H22A - 17

Xylona membaca kesaksian siswa, warga, dan guru yang sudah dikumpulkan Drystan selama penyelidikan.

 

 

Drystan bersuara, "Aku bingung, kenapa kesaksian mereka semua berbeda. Sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu. Jika mereka tidak bisa bekerja sama dengan polisi, penyelidikan ini tidak akan membuahkan hasil. Kami hanya bisa mengandalkan sedikit bukti yang ada di TKP. Itu sama sekali tidak membantu."

 

 

Xylona mengangguk mengerti. "Aku mendapat beberapa informasi dari teman-teman di SMA yang mana mereka adalah warga asli Desa Amrita. Aku menyimpulkan, korban selalu ditemukan di hari ke-22  setiap bulan, korbannya selalu berasal dari SMA AMRITA, sebelumnya juga terjadi kasus yang sama bahkan jauh sebelum SMA ini berdiri. Sudah dipastikan jika ini adalah pembunuhan berantai, artinya orang yang membunuh korban adalah orang yang sama jika dilihat dari cara pembunuhannya."

 

 

Drystan mengangguk-anggukkan kepalanya mendengarkan opini adiknya.

 

 

Xylona melanjutkan, "Ada juga yang bilang, pembunuhan di tanggal 22 ini sudah terjadi sejak dulu, sebelum Desa Amrita berdiri. Tapi, Desa Amrita berdiri sejak 69 tahun yang lalu. Pembunuhnya berarti sudah cukup tua untuk membunuh. Anggap saja dia membunuh di usia 20 tahun. Dan 20+69=89 tahun. Apa yang bisa dilakukan oleh orang tua berusia 89 tahun?"

 

 

Drystan menambahkan, "Dan yang membuatku heran adalah, bagaimana mungkin orang itu tidak tertangkap selama hampir 90 tahun berlalu. Aku pikir, kasus lama mungkin tidak bisa dipecahkan karena alat-alat di masa itu tidak secanggih sekarang. Tapi, bagi polisi modern pun kasus ini sulit dipecahkan, karena tidak ada sidik jari, tidak ada senjata pembunuhan, dan tidak ada DNA yang ditemukan di tangan korban yang kami temukan. Baiklah, anggap saja pembunuhnya adalah pembunuh ahli, tapi sepintar apa pun manusia, setidaknya dia pernah ceroboh dengan meninggalkan jejak. Ini sama sekali tidak ada. Bukankah itu aneh?"

 

 

Xylona tampak berpikir. "Apa Kakak sudah menemukan motif pembunuhannya?"

 

 

Drystan membaca berkas lama, "Dari data yang Kakak dapatkan di kasus lama, pembunuh mengincar seseorang yang bertindak semena-mena. Dan entah mengapa, itu terjadi setiap tanggal 22. Orang-orang berpikir jika ada yang menumbalkan manusia di tanggal itu. Oleh sebab itu, banyak orang yang bersembunyi setiap tanggal 22. Mereka menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Tapi, tetap saja ada korban yang berjatuhan."

 

 

Sejenak Drystan menghela napas, lalu dia kembali membaca berkasnya, "Pembunuhan ini terjadi sejak lama. Banyak orang yang hilang, dan warga menemukan potongan tangan di berbagai tempat dengan cincin di jari tengah mereka. Tapi, korban yang teridentifikasi dan dilaporkan ke kantor polisi dimulai sejak tahun 1970, karena kantor polisi baru dibangun di Desa ini pada 1969. Korbannya adalah kepala Desa ke-3 yang baru diangkat selama 8 minggu. Potongan tangannya ditemukan di sumur tempat warga mengambil air. Ada cincin di jari tengahnya. Semasa berkuasa, dia memang dikenal suka mencuri uang masyarakat. Selain itu, dia juga suka berpoligami. Masalahnya yang dia jadikan istri adalah gadis-gadis di bawah umur."

 

 

Xylona mencerna berkas yang dibacakan kakaknya. "Apa tubuhnya tidak ditemukan?"

 

 

Drystan menggeleng. "Hanya potongan tangannya yang ditemukan sampai sekarang. Tidak ada yang tahu di mana pembunuh menyembunyikan tubuh korban."

 

 

"Zaman dulu, bagaimana cara mengidentifikasikan mayat dengan memeriksa potongan tangannya?" Tanya Xylona.

 

 

"Aku tidak tahu pasti, tapi karena setiap tanggal 22 ada orang yang hilang, warga akan berasumsi jika potongan tangan yang ditemukan adalah tangan milik korban."

 

 

"Kasus selanjutnya pada 1976. Di tahun ini, muncul korban di tiap bulannya. Dan di mulai dsri tahun 1976 inilah tanggal 22 dianggap tanggal kematian. Tanggal 22 Februari 1976, korbannya seorang janda yang pelit. Dia pernah membunuh pelayannya karena ketahuan mencuri. Kemudian pada 22 Maret 1976, korbannya adalah seorang mantri kesehatan yang melakukan pelecehan seksual pada pasiennya. Di tahun yang sama bulan berikutnya adalah seorang ibu rumah tangga yang suka merebut suami orang. Dari semua kasus, selalu ditemukan cincin di jari tengah tangan korban. Selanjutnya...."

 

 

Xylona serius mendengarkan. Sampai di mana Drystan memasuki tahun di mana SMA AMRITA dibuka. Gadis itu semakin tertarik mendengarkan.

 

 

".... Tahun 1989, SMA AMRITA dibuka. Sejak saat itu, korbannya berasal dari SMA tersebut. Karena korbannya dari SMA AMRITA, warga mulai beropini, kalau SMA AMRITA menumbalkan siswanya untuk kepentingan pembangunan. Entahlah, aku tidak mengerti di bagian itu. Korban pertama dari SMA AMRITA adalah seorang ketua OSIS yang suka mem-bully anak-anak baru. Saat Masa Orientasi Siswa, ketua OSIS ini membuat peraturan-peraturan aneh yang merugikan para siswa baru. Dia menciptakan sebuah permainan yang berbahaya dan menelan banyak korban. Siswa-siswa yang memainkan permainan ini kehilangan mata mereka."

 

 

Xylona merasa ngeri mendengar cerita itu. "Permainan macam apa itu?"

 

 

Drystan terdiam sejenak dan membaca ulang berkas tersebut. "Tidak dituliskan permainan jenis apa yang mereka lakukan, karena pihak sekolah menutup kasus ini dengan menyuap kepolisian. Keesokan harinya, potongan tangan si ketua OSIS ditemukan menggantung di tiang bendera. Dan Kepala Sekolah yang menutup kasus itu dengan suap menghilang pada tanggal 22 di bulan berikutnya. Lalu potongan tangannya ditemukan di meja kantornya. Lalu pada bulan berikutnya, ditemukan potongan tangan di gerbang kantor polisi. Setelah ditelisik, ternyata ada salah satu polisi yang menghilang. Dia adalah polisi yang mendapatkan suap dari kepala sekolah untuk menutupi kasus pertama."

 

 

Xylona bergidik ngeri mendengar semua kasus itu. Drystan terus membaca kasusnya sampai di tahun 2020. Kasus terakhir yang dia tangani untuk pertama kalinya di Desa Amrita.

 

 

"Tanggal 22 September 2020, seorang siswa SMA Amrita menghilang saat keluar dari rumah untuk membeli rokok ke warung. Keesokan harinya, potongan tangan korban ditemukan di pesawahan oleh para petani. Setelah diotopsi, potongan tangan itu cocok dengan DNA siswa yang hilang itu. Namun, tidak ada petunjuk apa pun yang bisa ditemukan dari potongan tangan tersebut. Seperti biasa, ada cincin di jari tengah potongan tangan itu. Ketika diperiksa, tidak ada sesuatu yang ditemukan di cincin tersebut selain DNA korban. Aku mencoba meminta ahli untuk mengecek cincin tersebut. Ahli bilang, cincin tersebut adalah cincin emas asli yang berasal dari zaman kerajaan. Biasanya cincin tersebut diberikan pada keluarga dari para penjahat yang dihukum mati sebagai tanda 'kompensasi', mungkin?" Drystan kebingungan.

 

 

Dengan ragu, Xylona menyimpulkan, "Jadi, si pembunuh adalah seseorang yang ingin membuat keadilan sendiri? Karena korbannya adalah orang-orang yang jahat."

 

 

Drystan menghela napas berat. "Sepertinya Setan juga akan kebingungan dengan kasus ini. Tapi, apa pun alasannya, membunuh itu tetap perbuatan yang salah. Si pembunuh harus segera ditemukan dan dihukum."

 

 

👓👓👓

 

 

20.04 | 20 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!