Salah satu tentara memberikan sebuah senapan laras panjang. Dengan sigap Ai segera menerimanya.
“ kau bisa meletakkan tanganmu disini, disini..”
“ aku tau” tentara itu terlihat kaget dengan keterampilan Ai. Jelas sekali Ai sudah biasa membawa senapan dengan benar. Bagaimana tidak, sejak hampir 9 tahun hidup di barack barang-barang seperti senapan, panahan sudah sangat sering dia mainkan.
“ itu target nya?” tanya Ai yang sedang mengfokuskan arah senapan.
“ iya” jawab singkat tentara itu. Ai sedang mengfokuskan diri, bersiap menembak.
Dor
Semua tentara yang ada disana begitu kaget melihat hasilnya. Sempurna, Ai mengenai target dengan sangat tepat. Beberapa di antaranya bahkan bertepuk tangan.
“ ternyata lady cantik ini pandai menembak” salah satu tentara mulai memberikan pujian untuk memikat Ai.
“ pilih seseorang diantara kalian yang pandai menembak. Aku ingin menantangnya” kumpulan tentara itu menjadi semakin ramai. Tidak pernah sebelumnya ada wanita menantang mereka. Situasi menjadi sedikit rusuh untuk memilih lawan yang pas untuk Ai.
Didalam aula sana juga tak kalah seru, pertemuan terlihat begitu serius. Tak ada satu orangpun yang menyadari hilangnya satu wanita darisana. Baik Axton maupun Brian sibuk dengan tugas masing-masing. Bahkan kursi kosong milik Ai tadi di duduki oleh Brian untuk meneliti beberapa berkas penting pertemuan.
Waktu beranjak sore, ketika pertemuan itu selesai. Axton yang lelah akhirnya langsung keluar dari aula. Berjalan menuju kereta tanpa sadar ketidakhadiran istrinya.
“ tuan, kita langsung pulang?” tanya Brian yang melihat Axton langsung masuk kedalam kereta.
“ tentu saja, rasanya lelah sekali berdebat dengan orang berotak uang seperti mereka”
“ apa tidak menunggu nyonya?” seketika seperti sambaran petir Axton langsung ingat Ai yang sedari tadi menghilang. Kepalanya tiba-tiba pening, susah sekali membuat Ai menjadi gadis penurut.
“ kemana dia pergi?” sentak Axton yang kesal kenapa baru menyadarinya sekarang.
“ s,saya juga tidak tau tuan” Brian seketika gugup.
Axton keluar dari kereta kembali masuk ke Barack. Mencari Ai mulai dari aula tempat pertemuan tadi, taman sampingnya dan beberapa ruangan lainnya. Sedang Brian mencari di tempat lain.
“ tuan, “ teriak Brian yang berlari menemui Axton.
“ kenapa kau berteriak?” Axton yang kesal tak kunjung menemukan istrinya malah mendengar teriakan Brian.
“ iitu, tuan. Sepertinya Duchess ada di lapangan belakang” jawab Brian yang ketakutan. Axton segera saja berjalan cepat menuju lapangan yang di maksud.
Disana terlihat tentara-tentara berkumpul dan bersorak. Setahu Axton hari ini memang bebas tugas. Tidak ada latihan ataupun misi. Karena situasi militer yang masih cukup rumit bahkan pertemuan tadi memang membahas tentang ini. Jadi ketika melihat kumpulan ini membuat Axton memiliki firasat yang buruk mengenai Ai. Dia penasaran apa yang terjadi.
Tak berselang lama rasa penasarannya terjawab. Dari kejauhan Axton bisa melihat istrinya memegang senjata berdiri di salah satu meja sedang dari kejauhan ada botol kecil sebagai taget. Seketika emosi marah Axton langsung meluap. Darahnya mendidih melihat bagaimana antusiasnya tentara itu mendekati Ai, bahkan tadi membantu istrinya menaiki meja dengan gaya menjijikkan.
“ apa yang terjadi disini?!” tak perlu mendekat Axton sudah berteriak penuh kemarahan kepada mereka.
Para tentara yang dengan jelas mengenali pemilik suara itu langsung saja menoleh dan berjajar membuat barisan. Duke Wellington pemilik barack militer sekaligus pemimpin kemiliteran Bavaria. Tak perlu menunggu lama semua tentara berbaris dengan rapi, tak lupa menunduk malu atas kesalahan yaitu bermain dengan seorang lady. Salah satu pimpinan regu ingin menjawab tapi bingung bagaimana mengatakannya.
Ai yang melihat kedatangan Axton dengan penuh kemarahan itu langsung melempar senapan. Berniat turun dari meja tapi semua tentara sudah berbaris. Tak ada yang membantunya. Untung saja Brian yang saat itu mengetahui kebingungan Ai segera membantunya. Menjadikan punggungnya sebagai tumpuan kaki Ai sebelum menginjak tanah. Brian tidak berani menyentuh Duchess situasinya begitu panas. Lebih baik menjaga diri sebaik-baiknya.
“ terimakasih Brian” bisik Ai kepada Brian, setelah turun Ai mulai berjalan cepat pergi dari lapangan itu. Brian tidak mau terjadi kesalahan dua kali maka dia mengikuti langkah Ai.
“ Duchess mau kemana?” tanya Brian yang sedikit tertinggal.
“ menghindari Axton, dia seperti akan mengamuk padaku” Brian menahan tawanya saat mendengar jawaban Ai. Perkataan nyonyanya sangat tepat untuk mengambarkan raut kemarahan Axton.
“ lebik baik masuk kedalam kereta, kita tidak bisa menghindar sekarang Duchess” Ai awalnya menolak tapi kemudian dia tidak ada pilihan lainnya. Setidaknya tidak menambah kemarahan Axton itu sudah sedikit membantu.
Entah apa yang Axton lakukan dengan para tentara itu, Brian sendiri bertanya-tanya. Sudah cukup lama mereka menunggu kedatangan Axton tapi sampai sekarang belum muncul juga.
“ apa Axton menembaki tentara-tentara itu? Kenapa lama sekali?”
“ mungkin saja, eh tidak mungkin Duchess “ Brian yang mendengar pertanyaan Ai menjadi bimbang. Tidak mustahil jika hal seperti itu terjadi, selama bekerja dengan Axton selama ini, Brian menilai Axton sosok yang tegas, tidak ada pengecualian atas pelanggaran.
Tak lama setelahnya hawa dingin terasa saat sosok Axton terlihat berjalan mendekati kereta.
“ tamatlah aku, dia datang” guman Ai sambil semakin masuk ke kereta. Dia meremas gaunnya dan menunduk takut.
Brak, suara pintu kereta yang tertutup. Sudah pasti itu ulah Axton yang masih di lingkupi kemarahan. Kereta mulai berjalan, Ai penasaran kenapa axton tidak mengatakan apapun. Ai menutuskan untuk sedikit mencuri pandang ke arah Axton.
Baru sedetik Ai langsung menunduk kembali. Ternyata Axton menatap tajam dirinya. Sangat tajam.
‘ ku harap kereta ini tidak akan sampai dengan cepat’ batin Ai. Dia tau jika Axton sedang menahan diri, tunggu sampai di kediaman pasti segala macam bentuk kemarahanya pasti akan di keluarkan pada Ai. Sepanjang perjalanan Ai bahkan tidak mengubah posisinya, dia benar-benar ketakutan dengan hanya melihat tatapan tajam Axton.
Kereta berhenti, krekk pintu terbuka.
Axton keluar, Ai mengamati situasi. Ternyata Axton menunggunya di luar. Dengan sengaja Ai malah berdiam diri di dalam kereta.
“ kau tidur? Cepat keluar!” sentak Axton, yang dengan mudah mengintimidasi Ai. Meski pelan akhirnya Ai memberanikan diri keluar. Belum juga kedua kakinya menepak tanah. Tangan Ai langsung di seret masuk ke kediaman. Pelayan yang melihat hal ini hanya diam dan memberikan salam. Axton membawa Ai ke dalam kamarnya. Melemparkan masuk dan menutup pintu kamar dengan keras.
“ mau sampai kapan kau seperti ini? Sudah cukup belaku tanpa etika? Kenapa susah sekali membuatmu mengerti ?” Axton berkacak pinggang mengutarakan semua kemarahanya. Bahkan semua pertanyaan itu belum bisa mewakili betapa marah dan kesalnya Axton atas sikap Ai tadi.
Ai kembali meremas bajunya. Dia bingung harus mengatakan apa. Ai merasa tindakannya tidak begitu fatal. Dia hanya bermain-main, menikmati waktu sembari menunggu pertemuan berakhir.
“ a,aku minta maaf” dari semua hal yang ingin Ai katakan, dia rasa hanya kalimat ini yang cocok. Axton mulai melemah, ini adalah pertama kalinya istrinya meminta maaf. Axton berfikir apa dia terlalu keras pada istrinya.
“ kamu tadi melarangku memanah bukan menembak. Apa itu juga salah?” baru saja Axton menurunkan kemarahannya, mendengar kalimat Ai barusan kembali menaikkan emosi Axton dalam sekejab. Axton mulai mengatur nafas, tidak tau harus berkata apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Nazilah Muhsin
hahahaha gw suka gaya lo ai 😂 😂 sabar yaa duke punya istri bar bar 😂😂
2021-08-23
1
Nur Ain
hahaha aduhhh
2021-07-22
0
Naiya Nafa
wkwkwkwkw tambeng bgd Dukes bar² 😂😂
2021-07-22
3