Al terbangun dia melihat jam wekernya masih menunjukkan pukul 03.00 pagi. Dia merasa perutnya lapar dan beranjak dari sana untuk mengambil makanan yang ada di dapur. Dia melihat masih ada 1 box pizza, macaroni schotel, spaghetti, dan chicken wings di dalam kulkasnya. Kemudian dia mengambil macaroni dan spaghetti untuk di panaskan di dalam microwave.
“Ting..” Tanda bunyi makanannya sudah siap.
Saat Al akan mengambil makanan itu tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.
“Aku juga mau, kau panaskan apa?” Tanya sebuah suara di belakangnya.
“Astaga!!” Ucapnya terkejut.
“Kau.. kalau jalan itu bersuara kek. Bikin jantungku melompat saja. Dasar.” Keluh Al sambil mengusap dadanya.
“Hahahahaha” Pria itu tidak berhenti tertawa.
“Dasar. Berubah jadi gila kau?” Kesal gadis itu.
“Aku bahagia akhirnya kau bisa berbicara panjang lebar juga. Biasanya bicaramu irit.” Ucap pria itu.
Al tidak membalas ucapan pria itu dia hanya memutar bola matanya kesal.
“Yahh datang lagi mode silentnya.” Ucapnya menggoda.
“Aku kira kau sudah pulang. Kak Juna dan kak Roy mana?”
“Mereka sudah balik dari sore tadi, mendadak ada kerjaan yang harus mereka selesaikan.” Ucapnya menjelaskan.
“Lalu mengapa kau juga tidak pulang?” Tanya Al.
“Aku kelelahan dan ketiduran.” Ucapnya berbohong, padahal dia mengkhawatirkan gadis di depannya itu.
“Kau mau apa? Aku menghangatkan macaroni dan spaghetti. Apa mau yang lain?” Tanya Al.
“Aku spaghetti aja.” Ucap Galih.
Al menaruh spaghetti di atas meja makan bar dan menyodorkannya tepat di depan Galih yang sedang duduk di sana.
Al menuju kulkas dan menggambil chicken serta pizza dan memasukkannya ke dalam microwave. Lalu dia duduk juga di samping Galih dan memakan macaroninya.
“Kau mau coba?” Tawar Galih sambil mengangkat garpu yang sudah terlilit spaghetti itu.
“Kau aneh, aku sudah tau rasanya. Untuk apa aku mencobanya lagi.” Ucapnya.
“Astaga tak bisakah sedikit lebih manis dan lembut sedikit saja.” Ucapnya pelan seperti bisikan angin.
“Aku masih bisa mendengarmu.” Ucap gadis itu.
“Cepat buka mulutmu. Ribet emang ngomong sama kamu.” Paksanya dan Al membuka mulutnya dan memakannya.
“Ting..” Suara microwave yang menandakan makanannya sudah selesai di hangatkan.
Al akan beranjak berdiri dari sana untuk menggambil makan itu, namun bahunya di tahan oleh Galih.
“Biar aku saja, kamu lanjut makan aja.” Ucap pria itu.
“Tumben.. masih laper banget ya?” Tanya Al. Galih hanya menggelengkan kepalanya
“Dasar bebal, gak ada peka-pekanya.” Bisiknya pelan seperti hembusan angin.
Galih mengambil makanann yang sudah di panaskan itu dan menaruhnya di meja bar di depan Alice. Galih mengambil sepotong pizza, dan memasukkannya kedalam mulutnya.
“Tuh kan emang masih kelaperan kamu, malah ngatain orang bebal dan gak peka. Dasar laper aja gak mau ngaku.” Ucap Alice kesal.
“Astaga… bukan gitu, ahh sudahlah.. gak akan ngerti juga kamu kalau aku jelasin.” Kesal Galih.
“Ihhh kelaperan marah-marah.. sana makan yang banyak biar gak marah-marah mulu.”
“Astaga Alice.. rasanya aku bener-bener ingin buka isi kepala mu ini, ingin melihat apa sih yang ada di dalam otak kecil kamu ini.” Ucap Galih kesal sambil memegang gemas kepala Alice dengan kedua tangannya.
“Ihh fast food masih kurang malah mau makan otak orang, kayak zombie aja kamu. Sana ahh minggir. Jauh-jauh dari aku.” Alice menghempaskan tangan Galih dan mencoba menyingkir dari orang itu.
“Astaga Al…..” Keluh Galih frustrasi.
“Apa sih… manggil-manggil.. orang dari tadi aku di sini juga.” Kesal Alice namanya di panggil-panggil.
“ Au ah.. Al apa rencana kamu hari ini?” Tanya Galih serius dan mulai mengabaikan kekesalannya tadi.
“Emhh.. Aku mau ke rumah sakit.” Jawab Al.
“Kamu sakit Al? apa yang sakit? di mana? Coba aku lihat?” Rentetan pertanyaan yang terucap dari mulut Galih.
“Apasih.. Banyak amat pertanyaannya.. Gak, aku gak sakit.. aku mau jenguk pasien di rumah sakit tempat kak sinta di rawat kemarin.” Jelas Alice.
“Pasien? Siapa? Perasaan gak ada orang kita yang cedera.” Ucap Galih.
“Bukan, aku baru bertemu dia kemarin di rumah sakit.”
“Orang baru? Cowo cewe?” Tanya Galih.
“Apasih Gal, aneh deh pertanyaan kamu.”
“Jawab aja sih Al. Aku antar kamu aja deh ya Al.” Pinta Galih.
“Ngapain.. Gak usah.. kamu emang gak ngerjain kerjaan kamu? Kan dari kemarin kamu ngintilin aku mulu.” Tolak Alice.
“Emhh aku bisa ngerjain tugas ku kok, meski dari jauh,, lagian anggota ku yang lain bisa mengatasinya kok,, gak ada kendala yang berarti.” Balas Galih.
“Dasar makan gaji buta.”
“Hei,, wahh bocah ini makin kurang asem,, gini-gini tetep masih atasan kamu ya.” Ucapnya pura-pura kesal.
“Iya iya Bapak Galih yang terhormat.” Ucapnya acuh.
“Gak bapak-bapak juga kali Al.”
“Udah sana abis selesai makan dan mandi nanti pagi ke markas aja. Aku mau ke rumah sakit, dari sana aku baru akan ke markas.” Ucap Al
“Mengapa gak bersama aja sih? Kan gak masalah juga kan aku anterin kamu dahulu.”
“Aku gak tau selesai sampai kapan. Pokoknya aku jalan sendiri aja. Sana pergi ahh.. aku mau lanjut tidur lagi.” Ucap Al sambil berlalu dari bar tempat mereka makan dan menuju kamarnya.
Gadis itu duduk di pinggir kasurnya. Dia terbayang lagi dengan kepergian Sinta, air matanya mengalir lagi tanpa peringatan. Dia menghapus lelehan air mata itu, dan melihat jam ternyata masih pukul 04.30 pagi. Akhirnya dia memutuskan untuk merebahkan tubuhnya dan mencoba untuk tertidur. Meski membutuhkan waktu lama agar dia bisa terlelap namun lambat laun akhirnya dia tertidur dengan nyenyak juga dengan di temani lelehan-lelehan air matanya.
Al terbangun dengan wajah yang kusut, dia melihat kini sudah pukul 08.20 pagi. Dia bangkit dari kasur dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu gadis itu bersiap-siap dan membawa tasnya keluar dari kamar.
“Astaga… kau mengagetkan ku.. ku kira kau sudah berangkat.” Ucap Alice saat melihat Galih duduk di sofa.
“Belum.. aku menunggu mu, yuk aku antarkan kau ke rumah sakit dahulu.” Ucapnya Galih sambil bangkit berdiri.
“Astaga.. Mengapa kau gak berangkat saja duluan. Aku bisa berangkat nanti, kau bisa terlambat.” Ucap gadis itu.
“Tak apa.. ayoo.” Balas Galih memaksa.
Drrtttt… drrtttt.. drrrttttt ponsel Galih bergetar di saku jasnya.
“Yaa.. Ohhh.. Astaga.. Baiklah aku akan segera kesana.” Ucap pria itu.
“Ada apa?” Tanya Al setelah melihat Galih mematikan ponselnya.
“Ada beberapa masalah, aku di suruh segera ke markas.” Ucapnya.
“Ya sudah kau kesana saja, aku bisa pergi sendiri.” Kata Al.
“Hemmm ya sudahlah, aku berangkat dahulu, ma'af aku tidak bisa mengantarmu dahulu.” Ucap pria itu tidak enak.
“Lagian dari tadi kan sudah akuu bilang kau pergi saja. Kau nya saja yang bebal. Sana pergi.” Ucap Alice kesal.
“Ya, aku jalan dahulu.. kau hati-hati di jalan. Kalau kau sudah akan pergi dari rumah sakit kau kabari aku.” Ucap pria itu sambil mengelus kepala Al lembut.
“Hemmm sudah sana kau pergi.” Balas Al.
Galih pergi keluar rumah bersama dengan Al yang akan turun ke toko bawahnya.
“Aku jalan.” Ucapnya sambil melambaikan tangan ke Al. Al hanya menganggukkan kepalanya. kemudian Al melihat seorang pria tua di depan toko bunganya.
“Pak Aryo saya titip tokonya ya. Saya berangkat keluar dahulu.” Ucap Al pada seorang lelaki tua itu yang merupakan salah satu karyawan tokonya.
“Baik Non. Hati-hati di jalan.” Ucap lelaki tua itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
siska A
next thor... seru ceritanya
mampir kekaryaku juga ya kak
"perjalanan hidup Eden"
ayo saling dukung kk
2021-12-28
1
Noer (hello_maymune)
aku mampir membawa dukungan Thor. Udah aku tambah ke keranjang favorit biar nggak ketinggalan update nya 😍
Salam dari "Past For Future"
2021-12-23
1
Li Permana
Hehehe ... Aku baru tau Al bisa kaget
2021-10-30
1