SIDE TO SIDE
ACT 12
Ruang drama, Sinta sebagai ketua club seperti biasa selalu mengabsen kehadiran tiap-tiap anggota sebelum mulai latihan.
“Ehh ... Via absen lagi??”
“Iya Kak Sinta.”
“Hloh bukannya dia dapat peran buat latihan kali ini?” Sinta heran.
Yang lain hanya mengangkat bahu tanda nggak tahu keberadaan Via.
“Absennya sekarang sering bolong! Dasar anak ini.” Lanjut Sinta lagi.
Akhirnya kegiatan club drama selesai, Sinta mengambil tasnya dan bergegas pulang.
“Sandra, kamu temennya Viakan?” Sinta bertanya pada Sandra yang kebetulan lewat.
“Iya, Kak. Kenapa?”
“Nggak, cuma mau tanya, kamu tahu Via ke mana hari ini? Sekarang dia sering bolos kegiatan club,” ujar Sinta.
“Katanya ada urusan keluarga tadi,” jawab Sandra.
Sinta hanya mengangguk.
“Kakak juga kok belum pulang? Nungguin Kak Andre, ya?” Sandra berjalan dengan Sinta ke arah pintu keluar.
“Nggak kok, soalnya dia ada bimbel hari ini.”
“Kok bisa kebetulan, ya, pas Via nggak ada Kak Andre juga nggak ada.” Sandra asal bicara.
Degh ...
Sinta kaget. Hatinya langsung berdegup kencang.
Benar juga, saat Via bolos latihan pasti Andre juga nggak mau diajakin pulang bareng. Waktu di perpus dulu juga aku bertemu dengan Via. Pikir Sinta.
Ah, nggak mungkin. Andre bukan tipe cowok kaya begitu. Sinta menepis semua bayangan Andre dan Via dalam benaknya.
Sinta masuk ke dalam mobil sedan mewah miliknya. Pak Dino, sopir Sinta menyalakan mobil dan melaju pulang. Selama perjalanan Sinta memandang keluar jendela, pikirannya kalut.
“Mungkin hanya sebuah kebetulan. Tapi kenapa rasanya begitu mengganjal?” Sinta menghela napas.
Sinta mengambil ponsel dari dalam tasnya, “Apa aku tanya ke tante Sarah, ya?”
“Walau bagaimana pun aku sangat penasaran dengan hal ini.” Sinta menunggu nada dering tersambung ke telephone genggamnya, sedangkan tangan kanannya sibuk memainkan kuncir rambut.
“Halo.” Suara Sarah terdengar dispeker ponsel.
“Halo, Tante. Apa kabar?” tanya Sinta basa-basi.
“Baik, kamu sendiri bagaimana kabarnya? Tumben telephone, ada yang bisa Tante bantu?”
“Nggak kok, Tante, cuman mau tanya. Apa hari ini Andre ada bimbel?”
“Bimbel? Setahu Tante nggak ada sih. Biasa hari Senin, Kamis, dan Jumat saja kok.” jawab Sarah.
“Yah walaupun sekarang tante nggak serumah sama Andre, tapi tante masih ingat kok jadwal-jadwal bimbel Andre.”
“Eh, maksud tante nggak serumah apa?” Sinta kaget.
“Hlo Andre nggak bilang, ya? Sudah beberapa hari ini Andre pindah ke apartemen saudaranya.”
“Benarkah?”
“Apa kalian lagi ribut?” Nada suara Sarah mulai terdengar cemas.
“Nggak kok tante, kami nggak sedang ribut.”
“Baguslah,” ucap Sarah lega.
“Oke, Terima kasih, Tante.” Sinta mematikan ponsel-nya.
“Nggak ada bimbel?”
“Pindah ke apartemen saudara?”
“Sudah berapa lama kau bohong padaku Andre.”
“Kenapa perasaanku nggak enak?”
Sinta membanting pintu mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah.
— SIDE TO SIDE —
Hari ini OSIS mengadakan bakti sosial, Sinta menghitung barang-barang kebutuhan pokok yang akan disumbangkan ke korban bencana alam. Ada sabun, shampo, sikat gigi, pasta gigi, baju pantas pakai, dan beberapa jenis sembako lainnya. Andre juga menemaninya menghitung jumlah barang.
“Kata Tante kamu pindah rumah?” tanya Sinta.
Tangan Andre berhenti bekerja, “Iya.”
“Kamu nggak bilang padaku?”
“Haruskah?” tanya Andre balik.
“Sebenernya kita ini pacaran nggak, sih?” Nada suara Sinta mulai meninggi.
“Kamu yang minta kita pacaran,” tukas Andre.
“Ingat Andre, keluargamu bisa bertahan karena siapa?” Sinta mulai emosi.
“Aku nggak minta kamu langsung mencintaiku, tapi setidaknya belajarlah menerimaku.” Lanjut Sinta.
“Aku akan belajar.” Andre berbohong.
“Benarkah?”
Andre berdiri, tangannya memasukan sabun terakhir ke dalam kardus. “Hari ini kamu pulang sendiri saja,” sela Andre
“Lagi?? Padahal kita sudah lama nggak pulang bareng,” jawab Sinta.
Andre nggak memberikan jawaban, dia hanya memberikan kecupan ringan di dahi Sinta.
“Ya, sudahlah terserah kamu, aku juga nggak bisa melarang kamu mau pergi ke mana?” Sinta meletakan catatan OSIS pada meja.
“Oke, bye.” Andre mengambil tasnya dan bergegas meninggalkan ruang OSIS.
Sinta masih mengepak sisa sabun dan sembako, “Padahal orang-orang kaya, tapi nyumbangnya sabun murahan semua,” gerutu Sinta.
Sinta terdiam sesaat, “Kenapa nggak coba aku ikutin saja dia.” Sinta bergegas mengambil tasnya menyusul Andre.
Sinta mengendap-endap sedikit jauh di belakang Andre. Supaya Andre nggak curiga dan mengetahui kalau dia membuntutinya diam-diam.
Hlo kok ke kanan? Bukannya apartemen Andre harusnya ke kiri? Pikir Sinta.
Sinta mempercepat langkah kakinya, mengimbangi langkah kaki Andre yang panjang.
“Hei sudah lama nunggunya?” Andre mengelus rambut Via.
“Belum kok, ayo.” Via tersenyum manis.
Andre menggenggam erat tangan Via, sesekali mereka ngobrol dan bercanda.
Semua ini apa maksudnya?? Pikir Sinta.
Tangannya mengepal, kakinya masih terpaku kaku. Matanya merah menahan tangis, hatinya terasa sakit, sakit sekali, dan jantungnya pun berdebar dengan kencang.
“Jadi semua ini benar, ya ... ? Tapi kenapa???”
“Apa yang kalah dari aku???” Sinta membandingkan Via dengan dirinya.
“Aku nggak pernah kehilangan apapun, kalau pun barangku ada yang hilang aku pasti akan berusaha mendapatkannya kembali.” Air mata Sinta akhirnya menetes, membasahi pipinya yang putih.
“Lihat saja Via, aku pasti akan mengambil Andre kembali.” Sinta mengusap air mata dari pipinya.
“Dan untuk semua ini, kamu akan membayarnya Via. Berkali-kali lipat lebih menyakitkan dari pada yang kurasakan saat ini.” Sinta berjalan gontai menuju ke dalam mobilnya.
— SIDE TO SIDE —
“Sekertaris Chin! Tolong bantu aku selidiki salah satu adik kelasku.”
“Yes, Miss, siapa namanya?”
“Vianie, Vianie Raharjo. Aku mau tahu semua tentangnya, alamat, telephon, pekerjaan orang tuanya, latar belakangnya, pokoknya semuanya.” Sinta menelphone sekertaris ayahnya dengan nada marah.
“Baik, Miss Sinta.”
“Secepatnya!!” Sinta menutup ponselnya.
Sinta kembali tersulut emosi, membanting ponsel, lampu duduk, kotak riasan, dan semua yang ada di dekatnya. Puas mendengar bunyi pecahan dan bantingan, Sinta lantas menangis tersedu-sedu.
“Baru kali ini aku merasakan sakit yang seperti ini.” Sinta meremas gaun tidurnya.
“Miss?? Apakah kamu baik-baik saja?” Salah satu pelayan memberanikan diri mengetuk pintu kamar Sinta.
“Pergi, jangan ganggu aku!!” Sinta menggigit kuku-kukunya yang cantik sampai berubah menjadi tak beraturan.
Pokoknya harus aku pisahkan, Andre harus kembali kepadaku.
— SIDE TO SIDE —
IG @dee.Meliana
LOVE LIKE COMMENT VOTE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Semoga Ajah
si andre kalo ga demen jgn d paksa dong sin muak ih
2024-12-10
0
♥️MAMUD DINARA🧸♥️
mual aq sinta🤮
2020-09-23
0
Nurul Septieaningrum
lho... ketauan jg kan, aduh... via nambah masalah ajha
2020-04-24
1