H22A - 11

Tanpa diduga, Xylona bisa bermain basket dengan gesit. Beberapa kali dia memasukkan bola ke ring. Kris dan Enzo saling pandang. Mereka tampaknya merencanakan sesuatu.

 

 

Myessa dan Viani berdiri di sisi lapangan. Mereka berpangku tangan sambil tersenyum sinis, sementara Lolita duduk cemas di bangku suporter.

 

 

Erfrain menautkan alisnya. Tampaknya dia tahu rencana Kris dan Enzo. Laki-laki itu membatin, kita lihat, sampai kapan mereka ingin membuat gadis itu menyerah. Xylona, kau benar-benar gadis yang keras kepala. Tidak ada gunanya melindungiku, Xylona. Aku bukan Kylo, aku tidak membutuhkan perlindunganmu, dan aku tidak akan mati.

 

 

Lama-lama permainan basket menjadi semakin memanas. Xylona bahkan tidak bisa merebut bola. Beberapa dari mereka sengaja menyenggol tubuh gadis itu. Enzo dan Kris tersenyum penuh kemenangan. Xylona terpundur beberapa langkah saat ada tangan jahat yang menyentuh dada dan pantatnya. Entah disengaja atau tidak. Namun, itu sudah melewati batas. Itu bentuk pelecehan.

 

 

"Kau tidak mau menyelesaikan permainan ini?" Kris memprovokasi Xylona.

 

 

Tidak ada jawaban dari gadis itu. Namun, Kris melempar bola basket pada Xylona. Karena belum siap menangkap bola, bolanya menghantam dada Xylona. Gadis itu terpundur sambil memegang dadanya yang sesak.

 

 

Enzo menepuk bahu Kris. "Kau berlebihan, nanti dia menangis dan melaporkannya pada polisi, bukankah kakaknya seorang polisi?"

 

 

"Benarkah?" Kris berpura-pura tidak tahu dan memasang ekspresi terkejut. "Pasti kinerja kakaknya di kota sangat buruk, sehingga dia dipindahkan ke kampung."

 

 

"Huuuh." Anak-anak yang lain menyoraki.

 

 

Xylona mendecih, dia mengangkat wajahnya. "Kenapa kakakku dipindahkan ke kampung? Karena dia ditugaskan untuk meluruskan sikap-sikap melenceng orang pelosok yang buta etika seperti kalian."

 

 

Erfrain tersenyum mendengar ucapan Xylona. Dia berdiri lalu segera memasang ekspresi bodoh dan menarik tangan Xylona. "Xylo, Xylo, kita ke kelas saja."

 

 

Xylona menurut dan ikut bersama Erfrain ke kelas.

 

 

"Euh, gadis itu membuatku muak! Mentang-mentang dia anak kota, itulah sebabnya aku tidak pernah suka dengan orang kota. Gayanya selangit, padahal tidak ada apa-apanya."

 

 

"Xylo, pasti tadi sakit, kan?" Tanya Erfrain.

 

 

Xylona menoleh pada sahabatnya. "Aku tidak bisa membiarkanmu diperlakukan seperti itu. Seenaknya mereka melempari kepalamu dengan bola. Ingin sekali aku membenturkan kepala mereka semua ke tembok."

 

 

Owh, itu ide yang bagus, tapi sedikit kejam, pikir Erfrain.

 

 

Tiba-tiba Xylona mengusap kepalanya. Erfrain terkejut. Dia memasang ekspresi kesakitan. Itu membuat Xylona semakin cemas. Dengan kasar, gadis itu menarik kepala Erfrain membuat Erfrain semakin kesakitan.

 

 

"Apa sakit sekali? Kemari aku mau melihat kepalamu!" Xylona menelisik rambut Erfrain. Dia melihat kepala Erfrain sedikit berdarah.

 

 

"Ya ampun, kepalamu berdarah."

 

 

"Sakit, Xylo," gerutu Erfrain.

 

 

Dengan lembut, Xylona meniup luka di kepala Erfrain. "Adikku yang malang," goda Xylona.

 

 

Erfrain terkekeh. Dia menggenggam tangan Xylona di kepalanya. "Kenapa Xylo menganggap Rain adik? Rain sudah besar dan seumuran Xylona."

 

 

Xylona terkekeh. "Bagiku kau terlihat seperti bayi besar yang manis, Rain."

 

 

Erfrain tersenyum dengan pipi memerah. Dia mendongkak menatap Xylona sambil membuka kacamatanya yang rusak. "Tadi mereka juga melempar bola ke wajahku. Apa wajahku tidak apa-apa?"

 

 

Xylona memeriksa wajah Erfrain. Sesaat laki-laki itu memperlihatkan ekspresi tampannya. Dia juga mengusap rambutnya ke belakang membuat dahinya terekpos. Kedua pipi Xylona memerah. Dia merapikan poni Erfrain seperti semula kemudian memakaikan kembali kacamatanya.

 

 

"Wajahmu baik-baik saja."

 

 

Kenapa dia tidak menyukai aku yang tampan? Apa dia tidak suka pria? Kenapa aku tidak bisa membaca pikirannya?

 

 

Sepulang sekolah, Xylona membawa Erfrain pergi ke Optik Amrita.

 

 

"Xylo, kita mau apa kemari?" Erfrain merengek mengajak Xylona pulang saja.

 

 

"Kau harus membeli kacamata baru, kau tidak bisa menggunakan kacamata lamamu," gerutu Xylona.

 

 

"Tapi...."

 

 

"Jangan membantah."

 

 

"Xylo, Rain tidak punya uang."

 

 

Xylona menekan kedua bahu Erfrain agar duduk di kursi dan memilih kacamata yang dia inginkan di etalase. "Pilih saja yang kau suka."

 

 

"Xylo."

 

 

"Rain."

 

 

Pemilik optik tersenyum melihat tingkah mereka. "Kalian kembar, ya? Manis sekali."

 

 

Xylona terkekeh. Dia memeluk Erfrain dari belakang. "Dia adikku yang paling nakal."

 

 

Erfrain terbatuk-batuk, karena Xylona memeluknya dengan erat. Gadis itu menepuk bahu Erfrain. "Cepat."

 

 

Erfrain memilih salah satu kacamata yang modelnya tidak jauh berbeda dengan kacamata lamanya. Xylona memeriksa kacamata itu. "Rain, sebaiknya kau diperiksa dulu, apakah minus matamu masih sama atau berkurang atau bertambah."

 

 

Setelah diperiksa, Xylona berbicara pada pada pemilik optik, "Kakak, apakah kacamatanya bisa diambil sekarang? Adikku tidak bisa melihat dengan jelas, sedangkan kacamata lamanya rusak."

 

 

"Bisa, aku akan memasang dulu kacanya."

 

 

Erfrain dan Xylona menunggu.

 

 

"Aku tidak mengira kacanya bisa dipasang dadakan," ucap Xylona.

 

 

Setelah menunggu beberapa menit, kacamata Erfrain siap dipakai. Xylona melihat Erfrain memakai kacamata barunya. Sangat cocok.

 

 

"Kakak, apakah kacamata model begini ada lagi? Aku mau satu lagi," kata Xylona.

 

 

"Ada."

 

 

Erfrain menatap Xylona. Gadis itu memakai kacamata serupa dengan Erfrain, bedanya kacamata milik Xylona bukan minus. Gadis itu tampak imut dengan kacamata tersebut.

 

 

"Jadi, semuanya berapa?"

 

 

Setelah melakukan pembayaran, Erfrain tidak berhenti menatap Xylona. "Xylo terlihat manis dengan kacamata itu."

 

 

Dengan menirukan nada bicara Erfrain, Xylona menjawab, "Xylo mau memakai kacamata seperti Rain, agar Rain tidak sendirian."

 

 

Keduanya tertawa.

 

 

Apakah ini ketulusan? Apakah ini yang membuatku tidak bisa membaca pikirannya?

 

 

👓👓👓

 

 

16.39 | 19 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

Terpopuler

Comments

Budhe Tuty Martha

Budhe Tuty Martha

Ooo jadi Rain ini bisa membaca pikiran orang 🤔
Dan Xylona.... kamu itu lucu. Ingin melindungi Rain dari gerombolonnya Enzo, tp kamu sendiri tidak bisa melindungi dirimu dari mereka 🙄

2022-03-26

0

Nurhalimah Al Dwii Pratama

Nurhalimah Al Dwii Pratama

suka smoga jodoh

2021-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!