Saat sepasang suami istri itu telah menemui anaknya di dalam ruang ICU mereka kembali ke ruang tunggu dan melihat gadis itu masih di sana bersama seorang lelaki di sampingnya.
“Belum pulang Nak Al? Tanya sang suami, sang istri hanya diam menunduk menghapus berkali-kali air matanya yang mengalir.
“Sudah makan?” Tanyanya lagi. Al hanya terdiam.
“Sana makan temani tantemu, dia juga belum makan sedangkan ini sudah malam. Biar om yang berjaga di sini.” Lanjutnya.
“Aku tidak lapar Pah..” Ucap sang istri.
“Sana temani Nak Al, kasian dia juga pasti belum makan Bu.” Bujuk sang suami. Akhirnya sang istri mau beranjak pergi dari sana dengan Al untuk makan malam di kantin rumah sakit.
“Kamu gak ikut?” Tanyanya pada laki-laki yang bersama Al tadi. Laki-laki itu tidak mengikuti Al pergi ke kantin bawah.
“Tidak Pak. Saya sudah makan. Al yang belum makan dari siang. Padahal sudah saya bujuk terus dari tadi.” Ucap laki-laki itu yang tak lain adalah Galih.
“Dia memang gadis keras kepala, namun hatinya sangat lembut. Dia terlalu menyayangi kak Sintanya. Padahal dia bukan saudara sedarah tetapi dia saling sayang menyayangi melebihi keluarga yang sedarah.” Paparnya bercerita.
“Ya.. gadis itu memang keras kepala.”
“Lalu apa hubunganmu dengan gadis keras kepala itu?” Tanya pria tua itu penasaran.
“Ahh.. Saya rekan kerjanya Al.. sama juga seperti Sinta namun berbeda divisi.” Jelasnya.
“Sepertinya kamu mengganggap Nak Al tidak hanya sekadar rekan kerja.” Ucapnya menggoda laki-laki muda itu.
“Ahh..emhh..apakah sejelas itu Pak?” Tanyanya malu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Ya.. kamu mau mengantar dia menemui kami, kemudian mengantarkan kami sampai Rs. Belum lagi kamu selalu menemaninya dari tadi di sini kan? Dan kamu selalu memberikan tatapan khawatir sekaligus memuja kepadanya.” Paparnya.
“Apa yang kalian bicarakan?” Tanya gadis itu setelah tiba di sana.
“Ahh tidak ada.. cepat sekali kalian tiba.” Kata Galih gugup.
“Tante membukus makannya dan katanya ingin makan bersama sama om di ruang tunggu saja, lagi pula om juga belum makan, nanti terlalu larut malam.” Ucap gadis itu.
“Baiklah mari makan.” Ucap tante meski dengan wajah tak bersemangat.
“Nak Al, sebaiknya kamu pulang saja. Di perjalanan biarkan laki-laki ini membelikan sesuatu untuk kalian makan. Bukan kah besok kamu juga masih harus bekerja? Istirahatlah segera.” Pinta sang Om.
“Tetapi.. Om..”
“Benar kata Om, Al pulanglah, biar Tante dan Om yang menjaganya malam ini.” Ucap tante membenarkan ucapan suaminya.
“Tetapi makanannya..”
“Om sedang kelaparan.. Om akan memakan keduanya. Sana kalian cepat pergi cari makan.” Usir sang Om.
“Baiklah.. Al pamit pulang Om Tante. Besok malam Al kesini menjaga kak Sinta.” Ujar Al.
“Pak Bu.. saja pamit juga.” Ucap Galih berpamitan kepada mereka juga.
“Kita langsung pulang ke toko saja. Aku tidak nafsu makan.” Ucap gadis itu saat mobil sudah berjalan membelah jalanan.
“Tak bisa. Aku di tugaskan ayahnya sinta untuk memberikan makan untukmu. Nanti yang ada aku akan di omelinya.” Uacapnya membantah Al.
“Baiklah terserah kau saja.” Ucap Al malas berdebat.
Galih memilih tempat makan cepat saji untuk makan malam mereka yang jaraknya tak jauh dari toko bunga milik Al atau Ara yang lebih di kenal di sana oleh bayak orang.
“Makanan mu belepotan seperti anak kecil.” Ucap Galih sambil menghapus lelehan cheese dan sause pada pinggir bibir Al menggunakan ibu jarinya.
“Aku bisa sendiri.” Ucapnya menghempaskan jari tangan Galih dan langsung mengambil tisu dan mengelap bibirnya.
“Gadis keras kepala. Kau kan tak bisa melihat di mana posisinya. Jadi aku berinisiatif membantumu.”
“Tak perlu. Terima kasih.” Ucapnya ketus.
“Astaga ada apa dengan dirimu.” Keluhnya. Padahal jika dalam misi anak ini sangat menjiwai perannya. Dalam kehidupan aslinya dia sangat dingin dan kaku melebihi kanebo kering. Galih menggeleng-gelengkan kepalanya dalam diam.
“Kau tak perlu mengantar. Aku bisa jalan kaki sendiri, lagi pula ini sangat dekat. Kau pulanglah juga.” Ucap gadis itu saat mereka selesai makan malam.
“Kejam sekali dirimu. Habis manis sepah di buang.” Keluhnya.
“Sepah masih ada manis-manisnya. Kau gak ada manis-manisnya mending di buang saja.” Balas gadis itu sambil berlalu meninggalkan lekaki itu.
“Pedasnya Neng. Gk bisa di kurangin apa cabenya? Lagi mahal loh cabai.” Balasnya sambil tetap mengikuti gadis itu.
“Kayak tau aja.”
“Taulah. Kan aku liat data penjulan juga loh.. bukan hanya tugas negara.” Bangganya.
“Hmmm”
“Yahh balik lagi mode getarnya. Mending gak apa-apa deh mode pedas aja, masih bisa di denger soalnya. Kalau udah mode getar suka gak ketauan kalau ternyata masih di dengerin.”
“Au ahh.. bawel.. sana pulang.. ngapain ngikutin deh.”
“Siapa yang ngikutin. Lagi mencerna makanan ini. kalau di bawa duduk nanti perutku buncit.”
Gadis itu hanya memutarkan bola matanya jengah.
“Yahh malah mode silent. Hati-hati nanti matanya gak balik ke posisi loh.” Godanya lagi.
“Ihh bawel sih.. sana balik.” Jawabnya ketus setelah sampai di depan toko bunganya.
“Iya ni balik. Aku tau kamu lagi khawatir, dan banyak banget yang kamu fikirin di otak kecil mu ini, tetapi ingat tetep harus wajib istirahat. Tidur yang benar malam ini, besok kita mulai melakukan pergerakan untuk menyukseskan rencana minggu depan.” Ucapnya sambil menunjuk ke kening sang gadis dan kemudian mengusap kepalanya penuh dengan perhatian dan kasih sayang.
“Ya.” Ucapnya sambil meninggalkan Galih dan masuk ke dalam toko.
‘Kuharap aku bisa menemanimu di sisi mu saat kau sedang mengalami ke kalutan ini. Tetapi apa daya, aku hanya bisa bersikap sebagai seorang teman dan rekan mu saja.’ Batin Galih.
***
“Kau sudah datang?” Tanya Galih saat wanita itu datang ke kantor pagi ini.
“Sepertinya kau tidak menuruti nasehatku. Kantung matamu terlihat agak hitam, kau pasti terjaga semalaman kan?” Lanjutnya lagi.
“Jangan mengganggu. Aku sedang tidak mood.” Jawab Al.
“Pagi Al Gal.. wajah mu mengapa jelek sekali.. apa yang terjadi?” Kata Juna pasti di tunjukan kepada Alice.
“Tidak ada kak Jun.. hanya kurang tidur saja.” Balas Al.
“Ohh.. baiklah. Nah aku punya minuman energy, siapa tau bisa membantumu sedikit bisa bersemangat.” Ucapnya sambil menyodorkan sebotol minuman energy.
“Thanks .. kak..” Ucap Al.
“Udah kumpul semua.” Kata Roy yang baru saja tiba.
“Jadi bagai mana Al Gal Jun?” Tanyanya.
“Al berhasil menginstal virus yang aku ciptakan, kita sudah bisa membuka data-data yang mereka miliki dan membantu menemukan bukti untuk penyelidikan kita. Dia juga berhasil mendapatkan perhatian dari target.” Jelas Galih.
“Oh bagus itu. Lalu ada apa dengan wajahmu Al apakah karena Sinta?” Tebak Roy.
“Aku hanya kepikiran kak Sinta.. entah mengapa perasaan ku tidak enak sejak semalam, aku juga jadi tidak bisa tidur semalaman.” Jelas gadis itu.
“Astaga bocah ini..” Roy melangkah mendekat ke tempat duduk Alice, dia memeluk gadis itu dan tangannya mengusap lembut rambut gadis itu. Wajah Alice tenggelam di dalam dada bidang Roy. Tak lama bahu gadis itu tampak bergetar, gadis itu menangis dalam diam..
‘Andai aku bisa berada di posisi Roy saat ini.’ Batin Galih dalam tatapannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Yasmine Latifah
like boom mendarat dari "ACP"👌🏻👌🏻
2021-11-06
2
🐞 Dian
mampir nih, salam dari My Perfect Wife
2021-07-12
3
abjdefghij
mampir
2021-07-12
3