SIDE TO SIDE
ACT 2
Beberapa bulan kemudian ...
Pagi ini udara terasa dingin, membuat Via betah tinggal di dalam selimut tebalnya.
“Via bangun! Sarapan, nanti terlambat.” Riska berteriak memanggil putrinya sembari sibuk membereskan peralatan masak di dapur.
Rumah Vianie memang tidak besar, namun tertata dengan rapi. Mamanya suka sekali dengan kebersihan, beda dengan Via yang sedikit jorok. Karena anak tunggal Via hanya tinggal berdua dengan mamanya Riska Rahardjo. Papanya sudah meninggal saat Via masih kecil.
Via membuka matanya pelan-pelan, tanggannya sibuk meraba-raba nakas di sebelah kasur, mencari keberadaan jam.
“Hah!!! Setengah 7!!!” seru Via, matanya terbelalak seketika. Secepat kilat Via mencari handuk dan masuk ke kamar mandi.
“Mama liat kaos kaki Via, nggak?” teriak Via.
“Di laci bawah lemari!” teriak mamanya nggak kalah kenceng.
Via berlari menuruni tangga menuju ke dapur, mencomot roti dari piring dan menjejalkannya ke dalam mulut. Riska hanya mengngerunyitkan alis melihat kelakuan anak gadisnya.
“Pelan-pelan, nanti tersedak!” Perintah Riska.
“Hahus hepat-hepat ntal tehambay, (Harus cepet-cepat ntar terlambat)” jawab Via dengan mulut penuh makanan.
“Bukannya kamu masuk jam 07.30, masih ada setengah jam lagi kan?” tanya Riska heran.
“Tiap pagi mesti apel pagi, Ma.” Via menyahut tangan Riska, menciumnya dan berlari keluar.
“Apel pagi? Kaya pegawai negeri aja.” Riska bergumam.
Sebenarnya apel pagi yang dimaksud sama Via itu, berdiri pada spot favorit di lantai 2 tepat di depan kelas nya. Dari tempat ini, Via biasa melihat Andre datang ke sekolah setiap pagi, Via cuci mata sambil diam-diam mengagumi Andre.
Yes, belum telat. Pikir Via saat melihat Andre masuk dari arah gerbang sekolah.
“Hari ini juga dia ganteng banget, ya, Tuhan!” Via menggigit bibir bagian bawahnya gemas.
“Cuma melihatnya berjalan saja bisa bikin aku sebahagia ini.” Senyuman mengembang pada bibirnya yang tipis, memunculkan lesung pipinya yang manis.
“Hayo ...! Ngapain senyum-senyum sendiri?” Suara Sandra mengagetkan Via.
“RAHASIA,” jawab Via.
“Wah, ini anak sekarang berani main rahasia-rahasiaan, ya! Liat aja, aku nggak bakalan minjemin kamu PR matematika hari ini." ancam Sandra, rambut gaya bobnya ikutan bergoyang saat mendongakkan kepala.
“Jangan, kumohon Ibu periiii ...!” Via memohon kepada sahabatnya itu.
“Oke, kasih tahu dulu.”
"Aku tadi lihat Pak Joko kepeleset di tangga.” Via berbohong, nggak mungkinkan ngaku sama Sandra kalau dia diam-diam menyukai pacar orang. Yah, walaupun Sandra adalah sahabatnya, tapi Sandra itu adalah fans berat Shinta. Bagi Sandra, Sinta itu goal dia. So, Via takut Sandra bakalan marah kalau tahu dia suka sama Andre.
“Eh, liat, deh, Vi! Kak Andre lagi jalan sama Kak Sinta. Couple goal banget, ya? Yang satu cowok paling keren dan yang satunya cewek paling populer di sekolah.” Sandra menunjuk ke arah lorong kelas XII-A2.
“Iya,” jawab Via sambil tersenyum kecut.
“Ayuk masuk kelas, aku mau pinjem PR, San!” Via nggak mau berlama-lama, takut nggak kuat menahan rasa sakitnya.
“Oke.” Sandra merangkul Via.
— SIDE TO SIDE —
Nggak terasa jam pelajaran telah usai, bell tanda pulang dibunyikan. Via cepat-cepat membereskan bukunya.
“Keburu-buru amat, Neng Gelis?” Glen datang, lengkap dengan berbagai macam snack di tangannya.
“Glen, kamu bolos lagi pas jam terakhir?!” Sandra memukul lengan Glen dengan penggaris.
“Sakit tahu.” Glen mengelus elus lengannya, "dasar cewek bar-bar." Lanjut Glen lagi.
“Heran, deh, punya 2 sahabat aja, yang satu tukang contek, yang satu tukang bolos,” ucap Sandra.
“Kok aku ikutan kena?” sahut Via.
"Ember."
“Sudah, ah, aku lagi buru-buru, nih! Cabut dulu ya, Gaes!" - pamit Via - "Glen, kamu anterin Sandra pulang gih.” Via berlari kecil meninggalkan teman-temannya.
“Mau ke mana sih tuh anak?” tanya Glen.
“Tahu, ah! Ayo pulang!” Sandra mengangkat bahunya tanda tak tahu.
Sandra suka sama Glen, tapi karena alasan persahabatan juga Sandra diam saja. Karena Via tahu perasaan Sandra maka dia sering memberikan kesempatan pada mereka untuk berdua diam-diam.
•
•
•
“Jangan bilang sudah mulai.” Via berlari kecil ke arah lapangan olah raga.
Di lapangan klub basket sedang sparing, latihan untuk kompetisi antar SMA tahun ini. Klub basket SMA nya cukup terkenal, mereka juara provinsi 2x berturut-turut. Alasan Via selalu menonton latihan mereka nggak lain karena Andre adalah kapten tim basket. Via membuka buku komik, pura-pura membacanya saat duduk di bangku penonton. Kamuflase supaya nggak ada yang curiga kalau dia lagi diam-diam menonton Andre latihan
“Haduh cakepnya.” Via sudah hampir pingsan saat melihat Andre berkeringat.
Andre mendribel bola dan dengan cepat menerobos lawannya, mengayunkan lengannya lalu mencetak skor. Andre berhigh five dengan teman 1 teamnya yang lain. Pertandingan ronde pertama selesai, pemain diizinkan beristirahat.
Shinta membawakan minuman dan handuk untuk Andre. Andre menerimanya, meneguk-nya sampai tinggal sedikit, menyiramkan sisa air pada wajahnya yang berkeringat. Andre melepaskan bajunya yang basah oleh air dan keringat, menggantinya dengan baju yang baru. Tampak otot-otot perutnya yang kencang, membuat mata Via nggak berkedip sama sekali.
Roti sobek. Batin Via dalam hati.
Blusss ...
Via menyembunyikan wajahnya yang merah di balik buku komik.
Pengen pegang, ya, Tuhan. Pikir Via gemas. Wajahnya sudah semerah buah cerry.
Dari lapangan Andre baru sadar kalau Via hadir untuk menonton-nya. Senyum ter kembang di wajah Andre lalu berlari kembali masuk ke dalam lapangan.
— SIDE TO SIDE —
Matahari mulai tenggelam, berwarna jingga yang menawan. Via merasa puas menyaksikan latihan tim basket hari ini.
“Sudah hampir jam 3 sore.” Via melihat ke arah jam di tangannya.
“Hmm ... perpustakaan sudah hampir tutup. Apa aku bergegas ya?” Via kemudian berlari kecil menuju perpustakaan di lantai 2.
Via berencana meminjam buku novel Romeo dan Juliet di perpustakaan, dia harus mengerjakan design kostum para pemain drama. So, Via mencoba menemukan inspirasi lewat buku novel aslinya.
“Untung belum tutup.” Via mengambil sebuah novel dan membawanya ke konter peminjaman.
“Tahun ini Romeo & Juliet?” tanya Meggy, anak kelas XI-A2 yang hari ini ke jatah piket di perpus.
“Iya, Megg,” jawab Via.
“Katanya Kak Andre ikutan main drama, ya? Pasangan sama kak Shinta, ya? pasti cucok meong banget donk. Cogan nomor 1 dan cewek paling kece. Cocok banget nggak sih mereka?” Meggy memuji hubungan Andre dan Sinta.
“I-iya.”
“Oke, sudah ku catat. Batas pengembalian 1 minggu, terlambat denda 1000/hari.” Maggy menjelaskan peraturan perpus.
“Trims, Megg. Bye!” Via keluar dari ruangan perpus.
Kenapa sih, semua selalu bilang kalau Kak Andre dan Shinta itu serasi? Via berjalan sambil melamun, dia nggak sadar kalau sudah sampai di ujung tangga.
“Aduh!” pekik Via. Kaki Via hilang keseimbangan dan terjatuh dari tangga.
Beruntung sepasang tangan yang kuat cepat-cepat menangkapnya. Tas dan buku Via jatuh berhamburan, tangannya refleks mencengkeram erat pundak penolongnya. Wajah Via meringis kesakitan karena terbentur dada bidang di depannya.
“Kamu nggak apa-apa kan?” tanya cowok ini dengan nada khawatir. Via mengangkat kepalanya, ingin mengetahui siapa pemilik suara lembut yang telah menolongnya.
“Ah ... K-kak Andre.” Via terbata-bata, ternyata cowok yang menyelamatkannya adalah Andre.
Aduh bagaimana ini? Malu banget. Via menggigit bibirnya, rasa canggung dan malu menyelimuti dirinya, membuatnya kaku dan tak mampu berkata-kata.
"Kamu nggak apa-apa?” Andre mengulangi pertanyaannya, tangannya melepas cengkeraman Via dan membantunya duduk.
“Coba aku lihat kakinya.” Andre berjongkok, melihat kaki Via yang sedikit memerah.
"IIIhhhss ...." Via mendesaah kesakitan.
“Sakit banget? Kelihatannya ter-kilir.” Andre kembali bertanya.
Via hanya diam mematung, tiba-tiba tangannya mencubit pipinya. Auw ... sakit kok berarti ini beneran bukan mimpi.
Andre tersenyum melihat Via salah tingkah. Imut banget. Pikir Andre dalam hati.
“A-anu ... e ... itu ... ke-kelihatnya nggak papa, kok.” Via terbata-bata, masih menata hati. Saat ini mulut, bibir, lidah, hati, dan pikirannya nggak singkron. Loadingnya lama ... padahal biasanya udah lama, kali ini lebih lama.
“Coba berdiri!” Pinta Andre.
Via mencoba berdiri, tapi ternyata kakinya memang terkilir.
“Adududuh.” Via meringis kesakitan.
“Kelihatanya beneran terkilir, aku antarin ke UKS atau RS, ya?” tanya Andre.
Ya, Tuhan, bagaimana ini? Jantungku rasanya mau meledak. Aku belum pernah berada se dekat ini sama Kak Andre. Ya, ampun, wajahku kucel nggak, ya? Mana sudah sore lagi, badanku bau nggak, ya? Duh, tadi aku pake deodoran nggak, sih? Via malah memikirkan hal-hal yang nggak penting. padahal Andre masih menunggu jawaban Via.
“Gimana?”
“Ah, itu, ngg-nggak perlu, Kak. Aku bisa jalan sendiri, kok. Ngga perlu diantar ke UKS atau RS.” Via menolak, bukannya dia nggak mau tapi beneran malu banget kalau misal sampai Andre merasa dirinya jelek, kucel, dan BB-an.
“Hei, jalan saja nggak bisa. Sudah ayo aku antarin.” Andre mengambil buku dan tas Via kemudian kembali memapah Via berjalan.
UKS TUTUP
“UKS -nya sudah tutup. Bagaimana kalau ke RS?” tanya Andre lembut.
“Nggak perlu, anu, Kak. Aku pulang saja. Rumahku nggak jauh kok dari sekolahan.” Via ingin segera mengakhiri kecanggungan nya. Tangannya beneran dingin hlo, grogi karena ada Andre di sebelahnya.
“Oke, aku antarin kamu pulang ke rumah. Tunggu, ya, aku ambil motor dulu.” Andre meninggalkan Via dan berlari ke tempat parkir.
Via mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya.
Sial jantungku bunyinya keras amat, ya? Oh, Tuhan ... ini cobaan apa berkat? pikir Via.
Nggak lama Andre datang dengan motor sport hitam miliknya.
“Sorry.” Andre membantu Via naik ke motornya, menjujung badan mungil Via naik ke atas motor tingginya. Wajah Via benar-benar merah seperti bom yang sudah siap meledak kapan pun.
Ringan banget. Pikir Andre lalu memacu kendaraannya.
Andre sampai di depan rumah Via, ia memapah Via saat menuruni motor dan membantunya untuk duduk di sofa.
“Kamu beneran nggak mau aku anter ke RS?”
“Nggak, Kak, bentar lagi Mama juga pulang, kok. Maaf, ya, sudah merepotkan," tolak Via halus.
“Nggak repot, kok.” Andre tersenyum.
Padahal senyuman doang, tapi bisa membuat jantung Via berdebar tak karuan.
Suasananya agak hening
Kecanggungan macam apa ini? Ayo Andre cari topik pembicaraan. pikir Andre.
“Kak Andre pulang saja sudah sorekan?” Belum sempat ngajakin ngobrol Via sudah mengusirnya.
"Wah, diusir nih ceritanya?” goda Andre.
“Ng-nggak kok, cuma nggak mau ngerepoti Kak Andre aja.”
“Apa ada es batu di kulkas?” tanya Andre.
“Kelihatannya ada Kak. Kak Andre haus, ya?” tanya Via polos.
“Bodoh, tentu aja buat kompres kakimu biar nggak bengkak.” Andre ketawa pelan.
Andre mengambil sedikit es dan membungkusnya dengan plastik, menaruh di atas pergelangan kaki Via yang mulai bengkak.
“Kapan Papa, Mamamu pulang?” tanya Andre.
“Papa sudah meninggal, Kak. Kalau Mama mungkin jam 5 sampai rumah,” jawab Via.
“Sory, aku nggak tahu.” Andre merasa bersalah.
“Nggak apa-apa kok, Kak.”
“Mamamu kerja di mana?” Andre berusaha meredakan kecanggungan nya.
“Di perusahanan A, Mamaku seorang accounting,” jawab Via.
Perusahaan A. Hm, jadi Mamanya kerja di perusahaan milik orang tua Sinta. pikir Andre.
“Oh, ya dari tadi kita banyak ngobrol tapi kita nggak saling kenalkan,” kata Andre.
“Ah, iya. Namaku Via.”
“Andre.”
“Sudah tahu, Kak.” Senyum Via manis.
“Kok kamu bisa tahu namaku?” Andre penasaran.
Oh, No, jangan sampai Kak Andre tahu kalau aku mengagguminya diam-diam. Via menyalahkan dirinya sendiri dalam hati.
“Em ... soalnya Kakak terkenal, sih. Semua anak satu sekolah juga tahu nama Kakak.” Via ngeles.
“Oh, gitu.”
“Oke deh, aku pulang dulu, ya. Segera pergi ke dokter.” Andre bangkit berdiri, keluar dan menyalakan mesin motornya. Andre tersenyum sebelum pergi meninggalkan pekarangan rumah Via, Via pun membalasnya dengan senyuman yang tak kalah manis.
— SIDE TO SIDE —
IG @dee.Meliana
LOVE, LIKE, VOTE, COMMENT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
istriJimin
btw aku pernah di posisi ini rasanya serus seperti mimpi pas kita Deket Ama kakak senior yg kita suka walau cuma di Tanaya *km gak kenapa"kan * bahagianya diriku
2023-05-12
0
Nuniek Nurhandayani
gemez kayaknya ni novel. berasa jadi anak sma lagi 😁😁
2020-12-27
0
v
berasa abegeh bacanya🤭
2020-10-31
0