SIDE TO SIDE
ACT 19
Bak Buk.. bak..
Bunyi pukulan dan tendangan Andre pada sandsack terdengar gaduh, keringat mengalir melalui celah-celah otot dada dan perutnya. Emosi terlihat dalam setiap pukulannya, ia menghentikan pukulannya saat Nicky masuk.
Andre melepaskan sarung tinjunya, lalu mengambil handuk dan botol minum. Ia meneguk habis seluruh isi botol sebelum mengelap keringat dari tubuhnya.
“Ini, Bos.” Nicky menyerahkan sebuah pad pada bossnya.
Andre menggeser-geser layar pad tersebut. Andre membaca setiap detail laporan Nicky tentang Via. Rumahnya, pekerjaannya, dan hal-hal tentang Via.
Jadi beneran kamu. Andre tersenyum. Andre lantas melemparkan pad kembali ke tangan Nicky.
“Siapin mobil, aku mau pergi.” Andre memakai kembali kaosnya sebelum meninggalkan Nicky, dia tadi hanya bertelanjang dada saat latihan.
“Baik, Boss.” Nicky mengangguk.
“Suru Linda mempercepat perencanaan desa T.”
“Ya, Boss.”
Siapa sih cewek ini? Sampai boss menaruh perhatian khusus. Bikin semalaman nggak tidur. Nicky memandang foto Via yang ada pada layar padnya.
“Nggak cantik-cantik amat,” lirihnya kemudian.
— SIDE TO SIDE —
Andre memarkir mobilnya nggak jauh dari toko tempat Via bekerja. Via terlihat keluar dari dalam toko. Bajunya sudah bukan baju seragam lagi, berganti menjadi kemeja putih dengan setelan celana jeans panjang dan sepatu flat warna pink. Via berjalan beberapa blok dan sampai di sebuah cafe, sementara Andre masih mengikutinya pelan-pelan.
Andre tahu kemunculannya yang secara mendadak pasti akan membuat Via kaget. Salah-salah nanti Via malah nggak mau ketemu lagi sama dirinya. Maka dari itu Andre mencoba menyelidiki dan mempelajari kehidupan Via saat ini.
Via nampak dari jendela cafe, saat ini sebuah apron menempel di bajunya. Ternyata Via bekerja sebagai pelayan di cafe.
Andre mengamati dari dalam mobilnya, Dia punya berapa pekerjaan sih???
Matahari mulai turun, terik berubah menjadi terpaan angin yang sejuk. Andre masih diam mengamati kehidupan Via, belum bosan menunggu jam kerja Via berakhir.
Via tampak membersihkan meja di teras cafe, saat ini Andre bisa melihat wajahnya dengan lebih jelas.
Dia nampak lelah. Pikir Andre.
PRANG!!
Siku Via tanpa sengaja menyenggol gelas yang ada di atas meja, dan tumpah mengenai kaki seorang pengunjung.
“Ma—maafkan saya.” Via meminta maaf, tangannya gemetar karena panik.
“Kamu bagaimana sih??? Kerja kok ngelamun gini, kamu tahu sepatu saya ini harganya mahal!!” teriak wanita itu.
“Maafkan saya, Nona, saya lap.” Via mengeluarkan lap dari kantongnya.
“Hei!! Jangan kau lap dengan kain kotor itu!!” Teriaknya lebih kencang.
“Maaf.” Via mengganti lapnya dengan tisu.
“Sudahlah!! Panggil managermu!”
“Nona aku mohon aku sudah minta maaf, kenapa Anda ingin terus memperpanjangnya.” Via memelas.
“Pergi, panggil managermu.” Wanita berrambut ikal itu menendang Via.
Andre ingin sekali keluar dan membela Via. Tangannya gatal ingin memberikan balasan pada wanita itu. Namun Andre menahan amarahnya, mencoba untuk bersabar agar rencananya ngga berantakan.
“Ada apa ini?” tanya seorang lelaki paruh baya yang ternyata pemilik cafe.
“Pegawaimu menumpahkan kopi ke atas sepatuku,” jawab wanita itu.
“Maafkan kami, Nona, kami berikan segelas kopi ekstra gratis sebagai permintaan maaf.”
“Nggak perlu, aku akan pergi.”
“Sekali lagi maafkan saya.” Via tertunduk.
“Kamu dari tadi bisanya hanya bilang maaf saja!”
Wanita itu hendak menampar Via, namun sebuah tangan yang penuh tato menangkapnya. Pria itu memakai apron dan kemeja putih sama dengan Via, lelaki tampan itu bekerja sebagai barista di cafe yang sama dengan Via.
“Leo.” Via menarik kemeja Pria itu, berusaha menenangkan amarah dari Leo.
“Jangan terlalu emosi, Nona, nanti wajahmu cepat tua.” Leo melepaskan tangan putih itu dari cengkramannya.
“Sialan.” Wanita itu pergi meninggalkan cafe.
Pengunjung yang lain masih bergunjing sesaat sebelum suasana kembali normal.
Pemilik cafe menegur Via untuk bisa lebih berhati-hati. Via mengangguk tanda mengerti, rasa takut terlihat di wajahnya yang pucat dan tangannya yang gemetaran.
“Kamu ngga apa-apa?” tanya Leo, wajahnya terlihat cemas.
“Nggak papa kok.”
“Kenapa kamu nggak membalasnya? Dia keterlaluan.”
“Aku nggak mau kehilangan pekerjaan ini. Aku butuh uang.”
Leo hanya terdiam.
“Kau mau istirahat sebentar?”
“Aku sudah baikan. Ayo Kembali bersemangat! Fighting!!” Via tersenyum dan mengepalkan tangannya.
Leo pun menyambutnya dengan senyuman yang tak kalah manis.
Hati Andre terbakar melihat kejadian ini, sudah lama Via lepas dari pelukannya. Dan selama ini ia selalu bermimpi untuk mendapatkan pelukan dan senyuman itu kembali. Tapi sekarang Via malah memberikan senyuman itu pada orang lain.
“Sialan!! Cowok itu lagi.” Andre memukul setir mobilnya, dan bergegas meninggalkan cafe itu mengikuti wanita pembully Via.
Nada dering terdengar dari ponsel Nicky. Nicky yang sedang merasakan nikmatnya tidur siang kaget dan terbangun.
“Ya, Boss.”
“Nicky, beli cafe PMlatte dan minimarket 24 jam kemarim sekarang!!” Andre menyuruh Nicky membeli tempat di mana Via bekerja.
“Maaf boss? Beli kopi??” Nicky kebingungan.
“Beli tempat dan usahanya!!! Bukan kopinya.” Andre marah.
“Ba—baik, Boss.” Nicky hampir menangis dibuatnya.
“Arg ... Si Boss, kenapa akhir-akhir ini aneh sekali!!?” Nicky beranjak dari kasur dan berganti pakaian.
— SIDE TO SIDE —
Andre membelokan mobilnya menuju sebuah villa. Memencet pintu bel rumah milik gadis yang hendak menampar Via tadi.
“Siapa, ya?” Wanita itu muncul, masih mengenakan baju merah yang sama dengan tadi.
Ganteng banget. Pikir cewek itu.
Andre menatap wanita didepannya dengan pandangan sebal dan jijik.
“Berapa harga sepatumu?” tanya Andre.
“Hah??”
“Ini.” Andre mengeluarkan sebuah cek dengan nominal cukup besar membuat wanita itu tercengang.
“Kenapa kau memberiku uang?” tanya wanita itu heran.
Andre mencekik leher wanita itu, membuatnya tak bisa bernafas.
“Jangan coba-coba usik gadis tadi lagi! Atau wajahmu akan aku ubah menjadi buruk sampai seseorang pun tak ada yang mau mendekatimu!” Andre meninggalkan wanita yang masih menyisakan pandangan ketakutan itu.
— SIDE TO SIDE —
Jalanan terlihat sepi, kabut turun menyelimuti desa membuat hawa menjadi dingin dan menusuk tulang. Via memaki jaket tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Sesekali ia meniupkan udara hangat ke tangannya yang terasa membeku.
Hari ini lelah sekali. Via merenggangkan lehernya.
“Kau sudah mau pulang?” Leo muncul di sebelahnya.
“Mau ke RS dulu.”
“Sudah malam, mau aku antar?”
“Nggak perlu, istirahatlah.”
“Oke, hati-hati dijalan. Oh iya, pakai ini.” Leo mengalungkan syal pada leher Via.
“Terima kasih.” Pipi Via memerah karena tersipu.
Leo melambaikan tangannya pada Via sebelum mereka berpisah dipersimpangan jalan. Leo adalah teman SMA Via yang Via kenal saat pindah dulu, mereka sempat berpisah karena Leo memutuskan untuk kuliah seni di kota besar. Baru 3 tahun ini Leo pulang kembali ke desa T. Sekarang Leo bekerja membuat porselain dan sambilan sebagai barista di cafe Pmlatte.
Selain hobi, Leo bekerja sebagai barista juga karena ingin dekat dengan Via. Walaupun sudah tiga tahun hati Via belum mau terbuka untuknya, tapi Leo masih menunggu Via dengan setia.
Via mempercepat langkah kakinya, malam semakin larut dan dingin. Bulir lembut air hujan mulai terasa mengenai wajahnya.
“Haduh Tuhan jangan hujan dulu donk.” Via memperbesar langkah kakinya.
Ternyata Tuhan nggak mengabulkan permintaan Via. Hujan turun dengan deras membasahi kepala dan tubuh Via.
Hujan selalu mengingatkanku akan kenangan buruk. Batin Via.
Tiba-tiba dari belakang ada sebuah payung yang meneduhkannya dari air hujan, membuat Via kaget.
“Leo aku bilang pulanglah.” Via membalikan badannya.
Tatapan itu begitu tajam menusuk hatinya, sebuah tatapan yang sangat dikenalnya dulu. Tatapan itu membuat tubuhnya kaku dan mulutnya kelu, tak ada kata yang bisa terucap keluar.
Dinginnya air hujan bercampur dengan embun yang perlahan menghilang. Tangan pria itu mulai basah karena payung tak lagi menutupi badannya.
Andre tak sanggup lagi menunggu, mengintai, dan hanya melihat saja dari dalam mobil. Melihat Via kedinginan karena hujan yang mulai turun membuat hatinya sesak.
“Andre?” Via tertegun tak percaya
Ironisnya 13 tahun lalu mereka terpisah saat hujan turun, dan sekarang bertemu kembali juga saat hujan turun. Sepertinya kehidupan sedang bercanda dengan kisah cinta mereka.
— SIDE TO SIDE —
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
♥️MAMUD DINARA🧸♥️
hhmmm kahhh
2020-09-23
0
Shely Regina
so sweet amaattttt 😆
2020-01-10
3
Roden
Kaya drakor aja
2019-12-30
2