seperti anak ABG yang lagi kasmaran saja.” Keluhnya Juna di sela tertawanya.
“Aku masih cocok kok, aku kan tidak setua dirimu Om Jun.” Kesal Galih dan mengejeknya.
“Astaga bocah ini, malah bahas umur, sini ku pukul dahulu kepalamu agar kau sadar.” Juna hendak memukul Galih saat Roy masuk keruangan.
“Ada apa ini, sepertinya ada kabar bahagia.” Ucap Roy.
“Bahagia gundulmu, Juna mau memukul kepalaku kau bilang bahagia.” Ucap Galih kesal.
“Hahahaha aku juga jadi ingin ikutan memukulmu Gal.” Ucap Roy dan dia juga mengejar Galih bersamaan dengan Juna yang tidak mau melepaskan Galih kali ini.
“Ahhh hentikan kalian,, dasar para tetua yang sok muda, sana menyingkir.” Ucap Galih saat Juna dan Roy mengosok-gosokan kepalan tangannya ke kepala Galih.
“Wahh, Jun sepertinya dia masih belum menyadarkan dirinya.” Ucap Roy dan Jun yang sedang siap-siap memukul kepala Galih lagi.
“Wahh ramainya.” Ucap Alice yang baru saja tiba di ruangan.
“Hai Al. gimana keadaan kamu?” Ucap Roy pada Alice.
“Baik kak Roy.” Balas gadis itu.
“Lagi main game apa?” Tanya gadis itu.
“Ini si bocah biar sadar.” Ucap Jun asal.
“Enak aja, emang aku kerasukan.” Ucap Galih Kesal.
“Sudah-sudah semuanya sudah berkumpul sekarang waktunya meeting.” Ucap Roy, mengingatkan kembali tujuan utamanya.
“Bagaimana Al. Jun. Gal apa yang kalian dapatkan.” Ucap Roy.
“Aku sudah bisa menerobos keamanan dalam penyiaran maupun surat kabarnya, jadi saat kita sudah memiliki bukti lengkap dan jelas, aku bisa mengirimkannya secara live kepada masyarakat dan beritanyapun akan tercetak dalam media Koran maupun media elektronik.” Ucap Galih.
“Bagus, kau memang selalu bisa ku andalkan.” Puji Roy pada Galih.
“Lalu Jun?” Tanya Roy pada Juna.
“Keamanan yang nanti di dalam pelayaran kapal pesiar itu sudah aku susupkan orang-orang kita dan para pelayannya juga, sehingga Al nanti tidak akan dalam keadaan bahaya. Dan semua bisa dalam kendali kita.” Ucap Jun.
“Kau memang hebat Brother.” Ucap Roy memuji Juna.
“Alice…” Ucap Roy.
“Aku sudah mendapatkan pesan dari target, aku akan bergerak nanti malam, selain membuatnya percaya pada ku aku akan menggambil pass cardnya juga.” Ucap Alice.
“Oke.. karena kau langsung berhubungan dengan target aku minta kau harus lebih berhati-hati, keamanan mu paling utama. Ini untuk mu.” Roy memberikan Alice sebuah senjata, berupa pistol lipstick berisi 1 peluru berukuran 4,1 mili dan kancing kamera/ Ajax Model 21 dan tombol rana untuk mengambil gambar. Pakaian gaun yang di lengkapi mikrofon kecil yang di tanam dalam peniti dan kamera, gelang kamera dan microfon, serta kalung yang sudah di beri pelacak, sepatu high heels dengan pelacak dan perekam suara, wadah bedak berisi pesan /informasi bersandi rahasia. Semua alat itu di masukan dalam sebuah kotak penyimpanan barang.
“Ini benda-benda yang kau butuhkan. Pakai sesuai kebutuhanmu agar tidak terlalu mencolok jika digunakan terus-menerus, jadi kau bisa berganti ganti nanti.” Ucap Roy.
“Dan ini pistol Desert Eagle Mark XIX. Ini pistol yang paling mematikan karena peluru terbesar dan paling mematikan degan laras 6 dan 10 inci serta magasin tujuh peluru, ini tidak akan membuat mu kewalahan meski dengan daya tembaknya yang besar. Ingat ini hanya untuk darurat. Meski kita telah meminimalisir kekacawan namun tetap keamananmu adalah yang utama. Ingat itu Alice Anatasya.” Kata Roy tegas.
“Siap Pak.” Ucap Al tegas.
“Ya sudah kalian bisa bubar.” Ucap Roy.
Alice membawa barang-barang yang di berikan Roy dan akan menyimpannya di dalam ruang kerjanya. Alice hanya mengambil sebuah gelang cantik kecil yang berbatu permata, meskipun terlihat indah dan antik, gelang ini juga di lengkapi microfon serta kamera mini.
Saat Alice akan keluar alice berpapasan dengan Galih.
“Mau ke mana?” Tanya Galih.
“Mau siap-siap aku harus pergi makan malam dengan target.” Ucap gadis itu.
“Kuantar.” Ucap Galih.
“Tak perlu, aku khawatir nanti malah dia curiga.” Ucap Alice menolak.
“Aku hanya mengantarmu ke toko lagian mobilmu juga masih di rumah sakit kan?” Ucap Galih memaksa.
“Baiklah.” Balas Alice.
Galih mengantar Alice menuju toko bunganya, namun di perjalanan Alice meminta Galih menuju ke sebuah toko dahulu. Galih memberhentikan mobilnya di parkiran sebuah toko butik.
“Apa yang mau kau lakukan?” Ucap Galih.
“Aku akan membeli dahulu sebuah gaun untuk makan malam nanti.” Ucap Alice sambil pergi keluar dari mobil. Galih mengikuti Al keluar dari mobilnya dan masuk ke toko itu. Alice mencari dan mencocokan model dan bahannya kemudian mempaskannya di depan tubuhnya sambil melihat kearah cermin.
Al masuk keruang pas dan mencobanya. Al keluar dengan sebuah dress berwarna hitam sexy, berlengan setengah hingga siku, namun memperlihatkan bahu, punggung dan dada bagian atasnya terlihat dan panjang dressnya setengah pahanya sehingga memperlihatkan kulit mulusnya yang berwarna putih itu sangat kontras dengan dress hitam yang dia pakai.
Galih terpaku sesaat saat melihat Alice menggunakan dress itu.
“Al bisa cari gaun yang lain?” Keluhnya setelah dia tersadar.
“Mengapa? Jelekkah?” Tanya Alice bingung.
“Jangan yang itu, itu terlalu terbuka, aku tidak suka lelaki lain melihanya.” Ucap Galih kesal.
“Tetapi target kita adalah pria mata keranjang, jika aku memakai dress sopan, aku tak yakin bisa mendekatinya.” Ucap Alice beralasan.
“Mengapa dalam hal ini kau selalu pintar Alice, sedangkan dalam hal lain kau benar-benar tak tertolong.”Ucap Galih kesal dan diam memperhatikan gadis itu.
“Baiklah, itu tandanya kau setuju aku mengambil ini.” Ucap Alice kembeli ke kamar pas dan mengganti pakaiannya. Alice keluar dengan memegang baju yang dia cocokan tadi dan pergi ke depan kasir.
“Yang ini.” Ucapnya dan menyerahkan dress hitam itu. Dan dia melihat clutch panjang berwarna hitam dengan permata berwarna putih dan silver di depannya yang di pajang di depan etalase kasir. “Dan yang ini.” Ucapnya. “Dan yang ini.” Lanjutnya sambil menunjuk high heels tinggi 15cm model peep toe dengan triple strap shoot berwarna silver.
“Pakai Ini.” Ucap Galih yang tiba-tiba di sampingnya menyerahkan kartunya ke kasir. Al hanya diam saja.
“Silakan Terima kasih.” Ucap kasir menyerahkan kartu dan papper bag ke Galih.
Al dan Galih berjalan beriringan menuju parkiran mobil dan Galih membukakan pintu mobil untuk Al. Dan dia segera masuk ke bagian pengemudi dan meletakan belanjaan Al di kursi belakang. Mobil merekapun membelah jalanan di sore hari itu.
“Mobil mu akan tiba sebentar lagi. Aku langsung jalan ya. Aku akan kesal jika melihat kau berdandan untuk pria lain.” Ucapnya kesal dan memberikan paper bag belanjaan itu ke Alice dan segera pergi dari sana sesaat baru saja tiba di depan toko rumah Alice.
“Manusia Aneh.” Ucap Alice santai dan menuju ke atas rumahnya dan segera mandi dan mempersiapkan dirinya.
Kini jam menunjukkan 18.40 dia sudah siap dengan dress, high heels dan clutch di tangannya tak lupa dengan aksesoris gelang yang di berikan Roy dan kalungnya yang simpel namun tetap indah menghiasi leher putih jenjangnya. Dia juga merapihkan rambunya dengan menggerainya dan membuatnya sedikit bergelombang dan dengan makeup tipis namun tetap membuatnya sangat cantik.
Dia berjalan keluar rumahnya dengan anggun dan dia melihat mobilnya sudah terparkir di sana dengan kunci mobil tergantung di dalamnya. Kemudian dia segera masuk dan pergi dari sana untuk bertemu dengan targetnya di tempat pertemuan.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Asri Angsela Melivina Potabuga
kasian galih
2022-07-22
0
Li Permana
Lanjut!
2021-10-30
1
Norma Yunita
aku mampir lagi kak... 10 like mendarat.. nanti aku datang lagi.
aku masukin favorit juga😊😊🌹🌹🌹
2021-09-28
1