jangan lupa vote dan like yaa..
Pagi ini setelah menyelesaikan sarapan Ai kembali meneruskan kegiatan berberesnya. Di temani Mily yang kini mengatur ruangan dengan menambahkan beberapa perabotan kecil. Seperti cermin, lukisan dan vas bunga.
“ nyonya saya mau tanya?”tanya Milly sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.
“ bicaralah Milly” jawab Ai sambil terus meletakkan gaun-gaun ke dalam lemari.
“ em, kata pelayan kemarin saat dimarahi tuan, nyonya sempat di pukul. Apakah benar?” Ai menghentikan aktifitasnya sejenak. Kaget dengan pertanyaan yang Milly ajukan.
“ tidak,” singkat Ai.
“ kata mereka nyonya berteriak” Milly terus menggali data.
“ oh itu, aku tidak dipukul. Hanya kaget saja saat Axton melepar berkasnya. Sungguh kemarin adalah sore paling mencengkam“ ucap Ai yang menerawang bagaimana kemarahan Axton kemarin. Hanya karena melihatnya bermain tembak saja sudah mengamuk seperti itu. Axton belum melihat Ai menembak sambil menungang kuda. Pasti akan lebih marah lagi.
“ anda benar nyonya, kemarin adalah hari paling menyengkam setelah hari kematian para nyonya terdahulu “ jawab Millay enteng. Namun sayangnya tidak untuk Ai. Mendengar hal ini Ai menjadi tertarik dan penasaran. Di tariknya tangan Milly menuju ranjang. Mereka berdua duduk berhadapan dipinggir ranjang.
“ sebenarnya bagaimana bisa kedua istri Axton sebelumnya meninggal?, menurut kabar mereka di bunuh Axton?” tanya Ai dengan wajah polosnya.
“ em,, saya juga kurang tau nyonya “ Milly ragu untuk mengatakan apa yang dia tau.
“ hemm, ayolah beritahu aku. Bukankah kau bekerja disini semenjak istri kedua pindah kemari?” Ai terus mendesak, agar rasa penasarannya terobati. Karena tidak mungkin juga bertanya langsung pada Axton, moster dingin itu paling langsung pergi begitu mendengar pertanyaanya.
“ saya cuma tau jika nyonya Kyliee meninggal karena bunuh diri bukan di bunuh. Menurut pelayan Chole juga, kedua mendiang istri tuan meninggal karena bunuh diri” Milly mendekatkan wajahnya agar suaranya tidak terlalu keras.
‘ sama dengan ceritaku. Jika aku tidak kembali ke masa ini, mungkin di masa depan satu Bavaria pasti membicarakan kematian ke 3 istri Axton yang meninggal karena bunuh diri. Huh, takdir yang aneh’
“ nyonyaa,,” Ai yang sedari tadi menerawang kini kesadarannya kembali.
“ ah iya” Ai langsung menjawab panggilan Milly yanga entah sudah ke berapa.
“ kau tau kenapa mereka bunuh diri?” Ai terus mengorek-ngorek berita. Mungkin mereka memiliki alasan kematian yang sama.
“ entahlah nyonya, tapi mereka terlibat pertengkaran hebat dengan tuan sebelum meninggal” Milly menatap Ai dalam. Kemarin sore tuannya marah besar kepada nyonyanya. Milly khawatir jika kali ini nyonyanya juga memilih untuk bunuh diri.
“ kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Ai yang terganggu dengan tatapan Milly.
“ nyonya jangan pernah berfikir untuk bunuh diri setelah dimarahi tuan ya” Ai menghembuskan nafas kasar setelah tau alasan tatapan dalam Milly, ternyata dia begitu khawatir denganya.
“ ih, tidak” ucap Ai salah tingkah.
‘aku sudah pernah’ jawab Ai dalam hati
“ ayo lanjutkan berberes” keduanya kembali dalam kesibukan menata ruang kamar.
Hari terus berganti, Axton masih sibuk dengan masalah kemiliteran. Dia terus bolak balik antara kediaman dan Barack. Kali ini meski Ai memelas bahkan merengek ingin ikut Axton dengan tegas melarangnya. Sudah cukup dengan ajang pamer tembak, Axton tidak ingin ada ajang-ajang lainnya.
Makan malam kali ini sedikit membuat Ai tidak berselera. Ada tamu tak diundang yang datang kemari, siapa lagi kalau bukan Grace. Axton menyuruhnya tinggal sementara di kediaman selama Axton tak ada. Axton sudah mulai bertugas, satu kali bertugas membutuhkan waktu beberapa minggu baru kembali. Biasanya Axton tidak terlalu peduli kapan dia bisa pulang, namun kali ini karena ada Ainsley membuat Axton sedikit tidak rela meninggalkannya terlalu lama.
Ketika tidak ada nyonya kediaman, segala hal tentang kediaman akan di atur oleh Grace saat Axton bertugas, maka kali ini Grace menjadi tangan kanan Ai untuk mengurus kediaman. Hal ini sudah di putuskan tanpa perlu bertanya pada Ai, tentu saja setelah mengetahuinya Ai benar-benar kesal. Tidak bisa menolak.
“ aku sudah kenyang” Ai yang hanya makan beberapa suap langsung berdiri meninggalkan meja.
Axton melihatnya hanya diam, dia berfikir Ai pasti sedang merajuk karena tidak diizinkan ikut ke Barack tadi pagi.
Dikamar Ai terus saja menggerutu akan keputusan Axton secara sepihak itu.
“ dasar moster dingin, seenaknya sendiri. Tidak masa lalu tidak masa sekarang tetap saja Grace yang dia andalkan. Apa tidak bisa membiarkan aku sendiri yang mengurus. Mengatur rumah yang sepi ini apa sulitnya, yang pentingkan ada uang. Ih. Dasar egois, seenaknya sendiri “ Ai terus berdialog sendiri. Sambil memukul bantal-bantal tak bersalah di ranjangnya.
Tok tok
belum juga menjawab, Axton langsung masuk ke kamar. Duduk di sofa.
“besok pagi-pagi aku akan berangkat. Ada yang ingin kau katakan?” Axton mencoba memancing istrinya, siapa tau Ai akan menahannya. Jika iya Axton bisa menggunakan izin bertugas yang belum pernah dia gunakan.
“ tidak, kau pergi saja” jawab Ai ketus. Semua angan-angan Axton hancur seketika. Hanya bisa tersenyum pahit. Tanpa perlu berlama-lama Axton langsung berdiri. Ai sebenarnya sedikit terenyuh dengan kalimat pamit dari Axton. Di masa lalu tak pernah sekalipun Axton berpamitan padanya.
“ hem, jaga diri baik-baik. Makan dengan teratur” pesan Ai ketika Axton akan menutup pintu. Kalimt ini membawa angin segar dalam hati Axton. Ketika pintu sudah tertutup Axton tersenyum senang.
Semalaman Ai tidak bisa tidur, keberangkatan Axton kali ini sudah dia ketahui sebelumnya. Kejadian ini sama persis di masa lalu. Bedanya hanya saat Axton berpamitan semalam. Ai sungguh khawatir jika situasi setelahnya akan terulang kembali. Saat Axton semakin mengacuhkannya, dan tak lama kabar perselingkuhannya dengan Grace tercium olehnya. Kepulangan Axton nanti menjadi moment yang krusial, entah bagaimana Ai akan mengubah kejadian itu. Apakah berhasil atau tidak. Ai terus saja melamun sambil menunggu waktu pagi tiba.
Sebelum fahar terlihat Ai sudah turun di lantai bawah. Duduk di sofa ruang tamu untuk menunggu Axton.
“ kau disini?” Axton yang kaget dengan kehadiran istrinya di ruang tamu.
“ a,,aku ingin mengantar kepergiamu” lirih Ai salah tingkah.
Axton memberikan kode kepada Brian untuk menunggunya di kereta.
“ kemarilah” ucap Axton sambil membentangkan kedua tangannya. Ai yang tau keinginan Axton denga ragu berjalan mendekat.
“ jangan membuatku khawatir” ucap Axton. Mereka berpelukan, tangan Axton mengusap punggung Ai pelan. Ai hanya mengangguk kecil. Entah kenapa hatinya begitu sedih melepas kepergian suaminya.
“ aku akan segera kembali” Axton melepaskan pelukannya. Merapikan anak rambut Ai dan tiba-tiba saja mencium kening istrinya. Ai yang merasakan kecupan basah di keningnya mendadak kaku. Tak bisa berkata apa-apa.
Setelah itu Axton melangkah pergi. Ai dengan pandangan sayu mengekori Axton hingga menghilang di balik pintu. Dengan segera naik ke kamar dan membuka balkon. Dari atas sana kereta Axton terlihat. Ai masih setia menyaksikan hingga pantulan kereta itu menghilang di kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
ana azizah
yg katanya mau bunuh suaminya
luluh juga
2024-09-16
0
Niarotun angzumi
kurasa ukan bunuh diri ,tpi dibunuh grace
2023-03-11
0
Lolita83
ngeselin amat sih Ai, pdhl sdh tau kejadian dimasa lalu, hrs ny kesempatan yg skrg bs lbh berani atw tegas ngadepin si j4l4ng
2022-05-19
0