SIDE TO SIDE
ACT 20
Via memandang lelaki yang berdiri di depannya. Bayangan wajah tampan yang sempat buram kini telah muncul kembali. Badan yang dulu sedikit kurus kini lebih berisi dengan otot-otot tubuh yang kencang. Bahunya semakin lebar, garis wajahnya juga semakin jelas. Rambut coklatnya yang lembut tak berubah.
Sepasang bola mata biru yang indah masih terus menatap Via, takut kalau berkedip Via akan menghilang lagi dari hadapannya.
“Via.” Andre memanggil nama kekasihnya.
Via diam tak menyahutnya, saat ini ada beribu macam rasa dalam hatinya yang tak mampu ia ungkapkan.
Andre membuang payungnya dan langsung memeluk tubuh Via. Via masih terdiam membeku karena masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
Aroma parfum Andre masih sama seperti dulu saat mereka berpacaran, membangkitkan kenangan yang telah lama Via coba untuk lupakan.
“Kenapa kamu bisa ada di sini?” Via mendorong tubuh Andre.
“Kau tidak tahu betapa aku merindukanmu?” Andre menarik lagi tangan Via sehingga bisa memeluknya kembali.
“Tolong lepaskan aku.” Via meronta
“Kumohon Via, sebentar saja.” Andre tak ingin melepaskan pelukannya, Via hanya bisa pasrah dengan keadaan ini.
“Kak Andre aku mohon lepaskan aku.” Setelah beberapa saat Via kembali meronta untuk melepaskan diri.
Andre setuju dan melepaskan pelukannya. Mereka berdua saling memandang dalam rintikan hujan.
“Aku antar pulang.” Andre menarik tangan Via, namun Via menampiknya.
“Aku bisa pulang sendiri.”
“Aku antar!” Andre meninggikan suaranya.
Via akhirnya menurut juga untuk masuk ke dalam mobil Andre. Selama perjalanan pulang Via hanya diam saja dan memandang keluar jendela.
“Kita sampai.” Andre menghentikan laju kendaraannya.
“Kau tahu rumahku???” Via kaget.
“Aku menyuruh bawahanku mencari informasi tentangmu saat aku melihatmu kemarin," tutur Andre.
“Kau membuntutiku?” Via bertanya dengan wajah masam.
“Iya.”
Andre keluar dari mobil diikuti oleh Via.
“Pulanglah! Aku masuk dulu.”
“Kau tidak mempersilahkanku masuk dulu?”
“Nggak, lagian bajumu basah seperti itu. Pulanglah supaya nggak kena flu.” Via melangkah naik ke sebuah anak tangga.
“Pokoknya aku mau di sini.” Andre mengikuti Via.
“Kalau begitu silahkan tunggu di luar," tandas Via.
“Kenapa kau begitu dingin sekarang?”
“Aku lelah, mau istirahat.”
“Setidaknya biarkan aku berbincang denganmu sebentar.” Andre masih memaksa Via untuk mengizinkannya mampir.
“Nggak ada yang bisa kita bicarakan lagi, Kak.” Via menaiki anak tangga sampai di depan pintu rumah.
“Masih!! 13 tahun kau meninggalkanku. Kau berhutang penjelasan padaku, Via!" seru Andre.
Via menghela napas panjang.
“Sudahlah terserah kamu.” Via menyerah.
Via membuka pintu rumahnya, lalu menaruh tas di meja, melepaskan jaketnya yang basah, dan dengan hati-hati menjemur syal yang dipinjamkan oleh Leo.
“Hei, aku mau mandi. Kamu segeralah pulang kalau sudah puas mengamati rumahku.” Via mengusir Andre yang masih melihat-lihat keadaan rumah Via.
Andre nggak menggubris perkataan Via, sebelumnya Andre sudah menghubungi Nicky untuk membawakannya baju ganti.
Via mengelap rambutnya dengan handuk kering, bajunya sudah berganti dengan kaos dan celana panjang.
“Bagaimana kamu sudah berganti baju???” Via kaget, melihat Andre sudah mengganti bajunya dengan baju kering.
“Aku akan menginap di sini!” Andre memantabkan niatnya
“Apa??? Kamu gila??” Via berseru tanda tak setuju.
“Nggak boleh menginap!! Apa kata tetangga ntar!!!” Via geram.
“Sudah 13 tahun kita nggak bertemu, memangnya nggak ada yang mau kamu omongin?” Andre duduk di depan TV.
“Nggak ada tuh.” Via mengangkat bahunya.
“Sudahlah, pokoknya aku akan menginap.”
Via menggeleng-gelengkan kepalanya, Lama nggak bertemu kenapa sekarang dia jadi pemaksa dan nyebelin sih?
Andre menghidupkan TV dengan menekan tombol merah pada remot di depannya. Rumah Via terdiri dari 1 ruangan yang terdapat 1 sofa, meja makan dengan 2 kursi, dan menyambung langsung ke dapur. Di bagian tengah ada satu kamar tidur dan 1 kamar mandi.
“Aku lapar," kata Andre.
“Suru saja asistenmu beliin," jawab Via.
“Bukankah tuan rumah harus menyuguhkan sesuatu kepada tamu.” Andre ngeles.
“Tamu yang tak diundang nggak masuk hitungan.”
“Tega sekali padahal aku sudah mengantarmu pulang.” Balas Andre.
“Akukan nggak minta.”
“Please?”
“Huft ... aku cuma punya mi instan.” Akhirnya Via menyanggupi permintaan Andre, sebenarnya dia juga agak lapar sih.
Via menyalakan api dan mulai memasak mi instan. Ia menyiapkan 2 buah mangkuk dan juga telur.
Andre duduk di meja makan, ia menyangga dagunya dengan tangan sambil mengamati Via yang sibuk memasak dari belakang.
Dia ada di depanku, nyata di depanku. Pikir Andre.
Andre tak bisa menahan keinginannya untuk kembali memeluk Via. Tangannya merangkul pinggang Via dari belakang, menjatuhkan dagunya di pundak Via.
“A ... apa ... an sih?” Via kaget dan salah tingkah.
“Kau terlihat cantik, aku nggak bisa menahan diri.” Andre dengan jujur mengatakan perasaannya. Wajah Via terlihat memerah dan tersipu.
Luapan air rebusan mi mengagetkan mereka.
“Aduh!!” Tangan Via terkena air panas.
“Kamu nggak apa-apa?” Andre segera meraih tangan Via dan membasuhnya dengan air dingin di wastafel.
“Kau masih teledor seperti dulu.” Andre tersenyum.
“Salahmu membuatku kaget!” Via membuang muka, menyembunyikan mukanya yang merah merona.
Wajahku terasa panas sekali, pasti karna uap panas dari panci!! Via berusaha menyangkal perasaannya.
“Aku lanjutkan masaknya, kamu duduk saja.” Andre mengajak Via duduk.
Nggak berapa lama 2 mangkuk mi rebus dengan aroma yang mengoda selerapun matang. Andre menyajikannya lengkap dengan minuman panas.
“Terima kasih," ucap Via, Andre tersenyum membalasnya.
Mereka berdua menikmati mi rebus itu, Andre sibuk makan sambil melihat Via, sedangkan Via hanya salah tingkah dan diam tanpa suara.
“Kalau begini kita kaya suami istri ya?" goda Andre..
“Uhuk ... uhuk ....” Via langsung tersedak.
“Kamu nggka pa-pa? Minum dulu.” Andre menyerahkan segelas air pada Via.
“Kamu jangan ngoceh yang aneh-aneh!” kata Via setelah menghabiskan air pada gelasnya.
“Aku nggak keberatan menikah denganmu.”
“Aku yang keberatan.” Via bangkit dari kursi.
“Kau nggak tahu apa yang aku alami selama 13 tahun ini untuk bisa menemukanmu!” Andre menarik tangan Via, membuat tubuhnya jatuh dalam pelukan Andre.
“Lepasin!”
“Katakan Via, kenapa dulu kau meninggalkanku?” Andre memandang wajah Via.
Via berpaling dari tatapan mata biru Andre, mata indah yang selalu dirindukannya dulu.
“Sinta memecat Mamaku, membeli semua ladang yang disewa Kakekku sehingga Kakek stroke dan akhirnya meninggal, membuat seluruh sekolah dan teman-temanku membenciku, sampai aku nggak berani ke sekolah. Belum lagi dia pernah menyuruh orang memperk*saku!” Via mengepalkan tangannya.
“Kau tahu, Kak, saat itu aku berpikir aku masih bisa bertahan asalkan aku bersamamu.” Via memukul dada bidang Andre.
“Tapi apa yang aku lihat??? Kamu malah berciuman dengan dia.”
“Aku mengorbankan perasaanku dan nyawa keluargaku hanya demi mencintaimu.” Via melepaskan pelukan Andre.
“Dulu aku bodoh dan naif. Aku kira cinta itu segalanya.”
“Tapi ternyata ....” Via belum sempat menyelesaikan kata-katanya namun Andre sudah memeluknya.
“Maafkan aku Via. Harusnya aku nggak pernah membagi cintaku. Harusnya aku putuskan Sinta dari dulu.”
“Lepaskan Kak. Semuanya sudah terlambat. Sudah nggak ada cinta di hatiku.” Via mendorong dada Andre menjauh darinya.
“Maka izinkan aku mengisinya kembali.” Andre tak mengizinkannya beranjak, tangannya yang kokoh masih mendekap Via dalam pelukkannya.
Hangatnya sentuhan dan aroma tubuh Andre begitu terasa dalam pelukannya, membuat perasaan rindu bangkit dari hati Via.
-- SIDE TO SIDE --
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Suliyati Edi
romantis
2020-05-09
0
Roden
Ooomo..omo..
2019-12-30
2
Susi Sususanti
makin seru aj
2019-10-21
3