H22A - 09

Orang tua Kylo melaporkan kejadian itu pada polisi, mereka tidak terima anaknya dianiaya oleh anak-anak badung itu. Mereka ingin anak-anak itu dihukum seberat-beratnya agar jera.

 

 

Namun, para pelaku masih di bawah umur. Mereka tidak bisa dihukum berat. Hal tersebut membuat orang tua Kylo kecewa.

 

 

Keadaan Kylo membaik setelah beberapa menjalani rawat inap di rumah sakit. Dia sudah bisa masuk sekolah lagi seperti biasa.

 

 

Xylona memeluk Kylo. "Aku tidak mau terjadi hal buruk lagi padamu. Jangan tinggalkan akuu, Kylo."

 

 

Kylo tersenyum sendu.

 

 

Di akhir semester, SD tempat Xylona bersekolah mengadakan wisata ke Puncak. Awalnya Kylo dan Xylona tidak diperbolehkan ikut, tetapi Kylo bersikeras untuk ikut. Sementara Xylona tidak diperbolehkan ikut oleh kakaknya. Alhasil Kylo pergi sendirian.

 

 

Xylona merasa cemas. Dia memohon pada kakaknya agar dia pergi ke Puncak menyusul Kylo, tapi Drystan melarangnya.

 

 

Hingga di satu kesempatan, Xylona kabur dengan taksi dan meminta sopir untuk mengantarnya ke Puncak. Awalnya sopir sedikit ragu, karena Xylona pergi tanpa orang dewasa.

 

 

"Saya mohon, Pak. Teman saya sedang berada dalam bahaya."

 

 

Setelah grasak-grusuk, Xylona tiba di Puncak. Dia mencari anak-anak berseragam kuning yang merupakan seragam tour SD-nya. Dia berlari ke sana kemari dan terus mengedarkan pandangannya. Xylona bertanya pada setiap pengunjung.

 

 

"Kakak, apa Kakak melihat anak-anak SD berseragam kuning?"

 

 

"Iya, mereka menuju ke perbukitan di atas sana. Mungkin mereka ingin melihat kebun bambu yang baru dibuka."

 

 

Perasaan Xylona mulai tidak enak. Gadis kecil itu berlari ke arah yang ditunjukan oleh si pengunjung. Dia melihat ada kacamata yang kacanya pecah. Dia segera mengambilnya dan mengamati kacamata tersebut.

 

 

"Kacamata ini milik Kylo. Dia tidak bisa melihat dengan jelas tanpa kacamatanya." Xylona berlari ke perbukitan. Gadis itu melihat tiga orang anak yang membullynya berada di atas perbukitan bersama Kylo.

 

 

Merasakan gelagat yang tidak baik, Xylona berlari menuju bukti tempat mereka berada. Namun, gadis itu berhenti melangkah saat dia melihat Kylo terjatuh dari bukit. Tubuh mungil itu berguling ke kebun bambu di bawah perbukitan.

 

 

Air mata Xylona lolos. Kacamata Kylo di tangannya jatuh ke tanah. Gadis itu berlari ke perbukitan sana sambil berteriak, "Kalian kenapa melakukan ini?! Kenapa kalian mendorong Kylo?!! Kenapa kalian menyakitinya!!!"

 

 

Polisi melakukan investigasi dan mereka mencari Kylo. Anak laki-laki itu ditemukan dalam kebun bambu dalam keadaan tak bernyawa. Tubuhnya menimpa pohon bambu yang runcing, sehingga dia meninggal kehabisan darah karena itu.

 

 

Orang tua Kylo benar-benar jatuh terpuruk setelah mendengar kabar itu. Mereka kehilangan satu-satunya anak mereka. Apalagi hukum tidak bisa ditegakkan untuk anak dibawah umur pelaku pembunuhan. Anak dibawah 12 tahun tidak dapat dipenjara apalagi dihukum mati.

 

 

Karena kejadian itu, Xylona menjadi syok dan dia kehilangan pendengarannya selama beberapa bulan. Sementara Drystan membuat sebuah petisi untuk menuntut pelaku. Dia menargetkan 2 juta tanda tangan persetujuan untuk petisi tersebut.

 

 

Namun di luar dugaan, petisi tersebut mendapatkan perhatian dari publik dan hasilnya petisi tersebut ditandatangani oleh 10 juta orang.

 

 

Sehingga kasus tersebut bisa diajukan ke pengadilan. Xylona dipanggil untuk menjadi saksi. Karena pendengarannya terganggu, dia harus memakai alat pendengar untuk sementara.

 

 

Tidak banyak saksi persidangan yang hadir, hanya pihak keluarga dari yang bersangkutan yang datang, karena sidang tersebut merupakan sidang tertutup mengingat korban dan pelaku adalah anak-anak di bawah umur. Selaku pembuat petisi dan saudara saksi, Drystan hadir. Mereka saling berbisik dan menebak-nebak putusan hakim.

 

 

Hakim menanyakan kesaksian Xylona. Sesaat gadis itu menatap tiga orang anak laki-laki yang sudah menyakitinya dan Kylo. Ketiganya tiga memakai topeng untuk menyembunyikan identitas masing-masing, karena mereka masih di bawah umur.

 

 

Meskipun memakai topeng, Xylona tentu mengenal mereka. Dia memendam perasaan marah dan benci pada mereka selama ini. Banyak hal yang berkecamuk di kepalanya.

 

 

Xylona membatin, Kylo, maafkan aku... selama ini kau yang selalu melindungiku. Aku tidak pernah sekalipun melindungimu. Maafkan aku, Kylo.

 

 

Gadis kecil itu meminta agar topeng dilepaskan dari wajah mereka bertiga. Kini wajah mereka terekspos. Tampak rasa takut, cemas, khawatir, dan panik di wajah mereka.

 

 

Sekali lagi hakim menanyakan pertanyaan yang sama pada Xylona. Gadis itu mengangguk sambil menjawab, "Aku melihatnya. Mereka mendorong Kylo sampai jatuh berguling-guling ke kebun bambu."

 

 

"Apa kau yakin? Siapa dari mereka yang mendorong korban?" Tanya pengacara dari pihak terpidana.

 

 

"Mereka bertiga. Mereka melakukannya bersamaan. Mendorong Kylo yang malang karena mereka membenci Kylo. Tidak hanya itu, mereka bertiga juga menyakiti kami di sekolah. Meminta uang jajan kami, padahal mereka bilang mereka anak pengusaha kaya..."

 

 

Mendengar pengakuan Xylona, orang tua dari ketiga itu terkejut dan tidak terima. Mereka memprotes kesaksian Xylona.

 

 

Gadis kecil itu melanjutkan, "Anak-anak itu menyakiti kami yang lemah. Mereka memukul kami, menyuruh-nyuruh kami, memeras kami, dan... melecehkan kami."

 

 

"Itu tidak mungkin, anakku tidak mungkin seperti itu. Dia melebih-lebihkan masalah ini!" Teriak ibu dari salah satu anak itu.

 

 

"Harap tenang, jangan membuat kebisingan, atau Anda keluar dari ruangan ini." Hakim kembali beralih pada Xylona. "Apa Anda punya bukti dari ucapan Anda?"

 

 

Xylona menunduk. Gadis itu membuka 2 kancing kemejanya yang paling dan menurunkannya sedikit. Ada banyak bekas cakaran, bekas sundutan rokok, bekas pukulan tangan, dan bekas gigitan.

 

 

Drystan yang melihat itu sangat terkejut. Dia tidak tahu tentang itu. Apa Xylona menyembunyikannya selama ini?

 

 

Hadirin yang juga melihat itu tampak terkaget-kaget. Mereka saling berbisik. Ruangan persidangan menjadi gaduh.

 

 

Hakim mengetuk-ngetuk meja dengan palu agar hadirin berhenti membuat keributan. Xylona menangis lalu segera mengancingkan kembali kemejanya.

 

 

Sidang kedua dilanjutkan dan hakim memutuskan pengadilan akan memberikan hukuman pada pelaku yaitu hukuman penjara selama 5 tahun.

 

 

Putusan hakim membuat banyak orang kecewa. Meskipun mereka bertiga adalah anak-anak, tapi apa yang mereka lakukan itu sudah seperti kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa.

 

 

Xylona menangis di depan makam Kylo. Drystan mengusap bahu adiknya. "Xylo, Kakak tahu kau sangat menyayangi sahabatmu, tapi bagaimana bisa kau berbohong sebanyak itu? Kenapa kau berbohong? Siapa yang mengajarimu berbohong?"

 

 

Xylona menunduk. "Mereka sudah melewati batas."

 

 

"Xylona, Kakak tidak percaya kau bisa berbohong di usiamu yang masih 9 tahun ini." Drystan tampak kecewa.

 

 

Xylona menjawab dengan tenang, "Kebohonganku tidak lebih buruk dari membunuh orang lain di usia seperti mereka. Meskipun anak kecil, belum tentu mereka sepolos itu. Bisa jadi anak-anak menjadi dewasa lebih cepat dari usianya."

 

 

Drystan mengusap kasar rambutnya sendiri. "Tetap saja kesaksian palsumu di pengadilan tidak bisa dibenarkan, Xylona."

 

 

Dengan tenang, Xylona berujar, "Yang seperti itu tidak bisa dibiarkan. Jika kita terus diam, mereka akan semakin menjadi-jadi."

 

 

Drystan menutup matanya. "Sepertinya kau dewasa terlalu cepat, Xylo."

 

 

Berakhirlah percakapan itu.

 

 

Karena insiden yang menimpa Kylo, tingkat pembullyan di negara itu semakin lama semakin menurun. Setelah lulus SMA, Drystan mengambil akademi kepolisian. Sebagai seorang kakak, dia ingin melindungi adiknya.

 

 

** End Flashback **

 

 

Erfrain mengedipkan matanya beberapa kali setelah Drystan selesai dengan ceritanya.

 

 

"Kenapa Kakak menceritakan ini pada Rain? Bukankah ini rahasia? Apa Kakak percaya pada Rain?" Tanya Erfrain.

 

 

Drystan tersenyum. "Tentu saja aku percaya padamu, Xylona tidak akan pernah salah memilih teman. Melihatnya bersamamu, dia tampak bahagia sama saat dia bersama Kylo dulu. Senyuman Xylona yang tidak pernah terlihat sejak lama, sekarang muncul lagi saat bersamamu."

 

 

Erfrain tidak memberikan tanggapan. Dia hanya mendengarkan.

 

 

"Aku harap kau mau menjadi teman baiknya Xylona."

 

 

Sekarang aku mengerti, kenapa gadis itu peduli padaku. Dia tidak tulus padaku, dia menganggapku seperti temannya yang sudah mati. Dia tidak menganggapku sebagai diriku sendiri. Yang dia lihat dariku adalah Kylo, karena aku mirip dengan anak laki-laki itu, batin Erfrain.

 

 

"Kau tinggal di mana?"

 

 

Pertanyaan Drystan membuat Erfrain panik dalam diam.

 

 

👓👓👓

 

 

22.38 | 18 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

Terpopuler

Comments

Budhe Tuty Martha

Budhe Tuty Martha

Sikap Rain benar² misterius. Selalu curiga dan berpikiran negatif

2022-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!