H22A - 03

Keesokan paginya, Drystan mengantar Xylona ke sekolah. Ketika memasuki gerbang, Xylona melihat Erfrain sedang mengelap sepatu Enzo dengan dasinya. Melihat sesuatu yang tidak beres, Xylona berlari menghampiri mereka.

 

 

Enzo, Kris, Lolita, Viani, dan Myessa menoleh padanya.

 

 

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Xylona.

 

 

"Aku tidak sengaja menginjak kotoran ayam lalu aku menyuruh Rain membersihkannya," jawab Enzo tanpa merasa bersalah.

 

 

"Kenapa kau tidak membersihkannya sendiri? Itu 'kan sepatumu," protes Xylona.

 

 

"Rain itu pencuci di kelas kita," jawab Enzo.

 

 

Teman-temannya tertawa.

 

 

Xylona menoleh pada Erfrain. Dia menarik lengan laki-laki itu. "Kenapa kau diam saja?"

 

 

Erfrain melirik sesaat pada Xylona yang terlihat marah.

 

 

"Kau ini apa-apaan dasar anak baru!" Enzo mendorong Xylona. Gadis itu terpundur.

 

 

"Aku akan melaporkan kejadian ini pada Kepala Sekolah."

 

 

Di ruang kepala sekolah, Xylona tampak kesal dan menunggu jawaban kepala sekolah setelah dia menceritakan semuanya.

 

 

Kepala Sekolah menghela napas. Dia bertanya pada Erfrain, "Erfrain, apakah itu benar-benar terjadi? Kau disuruh Enzo mengelap kotoran di sepatunya?"

 

 

Enzo dan teman-temannya mendelik tajam pada Erfrain. Itu membuat Erfrain ketakutan sehingga dia menggelengkan kepalanya. Xylona terkejut, karena dia tidak mengira Erfrain akan berbohong.

 

 

"Saya melihatnya sendiri, Pak. Dia diancam mereka," sanggah Xylona.

 

 

"Dia mengada-ada," kata Erfrain dengan tatapan tertuju pada Xylona.

 

 

Xylona membulatkan matanya. "Apa kau bilang?"

 

 

Setelah terjadi sedikit pertengkaran, akhirnya mereka diperbolehkan kembali ke kelas. Saat tiba di depan pintu, Kepala Sekolah memanggil Xylona.

 

 

"Xylona."

 

 

Langkah gadis itu terhenti. Dia menoleh pada kepala sekolah.

 

 

"Sebaiknya kau tidak ikut campur, ayahnya Enzo adalah salah satu pengusaha yang mendonasikan uangnya sebanyak 48% untuk pembangunan sekolah ini."

 

 

Xylona tersenyum. "Terima kasih atas sarannya, Pak."

 

 

Setelah berkata demikian, Xylona pergi dengan ekspresi kesal. "Bagaimana bisa seperti itu?"

 

 

Ketika Xylona keluar dari ruangan kepala sekolah, Myessa menarik lengan Xylona.

 

 

"Kau mau membuat masalah di sini? Gara-gara kau Enzo hampir kena masalah!" Bentak Myessa.

 

 

"Dia memang membuat masalah, dia memaksa Rain membersihkan sepatunya yang terkena kotoran," gerutu Xylona.

 

 

Kris membantah, "Rain tidak keberatan. Dia mau melakukannya. Dia juga tidak merasa di-bully kau mendengarnya 'kan tadi?"

 

 

Xylona tidak merespon. Dia memilih pergi meninggalkan mereka.

 

 

Kris menepuk bahu Enzo. "Sebaiknya kita tidak berurusan dengan dia."

 

 

"Kenapa?" Tanya Enzo dengan tatapan tertuju pada punggung Xylona yang kian menjauh dan menghilang di belokan koridor.

 

 

"Kakaknya seorang polisi. Aku melihatnya tadi," jawab Kris.

 

 

Enzo tersenyum. "Dia cantik dan bisa bergabung dengan kita, tapi sayang sekali tampaknya dia tidak tertarik."

 

 

Lolita menatap Enzo dengan tatapan kesal setelah mendengar ucapan laki-laki itu.

 

 

Tanpa mereka sadari, Erfrain bersandar pada dinding dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Dia mendengar semuanya. Senyuman tipis terukir di bibirnya. Dia pun mengubah ekspresinya menjadi bodoh lalu berjalan menuju kelasnya.

 

 

Di kelas, Xylona duduk sambil membaca buku. Erfrain masuk dan duduk di samping gadis itu.

 

 

"Hei," sapa Erfrain, tapi Xylona tidak meresponnya. Dia tetap fokus pada bukunya.

 

 

"Xylona?" Panggil Erfrain.

 

 

Akhirnya gadis itu luluh dan menoleh pada Erfrain. "Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya?"

 

 

Erfrain menjawab, "Maafkan Rain. Jika Rain mengatakan yang sebenarnya, hal yang lebih buruk akan terjadi."

 

 

Xylona mengernyit.

 

 

"Terkadang kita perlu berbohong untuk menyelamatkan semua orang, maafkan Rain," ujar Erfrain.

 

 

"Maksudmu kau berbohong untuk menyelamatkan mereka?" Xylona bertanya dengan nada kesal.

 

 

"Jika Rain mengatakan yang sebenarnya pada kepala sekolah, bukan hanya Rain yang berada dalam masalah, Xylo juga."

 

 

Xylona mencerna kata-kata Erfrain. "Aku tidak takut."

 

 

"Xylona, di sekolah ini bukan hanya Rain yang menjadi korban, banyak juga siswa lain yang di-bully."

 

 

Bagi Xylona, alasan Erfrain tidak masuk akal. Tapi, dia memilih untuk mengalah dan tidak mendebatnya lagi.

 

 

"Xylo berasal dari Kota, Xylo tidak akan mengerti." Erfrain menunduk.

 

 

Xylona menatap laki-laki manis itu. Dia tersenyum. "Bagaimana bisa laki-laki seimut dirimu diperlakukan seperti itu oleh mereka."

 

 

Mendengar pujian Xylona, kedua pipi Erfrain memerah. Dia membelakangi Xylona.

 

 

"Jangan katakan itu, Xylo membuat Rain malu." Erfrain memainkan telunjuknya.

 

 

Xylona terkekeh kecil. "Jika kau merasa dikucilkan, aku akan bersamamu. Tidak akan ada lagi yang mengucilkanmu mulai sekarang."

 

 

Erfrain terdiam sesaat. Ekspresinya berubah serius, tapi sejurus kemudian dia mengubah ekspresinya dan menoleh pada Xylona dengan senyuman manisnya.

 

 

Xylona juga tersenyum.

 

 

👓👓👓

 

 

22.08 | 17 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

heaven

heaven

aduhhh gue menunggu time over enzo ddk🤗

2022-08-27

0

💨nihira✨

💨nihira✨

padahal banyak cerita yg bagus2 di aplikasi ini sayang yg orang baca kebanyakan tentang CEO,aku da jenuh sama CEO,dan akhirnya menemukan smua karyamu,makasih author

2021-09-17

4

Darwiyah Mistam

Darwiyah Mistam

cerita kamu bgs tapi kenapa yg nge like sedikit ya....🤔🤔

2021-09-03

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!