H22A - 02

Erfrain sudah berada di kelas. Ada bekas saus di seragamnya. Beberapa siswa melihat padanya sambil menahan tawa.

 

 

Bu Selvi masuk bersama seorang siswi baru yang mengenakan seragam asing. Para murid di ruang kelas 11-B segera duduk rapi.

 

 

Erfrain mendongkak menatap Xylona yang juga sedang menatap ke arahnya.

 

 

"Kenapa dua bangku itu kosong? Apa ada yang tidak masuk?" Tanya Bu Selvi. Pandangan Xylona teralihkan setelah Bu Selvi bersuara.

 

 

"Biasa, Bu... Rika dan Giselle ke kantin," jawab Viani, gadis cantik berambut sebahu.

 

 

Xylona melirik Bu Selvi.

 

 

"Hhhh, kalian seperti anak kelas 10 saja. Setelah jam kedua selesai pasti berlanjut jam ketiga dan keempat, kalian tidak boleh keluar, karena akan ada guru yang masuk." Baru selesai Bu Selvi bicara, dua orang siswi masuk. Mereka tidak lain adalah Rika dan Giselle.

 

 

Para murid menyoraki mereka.

 

 

Bu Selvi menghela napas berat. Sementara Xylona sedang memahami keadaan di tempat barunya itu.

 

 

Bu Selvi merangkul Xylona. "Oh iya, perkenalkan ini adalah teman baru kalian di kelas ini. Namanya Xylona."

 

 

Xylona tersenyum ramah. "Halo, semuanya. Senang bertemu dengan kalian."

 

 

"Halooo," jawab anak-anak serempak.

 

 

"Sebelumnya Xylona bersekolah di kota, bantu dia beradaptasi di sekolah ini, ya, anak-anak."

 

 

Lolita mengangkat tangannya. "Jadi, kau berasal dari kota? Kudengar tingkat bullying sekolah di kota sangat tinggi."

 

 

Dengan senyuman, Xylona menjawab, "Itu tidak benar. Tingkat bullying di sekolah tidak ditentukan oleh tempat. Entah itu di desa atau di kota, sama saja tergantung ego siswa di sekolah tersebut. Di sekolahku sebelumnya tidak pernah terjadi kasus bullying sekalipun."

 

 

Jawaban Xylona membuat beberapa murid saling pandang. Erfrain tersenyum tipis.

 

 

"Xylona, ada 4 bangku kosong. Kau bisa memilih," ujar Bu Selvi.

 

 

Xylona melihat ekspresi murid-murid yang duduk sendirian. Dia tahu, mereka adalah murid-murid yang dikucilkan di kelas, karena jika tidak, mereka bisa duduk masing-masing berdua tanpa menyisakan bangku kosong.

 

 

Xylona melihat pada Erfrain. Dia melihat Erfrain seperti seorang murid yang istimewa. Sehingga dia memilih duduk bersama laki-laki itu.

 

 

Melihat pilihan Xylona, para murid terheran-heran. Bagaimana bisa gadis cantik itu memilih duduk sebangku dengan laki-laki cupu seperti Erfrain.

 

 

Xylona mengulurkan tangannya pada Erfrain. "Hai, namaku Xylona."

 

 

Erfrain tersentak seperti orang kaget. Dia menoleh ketakutan pada Xylona. "Rain, anak-anak biasa memanggilku dengan nama itu."

 

 

Xylona melihat tangannya yang tidak diterima Erfrain. Namun, dia tersenyum. "Senang bertemu denganmu, Rain."

 

 

Erfrain hanya mengangguk.

 

 

Xylona melihat seragam Erfrain yang sedikit kotor karena makanan yang dilemparkan temannya saat dia menghormat bendera. Gadis itu terlihat iba.

 

 

Setelah pembelajaran di hari itu berakhir, Xylona dijemput Drystan yang kebetulan sudah menunggunya dari tadi.

 

 

"Bagaimana hari pertamamu, Nona Xylo?" Goda Drystan.

 

 

"Tidak ada yang istimewa. Bagaimana denganmu Tuan Drys?"

 

 

"Sangat menyenangkan. Aku senang sekali berada di sini."

 

 

"Dari kota kita langsung ke tempat baru tanpa melihat rumah baru, apa rumah baru kita sudah siap?" Tanya Xylona.

 

 

"Tentu saja, mereka sudah menyiapkan segalanya."

 

 

Sesampainya di rumah baru yang dimaksud, Xylona melongo melihat rumah barunya yang terlihat antik.

 

 

"Ini rumah kita? Kenapa terlihat seperti rumah paranormal?" Tanya Xylona.

 

 

Pertanyaan Xylona tidak dihiraukan Drystan. Pria itu masuk duluan sambil menenteng jaketnya. Xylona memutar bola matanya. Dia masuk menyusul sang kakak.

 

 

Ketika mengeluarkan ponselnya, Xylona mengeluh, "Tidak ada sinyal di sini."

 

 

Drystan merespon, "Kita bisa membeli kartu yang cocok dengan tempat ini nanti."

 

 

Xylona memasuki kamar di lantai dua. "Kamarku yang ini?"

 

 

Kamar tersebut tampak rapi. Xylona masuk dan meletakkan tas sekolahnya di meja belajar. "Mereka membereskan rumah ini dengan baik."

 

 

Setelah mandi dan berganti pakaian, Xylona dan Drystan pun makan malam.

 

 

"Semoga kau betah di sini, Xylo. Jika ada yang menyakitimu, kau bilang padaku aku akan segera mengurusnya," ucap Drystan.

 

 

Xylona mengangguk.

 

 

"Kudengar dari Reza SMA AMRITA memiliki reputasi buruk karena kasus bullying di sekolah tersebut," sambung Drystan.

 

 

"Lalu kenapa Kakak mendaftarkanku di sekolah itu?" Tanya Xylona.

 

 

"Karena hanya ada satu SMA di desa ini, yaitu SMA AMRITA. Selain itu, Kakak tidak mungkin meninggalkanmu di kota sendirian."

 

 

Xylona menggenggam tangan kakaknya yang kekar. "Tenang saja, aku akan baik-baik saja di sini, jangan khawatir."

 

 

Drystan tersenyum.

 

 

👓👓👓

 

 

20.19 | 14 Januari 2021

By Ucu Irna Marhamah

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Dehar Tati

Dehar Tati

bagus,lanjut ah

2022-01-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!