H22A - 14

Kris menghempaskan tubuh Xylona ke ranjang dengan kasar. Xylona bangkit, namun Kris mendorongnya hingga gadis itu terhempas lagi. Kris menindih Xylona dan berusaha menghentikan pemberontakannya. Enzo melepaskan kemejanya dan kaosnya. Melihat Enzo setengah telanjang, Xylona benar-benar panik.

 

 

Enzo memposisikan dirinya dan memegangi kedua kaki Xylona. "Kris, kau duluan saja."

 

 

"Lepaskan aku! Beraninya kalian berbuat seperti ini di rumahku!" Teriak Xylona. "Lepaskan aku! Atau aku akan melaporkan kalian pada kakakku!"

 

 

"Enzo, kau saja yang duluan," gerutu Kris sambil melangkahi wajah Xylona dan menarik punggung gadis itu agar telentang ke pahanya.

 

 

"Aku belum siap!" Gerutu Enzo yang berusaha menahan tendangan Xylona pada perut dan dadanya.

 

 

"Lakukan sesuatu agar kau siap!" Kris memegangi kedua tangan Xylona ke belakang.

 

 

"Apa-apaan kalian! Hentikan! Jangan!" Xylona berteriak panik saat Enzo Merobek kaos yang dia pakai. Dia menendang perut Enzo sebagai perlawanan.

 

 

"Diamlah, Xylo, jangan menolakku terus," bujuk Enzo.

 

 

"Dia akan diam setelah menikmatinya," celetuk Kris.

 

 

"Sialan! Aku tidak akan memaafkan kalian!" Xylona menendang dada Enzo.

 

 

Kris menarik kepala Xylona agar mendongkak menatap dirinya. Tanpa diduga, Kris ******* bibir Xylona. Gadis itu kelabakan dan berusaha melepaskan kedua tangannya dari ringkusan Kris. Itu mempermudah Enzo. Dia menarik celana tidur Xylona dan memposisikan dirinya. Tangannya bergerak melepaskan gesper dan menurunkan zipper-nya.

 

 

Kris meringis kesakitan saat Xylona menggigit bibirnya. Namun, Xylona juga berteriak kencang saat sesuatu memasuki bagian intimnya dengan kasar dan tiba-tiba.

 

 

"Aarrgghh!!!!" Xylona meronta kesakitan. "Sakiittttt! Arrrgghhhhhh!!!!"

 

 

"Pegangi dia!" Perintah Enzo.

 

 

Kris melakukan apa yang dikatakan Enzo. Dia memeluk Xylona dengan erat membuat gadis itu tidak bisa bergerak lebih jauh lagi. Kedua kaki Xylona berhenti meronta karena itu hanya akan membuat bagian intimnya semakin sakit. Tubuhnya terkulai lemas. Air mata mengalir membasahi pipinya. Gadis itu menyerah setelah Enzo memiliki tubuhnya.

 

 

Enzo mencondongkan tubuhnya dan ******* bibir Xylona yang menangis kesakitan. Dia mulai bergerak untuk mendapatkan puncaknya. Melihat Enzo bisa mengendalikan Xylona, Kris beranjak mengambil tisu dan mengelap bibirnya yang berdarah. Dia melihat Enzo yang menyetubuhi Xylona dengan sedikit kasar.

 

 

Enzo memperdalam ciumannya. Dia tidak memperdulikan Xylona yang menangis dan menjerit-jerit karena tidak bisa lagi melawan. Dia terus bergerak dan makin cepat. Ciuman Enzo turun ke leher Xylona. Dia membuat tanda kepemilikan di sana.

 

 

Kris melepaskan jaket dan kaosnya. Dia melemparkannya ke sembarangan arah kemudian menghampiri Enzo yang Xylona. Dia mengambil ponsel dan merekam adegan itu.

 

 

Enzo menoleh pada Kris. "Apa yang kau lakukan?!"

 

 

"Aku tidak merekam wajahmu, aku hanya merekam tubuhmu dan tubuh dia serta wajahnya," ucap Kris. "Jika dia melawan kita, aku akan menggunakan ini sebagai ancaman."

 

 

Xylona mendorong dada Enzo. Namun, laki-laki itu makin menindihnya membuat Xylona sesak.

 

 

"Seandainya kau tahu, aku selalu membayangkan wajahmu saat aku bermasturbasi. Dan sekarang kau benar-benar berada di bawahku. Aku ingin kau menikmati permainanku, sayangnya kau tidak mau menikmatinya." Enzo menangkup wajah Xylona lalu ******* bibirnya lagi.

 

 

Kris duduk di tepi ranjang lalu menarik BRA Xylona. Tanpa merasa berdosa, dia menggigit dada Xylona. Gadis itu berteriak dengan suaranya yang sudah parau. Tampaknya Enzo akan sampai. Dia berhenti bergerak dan menekan tubuh Xylona. Gadis itu merasakan cairan panas yang yang mengisi rahimnya. Gadis itu menahan perih yang tiada tara.

 

 

Enzo ******* bibir Xylona untuk meredam teriakannya. Dengan tatapan melecehkan, Enzo berkata, "Terima kasih, Xylo. Kau membiarkanku menjadi laki-laki pertama yang menembus tubuhmu."

 

 

Laki-laki itu beranjak dari tubuh Xylona. Dia menepuk bahu Kris yang tampaknya sudah tidak sabar. "Kris, giliranmu. Buat dia menyesal dan memohon padamu."

 

 

Kris tersenyum sinis. Dia melihat darah di sekitar paha Xylona. "Dia masih perawan, kau beruntung sekali, Enzo."

 

 

"Ini ulang tahunku." Enzo tersenyum sambil menegak minuman beralkohol dari botolnya langsung. Dia mengambil ponselnya lalu mulai merekam sambil merokok.

 

 

Kris mengambil posisi. Xylona menahan perut Kris sambil menggeleng. "Jangan, hentikan... sakit."

 

 

"Sakit?" Kris memasang ekspresi sedih. "Aku sudah menyuruhmu agar menikmatinya, Xylona."

 

 

Xylona menggeleng. "Jangan, kumohon hentikan, rasanya sakit."

 

 

Enzo dan Kris tertawa. Kris menoleh pada Enzo. "Kau dengar? Dia memohon."

 

 

Enzo tertawa sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya. "Teruslah memohon, kami tidak akan mendengarkanmu sampai kami puas menikmati tubuhmu."

 

 

Kris melakukannya tanpa aba-aba. Xylona berteriak lagi, bahkan lebih kencang. Tangannya meremas sprei. Kris menyingkirkan rambut dari wajah Xylona kemudian dia bergerak cepat. Kris ******* bibir gadis itu dengan kasar agar berhenti berteriak.

 

 

"Kau bilang kau tidak mau denganku, kau lebih suka Rain. Sekarang kau tidak bisa memilih. Aku yang menentukan." Kris menjamah tubuh indah Xylona. Enzo masih memantau lewat kamera ponselnya.

 

 

Sementara itu, Myessa, Lolita, dan Viani berada di ruang keluarga. Mereka tampak cemas. Apalagi suara Xylona sudah tidak terdengar lagi.

 

 

"Apa yang mereka lakukan? Kenapa Xylona berhenti berteriak?" Tanya Viani cemas.

 

 

"Kita harus memeriksanya." Lolita beranjak dari kursi.

 

 

Drug, drug, drug, drug.

 

 

Mereka bertiga tersentak mendengar suara gedoran di pintu dapur. "Suara apa itu?"

 

 

Gedoran di pintu dapur semakin kencang. Lolita segera menghubungi Enzo.

 

 

Saat merekam Kris dan Xylona, panggilan masuk ke ponsel Enzo. Laki-laki itu segera mengangkatnya. "Ada apa, Lolita?"

 

 

"Sepertinya ada seseorang di dapur. Dari tadi orang itu menggedor pintu dapur," kata Lolita dari seberang sana.

 

 

Kris mendesah panjang mengakhiri puncaknya. Dia terkulai lemas di atas tubuh Xylona yang setengah sadar.

 

 

Enzo tampak berpikir. "Bukankah sedari tadi hanya ada Xylona di rumah ini? Siapa orang di dapur?"

 

 

"Aku tidak tahu. Apa kalian sudah... sudah...."

 

 

"Kami sudah melakukannya," potong Enzo.

 

 

"Kita harus membunuh Xylona dan segera pulang."

 

 

"Apa kau bilang?!" Enzo terkejut dengan niat Lolita.

 

 

Tiba-tiba Viani merebut ponsel Lolita. "Enzo, tolong buka pintu kamar yang kalian pakai, kami mau masuk! Kami takut!"

 

 

Enzo melemparkan jaket pada Kris. "Pakai bajumu, mereka mau masuk."

 

 

Kris bangkit dan memakai bajunya dengan malas. "Mengganggu saja, aku baru sekali."

 

 

Enzo melihat sekelebat bayangan di jendela kamar. Sepertinya ada seseorang di luar yang mengintip mereka.

 

 

👓👓👓

 

 

22.18 | 20 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

Terpopuler

Comments

atmaranii

atmaranii

lah ko telat

2022-08-27

0

Budhe Tuty Martha

Budhe Tuty Martha

Aku kok tidak kasihan melihat Xylona diperkosa. Habis dia ceroboh banget, main buka pintu aja. Tidak dinitip dulu siapa tamunya. Sudah gitu cara menghadapinya tidak bisa bertindak hanya mulutnya saja yg ber koar² 🙄

2022-03-27

0

Nurhalimah Al Dwii Pratama

Nurhalimah Al Dwii Pratama

telat udh d prkosa datang

2021-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!