H22A - 08

Keesokan harinya.

 

 

Enzo, Kris, Lolita, Viani, dan Myessa turun dari mobil. Sebuah mobil melaju dan melindas genangan air kotor di tempat parkir hingga terciprat pada mereka.

 

 

"Sialan! Apa-apaan ini?!"

 

 

"Berani sekali!"

 

 

Kaca mobil tersebut turun. Terlihat Xylona di dalam mobil membuka kacamata hitamnya. Dia tersenyum manis. "Mandi dulu, anak kampung biasanya mandi di kali, kan?"

 

 

Lolita dan Myessa terlihat kesal. Mereka ingin menghajar Xylona, tapi ditahan Kris dan Enzo.

 

 

Xylona keluar dari mobilnya kemudian berlalu ke kelas dengan ekspresi puas. "Gaya mereka membuatku muak."

 

 

Selama di sekolah, Xylona menyaksikan teman-temannya di-bully. Tangannya gatal ingin membantu, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Xylona hanya bisa melindungi Erfrain.

 

 

Malam harinya, Drystan sibuk dengan laptopnya. Xylona datang menghampiri kakaknya.

 

 

"Kak."

 

 

"Hm?"

 

 

"Kakak besok pagi tolong buatkan 2 kotak bekal makanan, ya."

 

 

Drystan mendongkak menatap adiknya. "Ada apa?"

 

 

"Aku mau makan siang bersama Rain. Aku sudah berjanji akan memasak makanan lezat untuk makan siang," rengek Xylona.

 

 

"Kau juga bisa masak, kenapa merepotkanku? Kau yang membuat janji, kenapa aku yang harus menepati?" Gerutu Drystan.

 

 

"Kak Dry, tidak ada masakan yang lebih lezat dari masakanmu," bujuk Xylona.

 

 

"Merepotkan saja."

 

 

Xylona memeluk kakaknya. "Tapi, Kakak bersedia, kan, kan, kan?"

 

 

"Iya, iya."

 

 

"Ye!! Love you, brother!" Xylona mengecup pipi Drystan.

 

 

"Ih, geli! Jangan sampai kau melakukan ini dengan si Rain." Drystan mendelik adiknya.

 

 

"Aku tidak seperti itu!" Xylona mencubit pipi kakaknya kemudian berlalu.

 

 

Keesokan harinya di SMA AMRITA pada jam istirahat.

 

 

Xylona dan Erfrain makan siang di kelas. Mereka menyantap makanan bekal buatan Drystan berupa nasi goreng dengan sosis dan nugget. Dilengkapi dengan sayuran.

 

 

"Masakan Xylo lezat sekali," puji Erfrain.

 

 

Xylona tersenyum. Terimakasih, Kakakku! Rain menyukainya.

 

 

Sepulang sekolah, Xylona mengajak Erfrain bermain ke rumahnya, kebetulan Drystan ada di rumah.

 

 

"Kakak, aku pulaaaang!" Xylona tampak semangat. Dia menggenggam tangan Rain dengan erat.

 

 

Erfrain menatap ke sekeliling rumah Xylona. Drystan melihat adiknya yang menempel pada laki-laki berbadan besar dan agak bongkok berkacamata bulat. Rambut berponi menutupi dahi dan nyaris menutupi matanya.

 

 

"Rain, itu kakakku." Xylona menarik Rain agar masuk.

 

 

"Selamat sore, Kak," sapa Rain dengan kepala tertunduk.

 

 

"Hai, Rain. Santai saja, aku tidak akan menggigitmu." Drystan menepuk bahu Rain.

 

 

"Rain itu pemalu, Kak."

 

 

"Ayo, masuk. Kakak sudah menyiapkan makanan." Drystan merangkul kedua orang itu agar masuk.

 

 

Mereka pun makan bersama. Xylona yang cerewet terus menceritakan banyak hal membuat Erfrain dan Drystan tertawa mendengarnya.

 

 

Setelah selesai makan, Xylona pergi mandi meninggalkan Erfrain dan Drystan. Kedua mata Erfrain berhenti di satu titik. Sebuah foto pria berseragam polisi di ruang tengah. Itu menjadi perhatiannya. Ekspresinya berubah dingin.

 

 

Melihat arah tatapan Erfrain, Drystan menjelaskan, "Itu fotoku 4 tahun lalu saat aku dinyatakan sebagai seorang polisi."

 

 

Erfrain segera menunjukkan senyuman kagum dia bertepuk tangan. "Waaah, Kakak sangat kereeen."

 

 

Drystan menepuk bahu Erfrain membuat laki-laki itu tersentak dan semakin menunduk. "Jika ada yang berbuat jahat padamu, bilang padaku."

 

 

Erfrain mengangguk pelan.

 

 

"Apa ada seseorang yang melukaimu selama ini? Ceritakanlah padaku," ucap Drystan.

 

 

Dengan takut, Erfrain menjawab, "Bukan hanya Rain, mereka juga menyakiti murid lemah lainnya, terutama perempuan."

 

 

Tentu saja Drystan emosi mendengarnya.

 

 

Sambil menangis ketakutan, Rain menjelaskan, "Memukul, menendang, menjambak, menyuruh kami melakukan hal aneh, dan mereka memperkosa perempuan."

 

 

Deg!

 

 

Drystan sangat marah mendengar itu, dia juga punya adik perempuan. Dia akan sangat murka jika seseorang melukai adiknya.

 

 

"Sepertinya aku harus mengusut kasus ini," gumam Drystan.

 

 

Erfrain segera memegang tangan Drystan. "Ja-Jangan bilang pada mereka, kalau Rain yang bilang pada Kakak."

 

 

Drystan menangkup wajah Erfrain. "Jangan takut, Kakak akan melindungimu."

 

 

Kedua mata Erfrain tampak berbinar. Drystan tersenyum hangat. "Kau benar-benar mirip dengannya."

 

 

Kedua alis Erfrain mengernyit. "Mirip siapa?"

 

 

"Temannya Xylo. Namanya Kylo."

 

 

Erfrain tampak berpikir. Seseorang yang mirip denganku? Teman Xylo?

 

 

"Aku mengerti, kenapa Xylo begitu menyayangimu. Selain manis, kau juga baik seperti Xylo." Drystan mencubit pipi Erfrain.

 

 

"Be-Benarkah? Lalu... apa yang terjadi pada Kylo?"

 

 

** Flashback **

 

 

Terlihat dua anak kecil berjalan sambil bergandengan tangan. Yang satu adalah Xylona kecil. Dia tampak manis dengan poni tipis menutupi dahinya. Yang satunya adalah Kylo, anak laki-laki imut berkacamata.

 

 

"Xylo, tenang saja, aku akan melindungimu." Kylo memeluk erat Xylona.

 

 

Kylo menyayangi Xylona, karena gadis itu tidak memiliki orang tua, sementara dirinya masih memiliki orang tua yang lengkap. Selain itu, banyak yang tidak suka pada Xylona, karena Xylona dianggap sebagai anak kecil yang jelek di usianya.

 

 

Sementara Kylo terlahir berbeda. Dia berbadan kecil dan kurus jika dibandingkan dengan anak-anak seumurannya. Dia menjadi bahan bully-an. Begitu pun dengan Xylona. Gadis kecil yang tidak punya orang tua itu sering diledek teman-temannya.

 

 

Kylo dan Xylona saling menyayangi. Mereka juga saling melindungi satu sama lain.

 

 

Suatu hari, Xylona kecil diganggu teman-teman sekolahnya. Mereka menjambak rambut Xylona.

 

 

"Kenapa kau tidak mati saja, anak jelek. Ikut saja dengan orang tuamu!"

 

 

Xylona menangis kesakitan. Dia minta tolong. Kylo yang melihat itu marah. Dia berkelahi dengan anak-anak yang memiliki tubuh lebih besar darinya itu.

 

 

"Apa lagi dengan anak ini?!"

 

 

"Kalian beraninya menyakiti perempuan! Dasar tidak punya malu!"

 

 

Kylo berkali-kali mendapatkan pukulan dari anak-anak itu. Tubuhnya terhuyung, tapi dia masih melawan.

 

 

Xylona menangis ketakutan dan terus minta tolong. Untungnya ada dua orang ibu-ibu yang lewat. Mereka menolong Kylo dan meneriaki anak-anak yang menghajarnya, namun mereka kabur.

 

 

Kylo yang sudah babak belur dibawa ke rumah sakit. Orang tuanya sangat mengkhawatirkan Kylo dan mengabaikan Xylona. Drystan yang masih siswa SMA datang ke rumah sakit. Dia tampak khawatir.

 

 

"Xylo?" Drystan memeluk adiknya yang menangis dalam pelukannya. Dia bertanya, "Bagaimana keadaan Kylo?"

 

 

Xylona menggeleng sambil menangis.

 

 

Drystan sangat marah. Ingin sekali dia menghajar balik anak-anak itu.

 

 

👓👓👓

 

 

06.54 | 19 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

heaven

heaven

🤣 skakmat ga tuhhh🤣🤣🤣🤣👊

2022-08-27

0

Nurhalimah Al Dwii Pratama

Nurhalimah Al Dwii Pratama

smoga rain gx salah angka kk'y xylo dah crita itu

2021-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!