H22A - 12 - PARTY

👓👓👓

 

 

_I really dont care about what anyone think of me every time and every where. I am who i am\, i don’t live to please you and my life is not from you._

 

 

👓👓👓

 

 

Xylona menatap pantulan dirinya di cermin. Dia membuka 3 kancing teratasnya. Ada memar di dadanya. Sepertinya itu bekas hantaman bola basket tadi di sekolah. Tidak hanya itu. Ada tiga titik berwarna hitam juga, itu adalah bekas sundutan rokok sewaktu dia menjadi saksi di persidangan kasus kematian Kylo.

 

 

** Flashback **

 

 

Xylona kecil melihat leher dan dadanya yang memiliki bekas cakaran, gigitan, dan pukulan. Dia tersenyum sinis lalu mengambil rokok dan menyalakan pemantik. Ketika api membakar ujung rokok tersebut, Xylona menekan ujung rokok yang terbakar itu ke leher dan dadanya. Xylona menggigit bibirnya menahan rasa panas dan sakit itu. Dia membuat 3 tanda sundutan di leher dan dadanya.

 

 

Senyuman sinis terukir di bibir mungilnya. "Meski kalian tidak bisa lama-lama, setidaknya kalian tidak bisa tinggal terlalu sebentar."

 

 

** End Flashback **

 

 

Gadis itu menghempaskan pantatnya ke tempat tidur.

 

 

"Aku tidak mau kehilanganmu untuk yang kedua kalinya. Bagaimana bisa wajahmu sama dengan Kylo?" Gumam Xylona.

 

 

Gadis itu membayangkan wajah sahabat kecilnya, Kylo. Lalu dia membayangkan wajah Erfrain. "Apa mungkin Erfrain adalah reinkarnasi dari Kylo? Ah, tidak mungkin. Apa yang aku pikirkan."

 

 

Kedua pipi gadis itu memerah saat wajah tampan Erfrain melintas di pikirannya. Saat laki-laki itu tidak memakai kacamata dan saat dahinya tidak tertutup poni. Bukankah dia seksi?

 

 

"Aku benci pikiranku." Xylona jadi malu sendiri. "Tapi, bagaimana pun juga aku lebih menyukai Erfrain yang polos dan manis."

 

 

Sementara itu di rumah Erfrain.

 

 

Erfrain menatap pantulan dirinya di depan cermin raksasa di ruang keluarga. Tangannya bergerak menyentuh kacamata yang sore ini dibelikan Xylona. Dia melepaskan kacamata tersebut lalu menyibakkan rambutnya ke belakang.

"Tentu saja aku tampan, kenapa dia lebih menyukaiku yang idiot?" Gumam Erfrain.

 

 

Laki-laki itu mengambil ponselnya kemudian duduk di sofa. Dia menelepon Xylona. Dengan semangat, Erfrain menyapa, "Halo, Xylooo!"

 

 

"Rain? Kau sudah sampai di rumah?"

 

 

"Iya. Xylo, Rain mau bilang terima kasih, karena Xylo membelikan Rain kacamata."

 

 

"Sama-sama, sekarang kita punya kacamata yang sama. Besok kita pakai ke sekolah, ya."

 

 

Erfrain menyandarkan punggungnya ke sofa. "Xylo mau memakainya ke sekolah? Xylo tidak malu?"

 

 

"Kenapa harus malu? Apakah memakai kacamata itu dianggap kejahatan?"

 

 

"Tidak, sih." Erfrain tersenyum.

 

 

"Kau sudah makan?"

 

 

Erfrain tampak berpikir. "Sudah."

 

 

"Kau yakin? Jika sudah, kenapa kau harus berpikir dulu untuk menjawabku? Erfrain, makan yang banyak. Hidup di tempat ini membutuhkan tenaga ekstra."

 

 

"Baiklah, Xylo. Bagaimana dengan Xylo? Xylo sudah makan?"

 

 

"Aku sedang memasak, kakakku belum pulang."

 

 

"Xylo sendirian di rumah?" Tanya Erfrain.

 

 

"Iya, kau mau datang menemaniku? Aku takut, sepertinya ada hantu di rumahku."

 

 

Erfrain memutar bola matanya mendengar ucapan Xylona. "Hantu?"

 

 

"Entahlah, setiap malam selalu ada suara-suara aneh. Itu membuatku paranoid."

 

 

"Sepertinya masakan Xylo sudah matang, selamat makaaaan." Erfrain akan menutup panggilannya, tapi Xylo meminta Erfrain tetap berbicara.

 

 

"Jangan ditutup, temani aku bicara. Aku benar-benar takut," ucap Xylo di seberang sana.

 

 

Kau takut pada hantu, tapi kau tidak takut padaku. Aku bahkan lebih menakutkan dari hantu, batin Erfrain.

 

 

"Baiklah, Rain akan menemani Xylo."

 

 

Sampai jam 11, Erfrain menemani Xylona berbicara di telepon. Erfrain tidak mendengar suara dari seberang sana. Sepertinya Xylona ketiduran.

 

 

"Xylo? Xylo sudah tidur?"

 

 

Tidak ada jawaban.

 

 

Erfrain mengakhiri panggilannya. Beberapa saat laki-laki itu termenung. Dia merasa sunyi setelah panggilannya berakhir.

 

 

Erfrain mendecih. "Apa yang aku pikirkan?"

 

 

👓👓👓

 

 

Perlahan Xylona membuka matanya. Hari sudah pagi. Gadis itu melihat jam di ponselnya yang menunjukkan jam 6 pagi. "Apa semalam aku ketiduran? Erfrain pasti kesal padaku karena aku ketiduran dan tidak mematikan telepon."

 

 

Setelah bersiap-siap, Xylona memakai kacamatanya kemudian mematut di depan cermin. Dia membenarkan rambutnya sebentar kemudian berangkat ke sekolah.

 

 

Sesampainya di sekolah, banyak pasang mata yang melihat padanya, karena penampilan baru Xylona dengan kacamata. Gadis itu tidak terlalu menghiraukan pandangan mereka.

 

 

Xylona duduk di bangkunya. Erfrain sudah ada di sana. Dia segera meminta maaf. "Rain, aku minta maaf, semalam aku ketiduran."

 

 

Rain menatap Xylona yang terlihat begitu imut dengan kacamatanya. Laki-laki itu tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, Rain tidak marah. Xylo tidur nyenyak, kan?"

 

 

Xylona mengangguk. "Iya, aku merasa tenang, karena kau mengajakku bicara di telepon akhirnya aku ketiduran."

 

 

"Oh ya, lain kali boleh aku yang main ke rumahmu?" Tanya Xylona.

 

 

Erfrain terdiam sesaat. Dia tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. "Tentu saja."

 

 

"Xylo cantik sekali dengan kacamata itu," puji Erfrain.

 

 

Xylo tersenyum. "Terima kasih, Rain."

 

 

Tanpa mereka sadari, Enzo memperhatikan mereka sedari tadi di bangku belakang. Kris menghampiri Enzo lalu duduk di samping laki-laki itu.

 

 

"Bagaimana dengan pesta ulang tahunmu?" Tanya Kris.

 

 

Enzo menjawab, "Aku sudah bicara dengan ayahku. Pesta ulang tahunku akan dirayakan di sekolah, karena jika aku merayakan ulang tahunku di rumah, Xylona tidak akan datang."

 

 

Kris mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kau benar juga, ide bagus."

 

 

Bel istirahat berbunyi.

 

 

Xylona dan Erfrain menuju ke kantin. Keduanya melewati lapangan basket. Enzo dan Kris yang berjalan di belakang kedua orang itu memasuki lapangan basket.

 

 

Kris mengambil bola lalu melemparnya ke arah Xylona. Melalui sudut matanya, Erfrain bisa melihat bola basket yang menuju ke arah Xylona. Laki-laki itu berjalan maju sehingga bolanya mengenai kepala Erfrain. Xylona terkejut dan langsung mengusap kepala Erfrain.

 

 

Enzo dan Kris bersama teman-teman lainnya tertawa melihat itu.

 

 

"Rain, mana yang kena? Mana yang sakit?" Xylona menangkup wajah laki-laki itu.

 

 

"Tidak, Rain baik-baik saja." Erfrain tersenyum kaku sambil mengusap kepalanya yang sakit.

 

 

Xylona menatap kesal pada tim basket sekolah yang mentertawakan mereka. Dia menarik tangan Erfrain agar segera pergi dari sana menuju ke kantin.

 

 

"Xylona, kenapa kau mau bersama pecundang itu? Kenapa tidak bersamaku saja?" Goda Kris.

 

 

Xylona berbalik sambil membenarkan kacamatanya. "Terima kasih, tapi aku lebih menyukai Rain dibandingkan dirimu."

 

 

Setelah berkata demikian, Xylona melanjutkan langkahnya sembari menarik lengan Erfrain.

 

 

"Lihat saja, dia akan menyesal dan memohon pada kita," ujar Enzo.

 

 

Sementara itu, Erfrain menatap tangan Xylona yang tidak pernah melepaskan genggamannya dari tangan Erfrain, seolah jika dilepaskan sedikit saja, Erfrain akan menghilang dari muka bumi.

 

 

Kedua mata Erfrain menyendu. Kenapa aku refleks melindunginya? Kenapa tiba-tiba aku ingin menjaganya?

 

 

👓👓👓

 

 

19.59 | 20 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

chimy_pimmy

chimy_pimmy

tanpa rain sadari dia udh jatuh hati sama xylona

2021-07-12

1

Nurhalimah Al Dwii Pratama

Nurhalimah Al Dwii Pratama

udh ada benih cinta rain

2021-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!