H22A - 18 - KILLER

👓👓👓

 

 

_Your peace is more important than driving yourself crazy\, cause trying to understand why something happened the way it did and you never stop to think about that._

 

 

👓👓👓

 

 

Minggu, 20 Oktober 2020.

 

 

Dimulai dari sekarang sampai tanggal 25, para polisi akan berpatroli.

 

 

Xylona memberikan sekotak bekal pada Drystan. "Makan yang banyak, ya."

 

 

"Siap, Nona!" Drystan mengangkat tangan memberikan hormat. "Jaga diri baik-baik. Mulai sekarang kunci semua pintu dan jendela."

 

 

Xylona menganggukkan kepalanya lalu memberikan hormat. "Siap, Komandan!"

 

 

Mobil polisi memasuki halaman rumah mereka. Drystan menepuk bahu adiknya. "Aku berangkat."

 

 

Xylona mengangguk.

 

 

"Dadah, Xylona." Teman-teman Drystan melambaikan tangannya.

 

 

Xylona tersenyum sambil membalas lambaian tangan mereka. Mobil pun melaju meninggalkan rumah Drystan. Xylona sendirian di rumah. Gadis itu tiduran di sofa sambil bermain ponsel.  Sampai-sampai dia ketiduran.

 

 

Saat bangun, ternyata hari sudah gelap. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apa aku tidur begitu lama?"

 

 

Dia menaiki tangga menuju kamarnya, tapi dia mendengar suara dari dapur. Keningnya mengernyit. Xylona mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar. Dia pergi ke dapur. Kedua matanya melebar melihat dua orang yang sangat dia rindukan selama ini. Namun, dua orang itu tidak mungkin kembali untuk mengobati rindunya.

 

 

Tanpa sadar, air matanya mengalir membasahi pipinya. Jantungnya berdegup kencang.

 

 

Dua orang di dapur menoleh padanya.

 

 

"Xylo? Ah, putriku yang manis." Wanita cantik berambut sebahu itu tersenyum pada Xylona.

 

 

"Sayang, kemarilah. Ibu memasak rendang kesukaanmu." Pria berkacamata yang duduk di kursi meja makan menepuk kursi di sebelahnya.

 

 

Xylona berlari memeluk ibunya dari belakang. "Mama, aku merindukan Mama."

 

 

Ibunya Xylona tertawa. "Kau merindukan Mama? Bukankah selama ini kita bersama?"

 

 

Xylona menangis sambil memeluk erat ibunya. Ayahnya Xylona bangkit dari kursi dan memeluk kedua perempuan yang sangat dia cintai.

 

 

Xylona bangun dari tidurnya dengan air mata memenuhi pelupuk mata. Gadis itu bangkit sambil mengelap air matanya kemudian dia berlari ke dapur dan mencari orang tuanya. Tangisannya semakin pecah.

 

 

"Mama, Papa."

 

 

Malam telah tiba.

 

 

Erfrain berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dia melihat beberapa serigala lewat di depan rumahnya. Laki-laki itu merasa khawatir. Entah apa yang membuatnya merasa begitu khawatir.

 

 

"Siapa yang mengirim serigala itu ke mari?" Gumam Erfrain.

 

 

Tidak mau banyak berpikir, laki-laki itu masuk ke rumahnya kemudian mengecek ponsel. Tidak ada notifikasi apa pun. Tidak ada pesan chat dari Xylona. Biasanya gadis itu akan mengirim pesan chat hanya sekedar bertanya mengenai kabar, atau apakah dia sudah makan, dan menanyakan hal lainnya yang biasa ditanyakan oleh seorang sahabat.

 

 

Erfrain berinisiatif untuk mendahului menelepon gadis itu. Panggilannya tidak diangkat. Dia kembali menelepon. Kali ini diangkat.

 

 

"Rain?" Suara Xylona terdengar serak.

 

 

"Xylo? Apa yang terjadi? Kenapa suara Xylo berbeda dari biasanya? Xylo menangis?" Tanya Erfrain dengan suara khawatir.

 

 

"Tidak, aku... aku hanya merindukan orang tuaku."

 

 

"Xylo mau menceritakannya pada Rain?"

 

 

"Aku tadi ketiduran dan memimpikan mereka. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku. Aku sangat merindukan mereka dan tadi aku menangis cukup lama."

 

 

"Emm, Rain mengerti perasaan Xylo."

 

 

"Saat kau merindukan orang tuamu, apa yang kau lakukan?"

 

 

Hening.

 

 

Aku tidak pernah sedikit pun memikirkan orang tuaku. Aku dilahirkan untuk hidup sendiri tanpa memikirkan siapa pun.

 

 

"Maaf, sepertinya aku salah bicara." Ucapan Xylona membuat lamunan Rain buyar.

 

 

"Tidak, tidak."

 

 

Pandangan Rain teralihkan pada pintu kaca rumahnya. Dia melihat seseorang berdiri di sana. Karena gelap, dia tidak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas.

 

 

"Ini sudah malam, sampai jumpa besok."

 

 

"Iya."

 

 

Panggilan pun berakhir.

 

 

Orang di depan pintu kaca itu tersenyum kemudian menghilang. Rain meletakkan ponselnya ke meja.

 

 

"Jadi, dia yang mengirim serigala itu?"

 

 

Keesokan harinya di SMA AMRITA.

 

 

Enzo dan teman-temannya memasuki kelas. Dengan wajah pucat, mereka melewati bangku Xylona dan Erfrain tanpa menoleh sedikit pun. Xylona dan Erfrain saling pandang.

 

 

Selama jam pelajaran, kelima orang itu tidak bicara apa pun. Tidak seperti biasanya. Sama sekali tidak ada percakapan di antara mereka. Mereka terlihat aneh.

 

 

Bahkan sampai jam pulang, mereka tetap diam.

 

 

Ketika Lolita akan memasuki mobil, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya membuat gadis itu menjerit kaget, begitu pun dengan teman-temannya yang sudah berada dalam mobil. Ternyata Xylona yang menepuk bahunya.

 

 

"Aku mengejutkanmu?" Tanya Xylona. Erfrain yang berdiri di belakangnya juga terlihat bingung.

 

 

"Kenapa kau mengagetkanku?!" Bentak Lolita.

 

 

"Aku hanya mau minta maaf karena waktu itu aku menamparmu," ucap Xylona tulus.

 

 

Lolita melipat kedua tangannya kemudian membuang muka. "Kenapa kau tiba-tiba minta maaf? Bukankah kau sengaja menakut-nakuti kami?"

 

 

Xylona mengernyit.

 

 

Myessa menarik lengan Lolita agar segera masuk ke mobil. Setelah Lolita di dalam, mobil pun melaju meninggalkan Xylona dan Erfrain yang bingung.

 

 

"Mereka benar-benar aneh," ujar Erfrain.

 

 

Xylona menggandeng lengan Erfrain. "Biarkan saja, yang penting aku sudah minta maaf."

 

 

Erfrain tersenyum.

 

 

Hujan turun. Xylona lupa membawa payung, Erfrain juga lupa tidak membawa jas hujannya. Mereka berlari ke bawah pohon besar untuk berteduh. Ada beberapa orang juga yang berteduh di sana. Xylona mengangguk santun pada mereka dan langsung dibalas oleh mereka.

 

 

Xylona mengelap kacamatanya dengan tisu. Dia juga membagi tisu pada Erfrain agar laki-laki itu membersihkan kacamatanya. Xylona melihat lengan kekar Erfrain yang terbentuk karena bajunya yang basah. Bahkan gadis itu bisa melihat bentuk perutnya yang sempurna. Dia mendongkak menatap laki-laki itu dengan pipi merah.

 

 

"Aku tidak tahu kau memiliki badan menyerupai kakakku," kata Xylona dengan polosnya.

 

 

Erfrain menundukkan kepalanya melihat perutnya. Dia pun segera membenarkan seragamnya.

 

 

Tiba-tiba Xylona teringat sesuatu. "Ah, ponselku di mana? Sepertinya ketinggalan di kelas."

 

 

Erfrain mengernyit. "Ta-Tapi ini masih hujan, Xylo."

 

 

"Aku mau mengambil ponselku dulu, ya. Bahaya jika aku kehilangan ponselku." Xylona menembus hujan menuju ke sekolahnya.

 

 

Erfrain tampak berpikir. Dia menutup kedua matanya.

 

 

** Flashback **

 

 

Lolita dan Enzo memperhatikan Xylona dan Erfrain dalam diam. Bel istirahat berbunyi. Xylona dan Erfrain pergi ke kantin. Ponsel Xylona ketinggalan di mejanya.

 

 

Lolita beranjak dari kursinya dan mengambil ponsel tersebut.

 

 

"Lolita, apa yang kau lakukan?" Tanya Enzo.

 

 

"Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja."

 

 

** End Flashback **

 

 

Kedua mata Erfrain terbuka. Maniknya yang merah menyala perlahan berubah jadi hitam. Dia menautkan alisnya.

 

 

"Aku pikir, mereka benar-benar kapok dan tidak ingin mengganggu Xylona lagi!"

 

 

👓👓👓

 

 

19.03 | 22 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Budhe Tuty Martha

Budhe Tuty Martha

Xylona rupanya memang gadis yg ceroboh 🙄

2022-03-27

1

💨nihira✨

💨nihira✨

siapa sebenarnya efrain

2021-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!