‘Apa ini rumah hantu?’
'Di sini sangat gelap.' Batin gadis itu.
Perlahan-lahan mereka menyusuri koridor itu lama kelamaan terlihat pencahayaan yang minim, namun gadis itu sudah bisa menyesuaikan penglihatannya. Mereka masih melanjutkan menyusuri koridor itu meski dengan cahaya yang temaram.
‘Astaga.. Masih jauhkah? Rasanya seperti sebuah ruang bawah tanah saja.. Tetapi inikan pintu keluar darurat di lantai 6 tadi.’ Batin gadis itu.
Lelaki itu masih dengan sabar memapah sang gadis hingga mereka tiba di koridor yang lebih terang oleh pencahayaan lampu. Di sana terlihat jelas bahwa itu adalah koridor panjang yang sangat elegan dan mewah. Karpet tebal dan bermotif mewah sepanjang koridor, lampu hias yang indah di dinding dan beberapa pajangan serta lukisan di dinding, sungguh pemandangan yang sangat memanjakan mata.
‘Mengapa tadi di pintu masuknya seperti rumah hantu? Untunglah sekarang jauh lebih manusiawi.’ Pikir gadis itu.
Sepanjang perjalanan yang memanjakan mata itu hanya ada sebuah koridor panjang. Tidak ada pintu unit apartemen lain di sepanjang jalan ini, bahkan gadis itu belum melihat satupun pintu di sini di sepanjang jalan yang dia lewati tadi.
'Apakah ini hanya sebuah …’ Belum selesai dia memikirkannya dari kejauhan sudah terlihat sebuah pintu di ujung jalan.
‘Akhirnya aku melihat sebuah unit.’ Dari kejauhan terlihat pintu yang sangat besar nan mewah serta memiliki kode akses di dinding samping pintu itu sama seperti pintu darurat tadi.
Setelah sampai di depan pintu besar nan mewah itu, laki-laki itu juga mengeluarkan sebuah kartu kunci dan menempelkannya pada sensor di tembok samping pintu kemudian memberikan sidik jari di lanjutkan dengan sensor mata seperti yang di lakukannya pada pintu darurat tadi.
‘Klik.’ Kemudian pintu itu terbuka.
“Masuk.” Ucapnya.
Begitu pintu terbuka lebar terlihat ruangan yang sangat lega dan elegan nan indah sepanjang mata memandang. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata seperti di dalam dongeng-dongeng rumah impian. Sepertinya gadis itu baru menyadari sesuatu, sepertinya satu lantai gedung ini hanya di miliki oleh lelaki ini. Ini seperti sebuah penthouse mewah yang indah, meski dia hanya melihat sekilas ruang makan dan ruang tengahnya hanya sekilas. Gadis itu jadi merasa penasaran siapakah lelaki ini sebenarnya.
“Kemari.” Ucapnya.
Laki-laki itu mengajak agak berbelok kiri masuk ke sebuah ruang tamu yang tersekat di mana terdapat sofa yang nyaman dan pajangan, lukisan serta beberapa koleksi foto di sana.
“Duduklah.” Laki-laki itu membantu sang gadis untuk duduk dengan hati-hati.
“Tunggu di sini.” Perintahnya. Laki-laki itu kemudian pergi dan menghilang dari sana meninggalkan gadis itu sendiri.
Gadis itu mencoba menajamkan pendengarannya agar dia tau di mana posisi laki-laki itu saat ini.
‘Ahh.. Sepertinya dia berada cukup jauh dari sini.’
Tak mengambil banyak waktu gadis itu berdiri dan mencoba menjelajahi ruangan ini. Mulai melihat-lihat pajangan, lukisan-lukisan yang di tempel di dinding serta beberapa vas antik di atas meja hias panjang yang menempel ke dinding, selain itu ada beberapa bingkai foto juga yang di taruh di atasnya. Gadis itu berhenti terpaku pada sebuah bingkai foto dengan objek foto banyak anak-anak kecil di sana sedang menggunakan baju olahraga berpose dengan banner yang tertulis besar di sana.
“Pekan Olahraga Sehat SDN...” Belum sempat gadis itu membaca seluruhnya dia mendengar dari kejauhan suara langkah kaki yang akan mendekat kesana, lalu dia buru-buru kembali duduk ketempat semula. Berpura-pura tidak melakukan apapun dan hanya duduk manis.
Benar saja, tak lama laki-laki itu kembali muncul dengan membawa sebuah kotak P3K di tanggannya kemudian dia letakkan di meja kaca di depan gadis itu. Laki-laki itu berjongkok menyibakkan rok gadis itu dan mulai melepaskan heels yang gadis itu gunakan dengan pelan-pelan agar tidak mengakibatkan cedera lain.
“Tak usah.. Biar aku saja.” Tolak sang gadis karena lelaki itu akan memegang kakinya.
“Apakah kau bisa melakukannya? Jangan bercanda. Duduk dan diam saja di sana.” Ucapnya memerintah.
‘Astaga dia pikir aku siapa? Hanya hal remeh seprti ini biasa bagi ku. Kalau bukan karena aku menghindar dari para pengejarku bagaimana mungkin aku mau berpura-pura lemah dan minta bantuannya.’ Kata gadis itu dalam hati.
Gadis itu diam-diam memerhatikannya, lelaki itu memegang dan menganalisis cederanya. Kemudian lelaki itu menyemprotkan obat anti infalamasi dan anti nyeri dan mereduksi posisi tulang yang agak bergeser tadi saat gadis itu terjatuh dan laki-laki itu kemudian memberinya bebat agar tidak berubah posisi lagi. Lelaki itu sepertinya sangat ahli atau familier dalam hal ini.
“Sudah selesai.. Kau bisa pulang sekarang.. Aku akan memanggilkan taksi untuk mu. Dan untuk cideramu untungnya tidak sampai patah atau merobek ligamen di pergelangan kaki mu. Namun kusarankan kau tetap pergi ke Rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut tidak hanya jika kau mengalami nyeri yang berkepanjangan saja.” Ucapnya.
“Apa? Ahh maksudku tunggu.. Tidak.. Emhh.. Maksudku terima kasih, aku merasa jauh lebih baik, tidak perlu ke Rumah sakit atau apapun. Tetapi aku tidak bisa pulang sekarang, emhh.. Yaa.. Maksudku bukan berarti aku baik-baik saja namun memang masih agak sakit tetapi bukan merupakan masalah yang besar.” Jawab gadis itu dan mencoba untuk melanjutkan bicaranya.
“Dan selain ini.” Tunjuknya pada pergelangan kakinya.
“Aku memiliki masalah yang lebih besar yang harus segera di selesaikan.” Kata gadis itu padanya lagi. Dan lelaki itu hanya menaikan sebelah alis tebalnya yang indah itu, dan dia masih setia menunggu penjelasan gadis itu lebih lanjut.
“Emhh.. Maksudku saat ini masalah yang lebih besar terjadi pada perutku. Sebentar lagi ini akan menjadi sebuah demo yang mengganggu pendengaran mu jika saja tidak segera cepat di tangani. Lebih tepat dan singkatnya aku katakan aku sangat kelaparan. Bolehkah aku istirahat sebentar di sini dan aku.. Sangat kelaparan..” Pinta gadis itu dengan tatapan memelas.
‘Astaga bisa-bisa langsung tertangkap jika sekarang aku muncul di bawah sana. Biarlah aku jadi wanita tak tahu malu meminta makan pada orang asing setelah dia menyelamatkan ku.’ Batin gadis itu. Lelaki itu diam kemudian bangkit berdiri dan segera keluar dari ruangan itu.
Gadis itu mencoba menajamkan pendengarannya. Tak berapa lama dia mendengar lelaki itu berbicara kepada seseorang.
“Siapkan makan malam segera, beri makan gadis yang ada di ruang tamu itu.” Kata laki-laki itu.
“Baik Denn.” Jawab seseorang wanita di sana.
‘Aahh dia baik juga ternyata.’ Batin gadis itu.
Tak berapa lama seorang wanita tua berpakaian rapi datang menghampiri gadis itu di ruangan tamu.
“Nona makan malam sudah siap. Mari saya antar ke ruang makan.” Katanaya kepada gadis itu dengan sopan.
'Ahh yaa kebetulan sekali aku belum makan dari tadi siang, tadi aku juga tidak sempat makan apapun di pesta sana. Aku terlalu sibuk mendekati seseorang untuk menyelesaikan misi utama ku. Dan saat ini sudah pukul 8 malam, perutku sudah minta di isi dan tidak bisa di ajak kompromi. Kebetulan juga aku tidak mungkin keluar pada waktu seperti ini.' Batinnya.
“Ya.. Terima kasih.” Ucap gadis itu padanya.
Wanita tua itu sepertinya paham gadis itu membutuhkan bantuan, saat gadis itu mencoba berdiri dari sofa dan mencoba melangkah. Jadi dia berjalan tertatih dan di bantu wanita tua, sepertinya wanita tua itu adalah pelayan di sini. Tentu saja gadis itu masih harus memainkan peran wanita lemah di sini agar dia dapat bertahan beberapa saat di tempat ini.
“Silakan duduk Non.” Ucapnya sambil menarik kursi di depan meja makan untuk memudahkannya menduduki kursinya.
“Emhh.. Bu..” Belum selesai gadis itu akan menanyakan pertanyaan kepada wanita tua itu, wanita tua itu telah memotong perkataannya.
“Den Anton sedang mandi mungkin sebentar lagi akan selesai dan beliau akan segera turun. Saya Maya kepala pelayan di sini, jika Nona membutuhkan sesuatu Nona bisa memanggil saya.” Ucapnya.
“Aahh ya terima kasih Bu Maya.” Ucap gadis itu.
Baru selesai dia mengatakan kalimat itu, dari tangga atas terlihat laki-laki itu dengan pakaian berbeda dari jas yang dia gunakan tadi. Saat ini dia menggunakan kaus polo pas membentuk badannya yang kekar dan celana santai selutut serta rambut yang basah di tarik ke belakang dan dia tampak menggoda.
Astaga sangat terlihat tampan. Belum lagi sepertinya dia baru selesai bercukur. Wajahnya jauh tampak lebih muda serta fresh dan gadis itu langsung membayangkan berada tepat berdiri di depannya dan memegang wajahnya itu yang merupakan pahatan terindah yang Tuhan ciptakan itu. Hampir saja gadis itu mengeluarkan air liurnya jika saja dia tidak mendengar Bu Maya berbicara yang membuatnya tersadar dari lamunannya.
“Makanan sudah siap Den.” Ucap Bu Maya menyadarkan lamunannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Dianita Indra
lanjut thor
2022-03-12
0
Li Permana
Semangat!
2021-10-25
1
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
semangat kk
2021-10-09
1