Sejak pertengkaran siang tadi, Ainslye tidak keluar kamar. Dia menyendiri, merenungi alasan kenapa dia kembali ke masa ini.
“ kenapa juga aku hidup kembali, apa takdir ingin aku menderita berlipat-lipat? “ guman Ainslye saambil membuat pola tak beraturan di atas bantalnya.
Milly tidak dizinkan masuk beserta pelayan lainnya. Alhasil Ainslye melewatkan makan siangnya.
“ andai saja aku kembali saat belum menikah dengan Axton, mungkin aku akan menolak perjodohan ini. Bisa hidup sendiri menjadi wanita pembisnis seperti Samantha “ lanjut Ainslye, dengan keloposannya terus saja mengandai-andai agar hidupnya bisa lebih baik. Padahal seseorang seperti Samantha sejatinya adalah wanita haus belaian, hidup bebas tanpa etika. Tak ada keluarga dan teman sejati. Tinggal menunggu terkena kesialan baru akan berhenti dan menyesal.
Tok tok
Ainslye tersentak dari lamunan mendengar ketukan keras di pintunya.
“ sudah ku bilang Milly aku tidak ingin keluar. Aku ingin sendirian” teriak Ainslye.
“ mau sampai kapan kau seperti ini, turunlah. Makan malam sudah siap” hampir saja Ainslye berhenti bernafas, di sangat kaget ternyata yang mengetok pintu kamarnya itu Axton. Untung saja pintu tidak di kunci, kalau iya sudah pasti Axton akan semakin marah.
“ em, baiklah” jawab Ainslye lemah.
Di meja makan suasana lebih hening dari biasanya. Deting sendok terdengar cukup jelas.
“ besok beberapa perlengkapan pesta akan datang, kau pilihlah mana yang bagus” Ainslye langsung mendongak menatap Axton. Hampir saja dia mengira jika pesta dansa itu akan di batalkan oleh Axton. Senyum berbinar kini sudah tercetak di wajah Ainsley.
“ terimakasih” jawabnya ragu.
“ tak masalah. 4 hari ini kita akan sibuk mempersiapkan semuanya. Hiasan rumah dan menu makanan kau yang urus. Daftar tamu, undangan dan penyambutan biar aku yang urus” jelas Axton. Rasanya seperti mimpi bagi Ainslye, Axton mengabulkan keinginannya. Perayaan yang dahulu begitu sulit terjadi. Kini dengan mudahnya terwujud.
“ beberapa hari ini aku tidak melihat Grace?” tanya Ainslye. Baru saja dia sadar jika beberapa hari ini pengganggu itu tidak merecoki pandangannya.
“ dia sedang aku perintahkan melakukan urusan di luar. Kemungkinan 3-4 hari lagi baru akan kembali”
“ sayang sekali “ guman Ainslye, dia berfikir jika Grace sudah tidak bekerja disini. Namun sayang ekpetasinya tidak terjadi
“ sayang kenapa?” tanya Axton yang masih bisa mendengar gumanan Ainslye tadi.
“ apa? Kau panggil aku apa?” Ainsley yang salah tangkap pertanyaan Axton mulai salah tingkah.
“ panggil? Aku tanya, sayang kenapa?” Axton tidak mengerti arah pertanyaan Ainsley. Malah semakin bingung dengan pembicaraan ini.
“ a.a.aku tidak apa-apa” jawab Ainsley kebingungan sendiri.
“ maksudku, sayang kenapa? Kau tadi mengatakan sayang sekali”
“ tidak, kapan aku berkata sayang sekali” pembicaraan antara mereka berdua berbeda penafsiran, tidak akan ketemu. Baik axton dan Ainslye sama-sama bingung dengan percakapan. Pelayan yang sedang menyaksikan mereka juga ikut bingung.
“ sudahlah, lupakan saja” Axton yang sedikit kesal memilih meninggalkan meja makan. Dia juga sebenarnya sudah menghabiskan makan malamnya.
“dasar aneh” cibir Ainslye ketika melihat axton meninggalkannya dengan raut kesal. Ainsley yang masih lapar terus makan tanpa banyak pikir.
Pagi ini kediaman Duke Wellington terlihat begitu sibuk, perlengkapan yang dibilang Axton ternyata jauh lebih besar. Bahkan ada beberapa tukang yang bertugas merenovasi bagian bangunan yang kurang cocok. Tukang kebun juga sibuk memperbaiki beberapa tumbuhan.
Ainsley yang masih terpaku dengan semua kesibukkan ini. Ternyata axton tidak main-main dengan pesta dansa. Semua tertata begitu rapi, Ainsley menangkap keinginan Axton untuk mengadakan pesta yang besar dan megah. Tinggal 2 hari dari sekarang, pantas saja jika persiapan di kebut.
Beberapa orang silih berganti bertanya kepada Duchess.
“ Duchess untuk hiasan meja membutuhkan berapa bunga?”
“ kalau bisa setiap meja harus terdapat bunga, jangan lupa berikan bunga yang terbesar dan terindah di depan pintu masuk “
“ baiklah”
“ Duchess untuk atap apakah memerlukan lampu tambahan?”
“ Duchess untuk menu, apa saja yang perlu di sajikan?”
“ Duchess ruang dansa nanti di dalam atau di luar ruangan?”
Berbagai macam pertanyaan menyerbu Ainsley kemanapun langkahnya terhenti. Hari ini dia benar-benar menjadi nyonya kediaman. Meski Ainslye tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan terkait penyelenggaraan pesta, tapi setidaknya dia memiliki selera dan pemikiran yang bagus. Semuanya berhasil dia atur seperti yang dia pelajari dari berkas suaminya.
“ aah, capek sekali” hari sudah sore ketika dekorasi sudah hampir rampung. Semua pekerjaan di hentikan, besok baru lanjut lagi.
Ainsley kini berada di sofa lantai bawah. Terbaring dengan kaki masih menjuntai kebawah. Sangat jelas sekali kerut kelelahan. Seharian mengurusi dekorasi sangat menguras energinya. Padahal dia hanya mengamati dan berkomentar.
“ ini nyonya” Milly yang melihat nyonyanya kelelahan segera memberikan minuman.
Ainslye langsung meneguk cepat minuman itu.
“ lega, bawakan aku buah Milly” perutnya jadi terasa sedikit lapar. Milly segera pergi ke dapur.
“ kau terlihat begitu capek” Axton yang baru turun dari ruang kerjanya, melihat istrinya terbaring, membuatnya ingin menghampiri.
“ he’em, aku baru tau mengadakan pesta tidak segampang dalam fikiranku” Ainsley mengubah posisinya menjadi duduk.
“ ya beginilah” Axton duduk di samping istrinya.
“ apa undangan sudah selesai?”
“ tentu saja, bahkan sudah di sebarkan Brian” jawab Axton enteng, sambil mengambil buah yang baru saja Milly bawakan.
“ wah kau lumayan juga” puji Ainsley yang dia tangkap Axton malah sedang meremehkannya.
“ jelaslah aku seorang Duke, masalah undangan hanya perlu waktu sebentar”
“ iya-iya, kau benar- benar hebat” Ainsley masih mengunyah saat menimpali ucapan Axton. Mendengar pujian remeh itu Axton tiba-tiba merasa berbunga-bunga, meskipun sering sekali dia mendapatkan pujian, tapi entah kenapa kali ini terasa berbeda.
“ apa semua tugasmu berjalan dengan lancar?” giliran Axton yang bertanya.
“ lumayan untuk dekorasinya, aku bisa sedikit menghandle. Tapi untuk menu bisakah kau membantuku? Aku tidak tau makanan seperti apa yang biasa dimakan orang kaya seperti kalian” Jawab Ainslye blak-blakan. Meski tidak ada niat menyindir, tapi Axton merasa tersentil dan bersalah.
“ sepertinya bisa, lagipula tugasku sudah selesai” Axton terus saja menyombongkan diri. Dia ingin mendengar pujian dari Ainslye.
“ kau memang dapat diandalkan” sekali lagi Axton merasa berbunga-bunga, pujian dari istrinya begitu mempengaruhi suasana hatinya. Entahlah Axton juga tidak tau apa alasannya.
Tak terasa mereka berdua keasyikan berbincang sampai malam tiba. Setelah menyelesaikan makan malam, keduanya segera masuk ke kamar.
“ em Ainslye..” panggil Axton ketika melihat istrinya ingin masuk ke kamar.
“ iya ada apa?”
“ setelah pesta dansa usai, lebih baik kau pindahlah ke kamar yang lebih besar “ Axton sedikit was-was akan reaksi Ainslye.
“ kamar sebelah mana?” tanya Ainsley yang penasaran.
“ sebelah kamar utama lantai 3” Axton langsung berlalu masuk ke lorong kamarnya. Ainslye diam terpaku, bagaimana tidak. Kamar utama lantai 3 adalah kamar Axton. Jadi suaminya ingin mereka tinggal di kamar yang berdampingan. Semburat merah tiba-tiba menghiasi pipi Ainsley.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Nurmiahana Nana
sebenarnya nggak sepenuhnya Salah yg dalang sbaliknya on garas sinenek iblis hehehe harus dia yg diberi pelajaran....
2022-02-17
0
Megalitha Yuliana Gahung-Lintang
entah bgmn axton kayak tipe M...
2021-07-10
2